Share

PART 2

Author: HellyPotter_
last update Last Updated: 2025-08-01 10:05:26

Pagi ini seperti biasa Dara melakukan aktifitasnya. Ia berangkat ke kantor bersama ayahnya meskipun dengan mobil berbeda. Saat sampai di perusahaan besar itu, mereka berdua disambut baik oleh para karyawan yang sedang berlalu lalang–sekedar menghormat kepada seorang Direktur.

Dara berjalan cukup santai di belakang ayahnya. Wajahnya terlihat cantik, rambutnya tergerai dengan rapih, bahkan ia berjalan melenggang bak seorang model. Tak heran mengapa semua orang kantor memandang Dara kagum karena memang Dara begitu menawan.

Saat ayah dan anak itu memasuki lift, tak ada perbincangan sedikitpun, Dara hanya berdiri diam di belakang sang ayah. Hingga dimana sang ayah terlebih dahulu mengeluarkan suaranya.

"Ayah akan menyiapkan pernikahan kamu minggu depan. Kamu harus siap-siap dari sekarang."

Dara mengepalkan kedua tangannya mencoba menahan kesabarannya itu.

"Jika kamu sampai minggu depan tidak menemukan lelaki yang akan menjadi suami kamu. Terpaksa ayah akan menikahkan kamu dengan Yugo," ancam Pak Jaksara tidak memberikan Dara waktu untuk membalas perkataannya.

Lift terbuka, pak Jaksara segera keluar untuk keruangannya meninggalkan Dara yang masih terdiam mematung memikirkan semua itu. Hingga beberapa menit dia berdiam diri di dalam lift, kini dia akhirnya dengan berat hati keluar meskipun hatinya bergemuruh kesal.

Brak!

Sungguh hari ini Dara begitu sial. Mengapa disaat dirinya sedang menahan mati-matian rasa emosinya, tiba-tiba ada yang membuat emosinya semakin menjadi. Laki-laki itu... Dara tidak tahu mengapa dia menabrak Dara begitu keras dengan menumpahkan kopi di baju Dara pagi ini.

"Maaf, saya tidak sengaja."

Hanya itu perkataan yang terlontar dari mulut seorang laki-laki dengan pakaian kemeja putih serta bercelana hitam. Dia nampak seperti karyawan biasa.

"Saya bisa kapanpun pecat kamu. Tapi saya sedang sibuk dan tidak bisa mengurus itu semua," ketus Dara mencoba meredam rasa emosinya.

Laki-laki itu terlihat mengernyit bingung, namun semua itu dia hiraukan dengan mengambil sebuah sapu tangan dari dalam tasnya. Kemudian, laki-laki itu tanpa izin membantu membersihkan kotoran yang menempel dibaju Dara.

"Maafin saya mba, saya beneran gak sengaja. Tadi saya buru-buru soalnya lagi mencari ruangan saya bekerja, terus saya masuk ke lantai ini. Ternyata ini lantai Direktur utama. Untung aja tadi OB bilang sama saya, dia juga kasih saya kopi yang gak sengaja terkena mba."

Dengan kasar Dara menghempaskan tangan laki-laki itu sehingga sapu tangan ditangannya jatuh ke lantai. Laki-laki itu memandang Dara bingung.

"Budayakan membaca dan bertanya. Bisa-bisanya kamu lolos interview perusahaan, padahal kamu tidak suka bertanya dan membaca letak ruangan yang ada di perusahaan ini." Dara terlihat begitu ketus menuturkan laki-laki itu.

"Saya bukannya tidak bisa membaca mba, tapi saya gak bisa menggunakan lift, ini hari pertama saya bekerja diperusahaan besar."

Dara mendesis. "Dasar kampung!"

Dara yang tidak ingin berlama-lama menggubris laki-laki itu akhirnya segera pergi meninggalkannya untuk keruangannya. Laki-laki itu hanya terdiam bingung melihat Dara yang memasuki ruangannya.

"Kenapa gayanya angkuh seperti itu? Apa dia Direktur utama disini? Kalo iya, gawat dong," gumam laki-laki itu merasa bersalah.

"Ah, semoga aja bukan, lagian kata orang Direktur di perusahaan ini seorang pria."

