Share

Bab 1 Sebuah Kisah dari Sang Hujan

Sebuah kisah dari sang hujan

Yang jatuh namun tak terluka

Yang jatuhnya ada namun letaknya tak berada

Yang nyata namun kadang juga fana

Dingin, namun tak akan abadi

Abadi? Memang ada?

Kata yang katanya akan bertahan lama

Namun faktanya tak ada lama yang berpijak di semesta

Hanya sebentar yang kadang suka kadang juga menyakitkan

Runtuh sudah makna hujan dari aku sang penikmat aroma setelah kedatangannya

"Kasih tidur gih, udah malem lho besok kan masuk sekolah?"

"Yah liburnya udah habis ya ma?"

"Kamu itu maunya libur terus. Udah gih tidur."

"Iya mama."

Kasih pun pergi tidur belum sempat menutup matanya, mamanya kembali membangunkannya.

"Kenapa ma? Baru juga Kasih mau tidur."

"Itu jendela ditutup Kasih, kebiasaan deh."

"Hehehe iya lupa ma."

"Good night sayang."

"Night too mama."

Setelah menutup jendela kamarnya Kasih pun terlarut dalam dinginnya malam dan aroma petrichor yang memaksa masuk lewat lubang angin-angin di kamarnya.

***

"Yah telat lagi kan gue. Masuk nggak ya? Ya kali tiga hari MOS dihukum mulu." Gerutu Kala, salah satu siswa baru yang rajin telat ketika MOS dan hari ini adalah hari terakhir pelaksanaan MOS.

"Anak baru kok telat." Kata seorang gadis di sebelahnya sambil memandangi gerbang sekolah yang sudah tertutup rapat.

"Bedanya sama elu apa?" Jawab Kala.

"Bedanya gue senior nah elu anak baru."

Kala pun terdiam ketika mendengar kata senior.

"Ikut gue sini." Kata senior yang berada disamping Kala.

"Gue nggak mau bolos ya. Gue mau jadi siswa baru yang teladan."

"Yang ngajak lu bolos siapa bocah. Mau jadi siswa teladan kok telat."

"Komen aja lu."

"Udah sini ikut gue mau masuk nggak?"

"Ya mau. Emang ada jalan lain."

"Makanya ikutin aja jangan bawel."

Kala pun mengikuti seniornya dan tiba di pagar belakang sekolah yang sedikit lebih rendah daripada gerbang di depan sekolah.

"Ngapa dilihatin? Manjat gih. Itu tu udah ada kursi."

"Lu aja gih duluan, ladies first."

"Jangan sok keren deh. Lu aja duluan gue kan pake rok. Nanti lu ngintip lagi."

Kala pun memanjat duluan tanpa berontak. Setelah sukses masuk ke sekolah Kala pun menunggu seniornya. Sedangkan seniornya langsung lari terburu buru.

"Nama lu siapa?" Teriak kala.

"Jangan teriak² lu. Kena razia OSIS baru tahu rasa." Jawab seniornya sambil berteriak juga. Dan melanjutkan larinya.

"Nama woi." Tanya Kala lagi.

"Sediaa." Teriak seniornya.

"Haa? Dasar cewek aneh."

***

"Uang sepuluh ribu gue." Suara berat yang menyadarkan Kasih dari lamunannya.

Kasih pun mengikuti arah pandangan cowok itu. Dan betapa terkejutnya Kasih melihat segelas kopi tumpah dihadapannya.

"Sorry gue ngga sengaja." Kata Kasih

"Ya kalo sengaja udah kena dimuka gue." Jawab cowok itu dan pergi meninggalkan kasih.

"Abadi." Panggil seorang cowok tinggi, putih, keren, ganteng dan berkarisma.

"Ada juga yang punya nama itu." Kata Kasih.

"Kasih ngapain lu bengong? Awas kesambet." Kata Senja yang datang tiba tiba.

"Dih kalo ngomong ya."

"Lu lihatin apa dah?"

"Itu masak ada sih yang punya nama Abadi."

"Lah si Abadi senior dari kelas IPA 2?"

"Kok lu bisa tahu? Kenal?"

"Kagak hahaha." Jawab Senja sambil tertawa dan dihadiahi jitakan pelan dari Kasih.

"Aw sakit Kasih. Btw nih lu kenapa bisa berurusan sama Abadi sih?"

"Ini gue nggak sengaja numpahin kopinya."

"Waduh cepet diganti deh jangan berurusan sama tu cowok."

"Lah emang kenapa?"

"Bacot mulu lho. Kelas yuk, udah bel nih. Entar pas istirahat gue ceritain deh."

***

Teng... Teng... Teng...

Bel istirahat menggema di seluruh penjuru SMA Nusantara. Sebagian besar siswa pun menghambur keluar kelas tak terkecuali Senja. Namun niatnya pun terhenti ketika ada seseorang yang menarik kerah seragam bagian belakangnya.

"Mau kemana lu?"

"Kasiih. Rese banget sih lu. Lagi istirahat ya ke kantin lah."

"Tadi lu janji ke gue bakal cerita semua tentang Abadi."

"Cerita juga butuh tenaga Kas. Gue mau makan dulu ah laper."

"Lu kenapa kepo sama si Abadi Kas? Naksir?" Tanya Senja.

"Kagak, panjang deh ceritanya."

"Yaudah ke kantin yuk. Laper gue belum sarapan."

"Dasar tu bocah perut mulu yang dipikirin." Gerutu Kasih.

Sesampainya di kantin mereka pun duduk di tempat biasanya. Kasih dan sedia memesan siomay sedangkan Senja memesan mie ayam. Ketika makanan mereka sudah sampai, mereka pun segera memakannya. Namun tanpa diduga Kasih tiba tiba tersedak makanannya.

"Lu hati hati dong kalo makan." Kata Sedia.

"Iya, nggak ada yang mau minta tu siomay. Enakan juga mie ayam gue."

Alasan Kasih tersedak karena saat dia melahap suapan pertamanya, tiba-tiba saja matanya bertemu dengan bola mata tajam dan menusuk milik Abadi. Sontak saja Kasih langsung tersedak. Bagaimana tidak kucing pun akan lari ketakutan melihat tatapan tajam dan menusuk milik Abadi.

"Oke karena kita udah selesai makan. Kasih, lu harus jelasin ke gue kenapa lu bisa kenal sama abadi?" Tanya Sedia.

"Gue tadi pagi nggak sengaja numpahin kopi punya dia."

"Astaga Kasih lu harus cepet cepet ganti tu kopi." Kata Senja.

"Gue juga niatnya mau ganti. Tapi anehnya tu orang pas kopinya jatuh bilang gini sepuluh ribu gue gitu. Aneh banget kan."

"Itu bukan aneh geblek, tu anak ngasih kode ke elu minta diganti kopinya. Peka dikit napa lu." Jawab Senja.

"Ketus banget sih lu. Oh iya lu ada hutang cerita ke gue."

"Cerita apalagi sih? Ini kenapa gue berasa oon banget sih di sini." Kata Sedia.

"Jadi si Kasih itu kepo banget sama Abadi." Jawab Senja.

Sedia pun hanya menanggapinya dengan mengangguk angguk dan membentuk mulutnya seperti huruf o.

"Jadi di sekolah ini ada rumor kalo si Abadi tu aneh. Pernah nih pas kelas satu dia dateng ke sekolah dengan seragam lengkap dan rapi. Bahkan pada saat itu dia bisa jadi juara satu paralel sesekolah Kas. Semua siswa pada heboh dong, jangan kan sekolah ngerjain tugas aja dia sering nyontek punya abangnya Sedia."jelas Senja panjang lebar.

"Kok abang lu mau sih temenan sama orang freak kayak Abadi?" tanya Kasih.