Laki-laki itu segera masuk kedalam lift menuju ruang bekerjanya yang di beritahu seorang Office Boy yang ia temui dilantai tadi. Senyumnya lebar, pasalnya ini hari pertama dia bekerja, alhasil dia harus tampil ceria didepan semua orang.

"Maaf kak, apa disini ruang marketing?" Tanya nya kepada seorang perempuan yang hendak masuk kedalam ruangan itu.

Perempuan itu melihatnya dari atas sampai bawah. "Kamu Devisi pemasaran baru ya?"

Laki-laki itu mengangguk dengan senang karena akhirnya ada orang

yang tahu tujuan dia bekerja. "Saya Arthala Narendra. Saya diutus untuk menggantikan seorang staf pemasaran yang sebelumnya berhenti bekerja."

"Masuk jalur apa? Kok bisa gampang banget bekerja disini?"

Artha seketika bingung, lalu tertawa pelan. "Jalur murni kak, saya ikut program lowongan pekerjaan, saya juga ikut tes secara murni kok."

Perempuan itu sedikit mendesis karena Artha begitu banyak bicara. "Gue Karla, gue content writer disini. Kebetulan tugas lo ada hubungannya dengan tugas gue disini. Lo harus mengembangkan apa yang gue tulis untuk marketing."

"Tau kok kak," jawab Artha dengan mengulaskan senyumnya.

Karla mendesis lagi. "Panggil gue Karla, gue bukan mba lo."

"Siap mba Kar.... Iya Karla." Buru-buru Artha mengoreksi perkataannya.

Karla mencoba bersabar kali ini. Dia menyuruh Artha mengikutinya.

"Gue kasih tau meja lo," ajak Karla dan Artha hanya membuntutinya dari belakang.

"Ini meja lo, depan meja gue. Kalo gak ngerti Silahkan tanya, jangan diem bae, ketua perusahaan galak apalagi anaknya," tutur Karla dianggukan oleh Artha.

Laki-laki itu segera meletakkan tasnya dan duduk dikursi putar itu dengan begitu senangnya. Pekerjaan yang ia impikan dari lama akhirnya terwujud juga, ia bisa bekerja diperusahaan besar.

"Aneh banget sih," gumam Karla akhirnya menjatuhkan bokongnya ditempat duduknya sendiri.

"Terimakasih ya Mba Karla udah bantu aku."

Karla menggebrak mejanya. "Karla!"

Artha tertawa seketika. "Iya Karla."

*****

"Kalian tau gak sih? Gue denger-denger ya, katanya Bu Dara menolak di jodohkan sama Yugo anaknya Direktur batu bara, loh."

"Emang iya?"

"Iya, padahal Yugo tajir melintir. Tapi bisa-bisanya Bu Dara menolak."

"Gue denger juga, Pak Jaksara sengaja menjodohkan Bu Dara karena dia ingin pensiun dari pekerjaannya. Dan mungkin perusahaan ini akan dikelola oleh Bu Dara dan suaminya kelak. Karena Yugo sudah berpengalaman jadi Pak Jaksara memilih Yugo, tapi Bu Dara menolak itu semua."

Artha yang sedang mengambil minum di galon karyawan yang tersedia didalam ruangan itu seketika menjadi penasara dengan perempuan muda yang sedang mengobrol santai.

"Pak Jaksara siapa?" Tanya Artha begitu saja.

"Direktur utama."

Artha mangut-mangut mengerti karena ini pertama kali dia mendengar nama direktur utama diperusahaannya.

"Kalo Bu Dara?" Tanya Artha lagi.

"CFO, ketua keuangan. Dia anak dari direktur utama. Hati-hati, Bu Dara galak," tutur perempuan muda itu.

Artha hanya mangut-mangut mengerti tanpa ingin bertanya lebih dalam lagi. Lalu dia kembali ke mejanya seakan-akan pertanyaan tadi hanya rasa penasaran dia saja karena dua perempuan itu bicara dengan serius.

Saat Artha kembali kemejanya dia melihat Karla sibuk dengan aktifitasnya seraya mengobrol dengan seseorang di ponselnya. Artha hanya duduk santai seraya melanjutkan pekerjaannya.

"Gak bisa, Dara.... Gue beneran sibuk banget. Lebih baik lo turun, lo lihat sendiri prosedurnya, ya," ucap Karla kepada seseorang diseberang telfonnya.