"Yaelah prinsip abang gue mah selagi lu nggak mengusik hidupnya dia nggak masalah."

"Kalo gitu mah emang mereka berdua yg freak dia." Kata Senja.

"Lu bilang abang gue freak?" Tanya sedia penuh penekanan.

"Yaah lu nggak bisa memungkiri itu dong."

Senja pun mengakhiri percakapan itu dengan tawanya yang meledek sedia. Yah tidak bisa dipungkiri, sedia pun ikut tertawa karena melihat teman temannya tertawa.

Waktu pun berjalan hingga bel pulang berbunyi.

"Guys, lu pada nanti jadi nongkrong kan?" Tanya Sedia.

"Nongkrong dimana?" Jawab kasih.

"Cafe tempat lu kerja lah. Kan hari ini selasa Kas." Sela Senja

"Oh iya gue kan harus ngisi acara ya. Gimana dong nggak ada persiapa apa apa nih gue."

"Santuy Kas, ibaratnya nih lu lihat motor mogok aja bakal jadi puisi wkwk." Kata Sedia yang disambut dengan tawa Senja.

"Nah iya juga sih. Tapi di, ngga tau kenapa tiap gue lihat muka lu yg ada manipulasi."

"Lu pikir muka gue data gitu bisa dimanipulasi."

Setelah keributan yang diperbuat Kasih dan Sedia. Sampailah mereka di kafe semesta tempat Kasih kerja part time. Dulu sekali Senja pernah bertanya pada Kasih apa alasannya mengambil kerja part time di kafe. Padahal mama maya pun masih sanggup membiayai kehidupan Kasih.

"Kas, lu kenapa sih mau part time di kafe semesta?" Tanya senja.

"Karena gue suka"

"Udah itu doang alasan lu?"

"Nih ya gue itu punya banyak waktu luang, mau ikut organisasi pun gue ngga minat. Atau emang bukan bakat gue aja kali ya ikut begituan. Eh tiba tiba dapat tawaran part time disitu. Ya gue ambil orang gue juga suka bikin puisi, dari pada di rumah numpuk ngga gue apa apain. Mending dibagiin ke yang lain siapa tahu menginspirasi."

Yah itulah penjelasan panjang lebar Kasih kenapa dia mau kerja part time di cafe semesta. Sesampainya di cafe Kasih pun bergegas untuk persiapan manggung.

Tiba lah saatnya Kasih naik ke atas panggung. Semua mata pengunjung beralih ke Kasih. Yah Kasih memang cukup populer dikalangan anak muda karena manggungnya yang berbeda. Kebanyakan orang manggung dengan menyanyikan lagu diiringi dengan alat musik. Kasih sendiri menggabungkan antara petikan gitar, puisi, dan nyanyian merdu yang membuat pengunjung cafe terkagum kagum. Hal ini pula yang merupakan salah satu daya tarik tersendiri di cafe semesta, selain konsepnya yang indah namun ada seorang Kasih yang mengisi acara setiap senin, selasa dan kamis pukul 16.00 WIB. Ketika Kasih naik ke atas panggung pun suara tepukan riuh terdengar dari bangku penonton yang menarik perhatian Sedia. Sedia pun tersedak saat memakan macaron kesukaannya. Bagaimana tidak saat ini matanya sedang tertuju kepada junior yang tadi pagi datang telat dan masuk sekolah lewat gerbang belakang bersamanya.

"Lah tu bocah ngapain di sana?" Tanya Sedia.

"Siapa sih Di?" Senja pun balik bertanya.

"Itu yang pake seragam SMA."

"Lu kenal sama dia?"

"Bisa dibilang kenal bisa juga nggak. Udah ah tar gue ceritain sekarang fokus ke Kasih aja dulu."

"Dih orang elu yang ngalihin perhatian gue." Kata Senja pelan yang dibalas Sedia dengan cengengesan.

Petikan gitar pun mulai mengalun dan kasih mulai membacakan puisinya.

Sore hari ini hujan kembali mengunjungi bumi

Heran bahkan sudah jatuh berkali kali namun masih saja kembali

Untuk sore ini ku harap hujan tinggal sedikit lebih lama

Entah kenapa namun aku suka

Yah tapi jangan terlalu lama, nanti penduduk bumi murka

Oiya hujan kamu tahu tidak tuan diseberang sana?

Iya yang menangkup cup kopi ditangannya

Kurasa kopi memang minuman kesukaannya

Hujan ku mohon bertahanlah sedikit lagi

Aku ingin lebih lama memandang tuan di halte bis seberang

Ia sedang menatap kendaraan lalu lalang dengan mata lelahnya

Bahkan sedetik saja aku melihatnya, otakku sudah mengunci wajah menawannya

Ku harap suatu saat mata kami bisa saling menatap

Puisi indahnya pun ditutup dengan lagu hujan dari utopia.

Setelah manggungnya selesai kasih pun bergabung dengan teman temannya.

"Sekarang lu jelasin ke gue kenapa lu bisa kenal sama bocah tadi?" Tanya Senja.

"Napa? Lu pacarnya? Jealous gitu?" Jawab Sedia dengan santainya.

"Dia gue serius. Kepo akut nih gue." Kata Senja saking kesalnya pada Sedia.

"Jadi tadi pagi itu gue telat bareng dia." Belum selesai Sedia menjelaskan kasih pun memotong penjelasannya.

"Lu ngajak anak orang bolos? Wah parah lu."

"Gue belum selesai cerita anjir." Jawab Sedia dengan penuh penekanan dan dibalas dengan tawa dari kedua temannya.

"Nah gue ketemu dia di depan gerbang sekolah. Karena gue kasihan yaudah gue ajak masuk lewat pagar belakang."

Senja dan Kasih pun hanya bisa terdiam dan menggelengkan kepalanya tak habis pikir dengan jalan pikiran Sedia.

Dari kejauhan terlihat seorang siswa memakai seragam SMA yang sama seperti milik Sedia dan Senja sedang memperhatikan mereka. Iya siapa lagi kalau bukan Kala. Matanya menatap ragu, ia ingin bergabung dengan kasih dan teman temannya. Namun ia masih bingung bagaimana memulainya. Kala pun nekat mendatangi meja tempat kasih dan teman temannya berkumpul.

"Hai boleh gabung nggak?"

Kasih, Sedia dan Senja pun saling bertukar tatap dan bingung untuk menjawab pertanyaan Kala.

"Boleh. Duduk aja." Jawab Senja

Kala pun duduk dihadapan kasih.

"Lu yang tadi telat bareng dia kan?" Tanya kasih.

"Dia siapa?" Jawab Kala bingung.

"Gue bocah."

"Oh nama lu Dia."

"Lah kan tadi udah bilang."

"Gue kira lu teriak teriak nggak jelas."

"Lu kira gue gila apa."

"Udah deh. Dia lu sama siapa aja kok berantem sih heran gue." Kata kasih.

"Ya tu bocah yang mulai duluan."

"Iya maaf." Kata Kala untuk menghentikan perdebatannya dengan Sedia.

"Oiya gue Kala." Kata Kala sambil mengulurkan tangannya ke Kasih. Ia pun berkenalan dengan kasih dan senja.

"Gue udah lama lho lihat lu manggung. Suka banget gue sama puisi puisi buatan lu. Nggak lebay tapi ngena banget di hati." Puji Kala pada Kasih

"Waduh thanks ya. Gue nggak biasa nih dipuji kayak gini."

Mereka pun berlanjut mengobrol dan diselingi dengan Sedia dan Kala yang berdebat tentang hal yang tidak penting. Hingga langit pun berubah menjadi jingga. Saat itu pula mereka memutuskan untuk mengakhiri obrolannya dan pulang ke rumah masing masing. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status