Artha melirik Karla karena perempuan itu menyebut nama Dara seperti yang dia dengar tadi dari perempuan muda.

"Oke, gue bakal kasih lo prosedurnya. Tunggu, gak usah marah-marah!" Ucap Karla kepada seseorang diseberang telfon itu.

Karla memutuskan sambungan telfonnya cepat, lalu dia melihat kearah Artha yang fokus dengan komputernya. Tak ingin sungkan, ia langsung memanggil Artha.

"Artha?"

Artha melihat kearahnya. "Iya?"

"Tolong kasih prosedur pemasaran yang udah gue tulis ke Bu Dara dong. Gue lagi sibuk banget nih... dia cuma mau lihat aja, kok. Katanya keuangan bulan ini menurun jadi dia mau lihat teknik marketing kita."

"Bu Dara?" Tanya Artha dengan raut wajah bingung.

Karla mengangguk. "Ketua CFO. Ruangannya ada diatas, disamping ruang dirut. Tau kan?"

Artha hanya diam, dia termakan ucapan orang-orang mengenai Bu Dara yang galak. Meskipun Artha laki-laki tapi dia begitu takut jika harus kena amuk dari atasan apalagi katanya Bu Dara adalah perempuan galak. Artha tidak mau hari pertama dia bekerja menjadi buruk karena satu kesalahan.

"Artha?" Panggil Karla.

"Yaudah, biar aku antar," pasrah Artha karena merasa tidak enak dengan Karla karena cuma dia yang mengerti Artha diruang tersebut.

"Gak usah di jelasin, kasih ke Dara, habis itu lo langsung pergi," tutur Karla dianggukan oleh Artha.

Karla memberikan sebuah dokumen kepada Artha lalu tak lama laki-laki itu bergegas keluar ruangan untuk menuju lantai paling atas dimana letak ruang direktur utama dan tugas tinggi lainnya.

"Eh, mas lagi... kan saya sudah bilang ini ruangan dirut mas," ucap seorang Office boy saat berpapasan dengan Artha didepan lift.

"Saya mau kasih dokumen ke Bu Dara kok, pak."

"Oh, Bu Dara... ruangannya ada disamping ruang dirut ya mas, tau kan?" Tanya Office boy itu dianggukan oleh Artha.

"Makasih ya pak," ucap Artha langsung bergegas keruangan itu.

Didepan pintu Artha menghela nafas kasar, dia sedikit takut bertemu Dara karena perkataan orang-orang. Tapi Artha juga harus tau sendiri sikap Dara yang sesungguhnya bukan dari gibahan orang-orang.

"Permisi Bu–"

Mata Artha membulat saat tak sengaja melihat Dara akan terjatuh dari sofa setelah membenarkan lukisan besar di dinding. Dengan cekatan Artha menjatuhkan dokumen yang ia pegang lalu menarik tangan Dara sehingga perempuan itu jatuh tepat di dekapannya.

"Awss.." Artha merasakan punggungnya yang terasa sakit karena harus terbentur lantai cukup keras. Sedangkan Dara berada diatas tubuhnya memandang wajah Artha begitu dekat.

"Apa-apain ini?"

Dara dan Artha reflek menoleh kearah Pak Jaksara yang datang secara tiba-tiba melihat mereka berdua yang sedang berpelukan di atas lantai. Dara dengan cepat beranjak bangkit dengan menekan tubuh Artha. Artha mendesis pelan lalu mencoba bangkit meskipun seluruh tubuhnya terasa sakit.

Dara melihat kearah Ayahnya dengan gugup bahkan dibelakang ayahnya terdapat Yugo yang melihat kearahnya.

"Ayah?" Dara merasa begitu gugup karena perlakuannya tadi.

Artha tanpa rasa bersalah memungut dokumen milik Karla dihadapan Pak Jaksara yang menatapnya diam.

"Siapa dia?" Tanya Pak Jaksara kepada Dara.

Artha terdiam sejenak lalu dengan beraninya dia bersuara mewakili Dara. "Saya staf marketing, saya kesini ingin memberikan prosedur marketing dari Karla."

Pak Jaksara menghela nafasnya pelan merasa tertegun atas keberanian Artha berhadapan dengannya. "Letakkan prosedur itu. Jika tidak ada urusan lain, Silahkan lanjutkan pekerjaan kamu."

Artha hanya menurut. Dia meletakkan dokumen itu diatas meja, sedangkan Karla hanya menghela nafasnya pelan-pelan seraya melirik Yugo yang membawa sebuket bunga besar di tangannya. Ayahnya membawanya datang pasti ada sangkut pautnya dengan pernikahan dan Dara begitu kesal.

"Mohon maaf, saya permisi..."

"Dia laki-laki pilihan Dara. Dia yang akan menikahi Dara."

Perkataan Dara berhasil membuat Artha memberhentikan langkahnya, bahkan ia berhenti tepat dihadapan Yugo yang menatapnya.

"Dara–" Pak Jaksara ingin mengelak perkataan Dara tapi Dara dengan cepat menyela perkataannya.

"Staf Marketing itu adalah calon suami Dara."

Artha benar-benar bungkam seraya menatap lurus kearah Yugo.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Karyawanku Suamiku   PART 8

    Keesokan harinya di kantor, semua orang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing sesuai dengan bagiannya. Begitupun Artha, dia sangat fokus didepan laptopnya mengerjakan semua pekerjaannya saat ini."Artha?" Panggil Karla membuat kefokusan Artha buyar seketika."Ada apa mba Karla?" Artha hanya mampu menghela nafasnya mencoba bersabar karena pasti Karla akan merepotkannya."Boleh minta tolong anterin berkas-berkas ini ke mba Andin di ruang sebelah?" Tanya Karla.Artha menganggukan kepalanya menurut. Karla memberikan setumpuk berkas kepada Artha dengan senyuman."Makasih ya, Artha!" Seru Karla saat Artha sudah bergegas keluar.Brakk!Baru saja Artha keluar dari ruangan tiba-tiba ia tidak sengaja tertabrak oleh seorang laki-laki hingga berkas-berkasnya berceceran dibawah. Laki-laki bertubuh tinggi, kulit putih serta bermata sipit. Ia terlihat membawa sebuket bunga ditangannya yang hampir saja terjatuh."Sorry, saya tidak sengaja," ucap laki-laki itu seraya membantu Artha memungut berkas-b

  • Karyawanku Suamiku   PART 7

    Saat jam kantor berakhir, Artha bergegas untuk pulang. Di lobby dia tidak sengaja berpapasan dengan Dara yang berjalan untuk sama-sama pulang. Artha hanya berjalan tanpa ingin menoleh kearahnya, mungkin Dara pun sama.Di parkiran Artha bergegas mengendarai motornya terlebih dahulu dari mobil Dara. Sebelum sampai rumah keluarga Jaksara, Artha memilih mampir ke warung pecel lele yang ada di pinggir jalan, berniat untuk makan. Artha juga sadar diri jika dia hanya orang asing yang numpang tidur saja, jadi dia tidak ingin merepotkan keluarga Jaksara.Dara menepikan mobilnya saat melihat Artha turun dari motornya di warung tersebut. Perempuan itu segera menghampiri Artha."Artha?"Artha mengerutkan keningnya tercengang. "Bu Dara? Ngapain ikut kesini?""Kamu ngapain disini?" Tanya Dara penasaran."Saya–saya mau makan," jawab Artha gugup.Dara menghela nafasnya pelan. "Kenapa kamu gak mau makan di rumah saya?""Makan disini lebih enak. Coba deh, Bu... saya pesenin ya?" Tawar Artha dan Dara ha

  • Karyawanku Suamiku   PART 6

    Malam harinya, Dara duduk didepan cermin besar sibuk membersihkan sisa-sisa makeup diwajahnya. Sedangkan Artha? Laki-laki itu duduk di tepian ranjang seraya menghirup beberapa kali inhaler sebelum tidur.Dara beberapa kali melirik Artha dari balik cerminnya. Kemudian, terlihat Artha mengambil satu bantal dari atas ranjang dan dia letakkan diatas karpet bulu tepatnya dibawah kasur."Artha?" Dara menoleh kearahnya."Ada apa Bu?""Kenapa kamu tidur di bawah?" Tegur Dara."Terus saya tidur dimana Bu? Di sofa lagi? Oke..." Artha bergegas bangkit membawa bantalnya tapi buru-buru Dara mencegahnya."Kamu gak perlu tidur di sofa, kamu bisa tidur satu ranjang bersama saya."Artha terdiam beberapa saat, dia melirik kearah ranjang seolah-olah membayangkan jika dia tidur berdampingan dengan Dara. "Gak perlu, Bu. Saya lebih baik tidur dibawah. Soalnya saya kalo tidur ngorok, suka nendang, jadi takut Bu Dara terganggu karena saya."Dara tau jika Artha sedang menolak ajakan Dara dengan berpura-pura

  • Karyawanku Suamiku   PART 5

    "Ekhemm..."Artha membuka matanya berat, raut wajahnya terlihat sangat acak-acakan, bahkan dirinya beberapa kali masih menguap ngantuk. Tapi pandangannya membuat Artha langsung beranjak bangkit karena Pak Jaksara duduk didekatnya seraya membaca koran.Semalam Artha memang kembali lagi kerumah Dara setelah diusir oleh ibunya. Namun, Ia tidak ingin mengganggu Dara yang beristirahat, alhasil Artha tidur di ruang tamu, meskipun sang pembantu menyuruhnya untuk masuk kedalam kamar Dara."Pagi Pak," sapa Artha kepada Pak Jaksara.Pak Jaksara melirik arlojinya, waktu sudah begitu siang, tapi Artha mengira jika itu masih pagi."Ini sudah jam sembilan," ucap Pak Jaksara membuat Artha sedikit terkejut."Saya kesiangan, saya telat masuk kerja," panik Artha."Tidak perlu ke kantor. Dara sudah berangkat kerja dari pagi. Ada pertemuan penting dengan rekan bisnis, jadi dia gak bisa mengambil cuti hari ini. Kamu lebih baik mandi terus jemput Dara nanti siang. Dia mengambil setengah hari kerja. Saya ha

  • Karyawanku Suamiku   PART 4

    Minggu pagi, venue intimate wedding itu nampak terlihat ramai tamu undangan. Bau tanah dan rumput terasa segar seusai gerimis pagi sehingga membasahi altar putih disana. Tapi untung saja gerimis itu sudah berhenti saat pernikahan sakral akan segera di laksanakan.Suara keprokan ria dapat seorang laki-laki itu dengar saat ia sedang duduk menunduk dikursi akad. Wajahnya perlahan mendongak melihat kearah gadis cantik yang menggunakan dres kebaya putih berjalan di altar seraya membawa buket bunga ditangannya.Benar-benar seperti mimpi. Artha sama sekali tidak berfikir jika dia akan menikah secepat ini disaat kebahagiaannya tentang pekerjaan baru tercapai. Apalagi dia menikah dengan Dara yang statusnya lebih tinggi daripada dirinya.Saat Dara sudah berdiri dihadapan Artha laki-laki itu tidak bisa berkutik saat melihat senyum manis yang Dara lontarkan. Artha akui perempuan itu begitu cantik, tak mungkin jika Artha mendapatkan perempuan bak dewi seperti Dara."Tolong dibantu pengantin peremp

  • Karyawanku Suamiku   PART 3

    Hari sial tidak ada di kalender dunia, begitupun hari keberuntungan. Entah mengapa di hari pertama Artha bekerja dia merasa sial, namun juga merasa beruntung. Seorang Dara Viora memilih lelaki biasa seperti Artha untuk menjadi calon pendampingnya. Sungguh itu pernyataan yang terdengar mustahil, tapi sangat nyata Artha rasakan."Staf marketing itu adalah calon suami Dara." Perkataan itu masih berputar dikepala Artha, bahkan dirinya sedaritadi tidak fokus bekerja. Artha mengacak rambutnya begitu frustasi. "Kenapa lo? Berat ya kerja di hari pertama?" Tegur Karla seraya merapihkan mejanya."Berat banget, mau cepet-cepet resign," jawab Artha seenaknya padahal jika boleh jujur dia sangat senang karena bekerja di perusahaan besar. Namun, perkataan Dara membuat semangatnya terputus begitu saja."Pasti habis dimarahin Dara ya? Kan, gue bilang kasih dokumennya, habis itu lo pergi. Pasti lo godain dia kan? Jangan sangka, walaupun Dara cantik, dia itu galak."Artha menghela nafasnya panjang, Ka

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status