Share

5. Sabar ya, Nduk

Author: Rumi Cr
last update Last Updated: 2025-09-23 19:00:29

"Assalamualaikum, Abah, Umi," sapa Kasih dengan suara bergetar begitu mendapati kedua mertuanya berdiri di teras.

"Waalaikum salam," balas Afiah sementara Aziz hanya menggumam.

"Mari masuk, saya baru dari tempat Mbah Mi untuk memijatkan Umar." Kasih memutar kunci, membuka pintu, mempersilakan kedua mertuanya masuk.

"Biar umi yang gendong Umar, Sih."

"Nggih Mi, agak demam Umar dari kemarin," ujar Kasih seraya melepaskan simpul selendang di punggungnya. Sedangkan Afiah memegang tubuh cucunya.

"Innalillahi... Sudah ke dokter, Sih?" Afiah meräba kening Umar.

"Belum sempat Mi, semalam saya kompres."

"Sudah tahu, demam malah dipijet! Mau bilang pendidikan tinggi itu, enggak penting. Nyatanya hal sepele seperti ini saja, kamu enggak tahu," sengah Aziz dengan suara datar namun begitu menusuk Kasih.

"Sebentar nggih, Mi. Saya ke belakang dulu ... oh, iya Abah dan Umi mau minum teh atau kopi?"

"Enggak usah repot, kita hanya mampir sebentar! Urus dirimu itu, mandi-mandi sana! Baru ditinggal Faiq sebentar, sudah kayak tahunan enggak pernah diurusin!"

"Bah ...." tegur Afiah seraya menggelengkan kepala.

Aziz mendengkus, lantas dia jatuhkan bobotnya di sofa. Sedang Afiah menimang Umar yang nampak menggeliat.

"Kamu mandilah, mumpung Umar masih tidur. Nanti kita ngobrol sebentar." Afiah memandang mantunya dengan iba. Sebagai istrinya, ia hafal perangai Abah Faiq, yang senang rapi, rijik. Dan saat ini, mereka melihat penampilan Kasih tidaklah pas dipandang suaminya. Gamis dipakai Kasih kusut, wajahnya kuyu, terlihat lelah.

Kasih mengangguk lantas berbalik menuju ruang tengah meletakkan buah yang dibelinya tadi di meja. Ia pun bergegas mengambil handuk yang dijemur di belakang untuk mandi di kamarnya.

"Mi ... lihat ini, foto Faiq dan Zahra sedang bersenang-senang di Bali." Aziz mengeraskan suaranya, begitu dilirik Kasih berjalan menuju kamarnya di ruang tengah.

Sesaat Kasih terlongo, kemudian melanjutkan langkah kekamar.

"Oh, jadi Mas Faiq dan Zahra di Bali sekarang," tangis Kasih dengan hati tak terbentuk lagi begitu pintu kamar ditutup, dan tubuhnya luruh ke lantai.

***Rcr___

"Oalah, mereka berdua lagi jalan-jalan di pantai, Mi." Tawa renyah Aziz di ruang tamu.

"Abah kok, tahu? Tanya sama Zahra?" tanya Afiah heran.

"Mana berani Abah ganggu mereka, Mi ... ini, Abah lihat di story w******p Zahra. Lihatlah mereka nampak bahagia sekali."

"Abah jangan bahas itu, disini." Tegur Afiah berbisik, namun masih bisa terdengar oleh Kasih di kamarnya.

"Kita pikirkan perasaan Kasih, sedikit saja Bah, tolong ...."

Hati Kasih menghangat ia dibela oleh ibu mertuanya. "Setidaknya umi perduli padaku," batin Kasih menghibur diri.

"Iya-iya."

Rumah kontrakan mereka tidak terlalu besar, jadi pembicaraan kedua orang tua Faiq sudah pasti bisa didengar Kasih. Atau memang sengaja bapak mertua Kasih, bicara demikian untuk membuat menantunya itu sakit hati.

Setelah berganti baju, Kasih kembali ke ruang tamu membawa kedua piring berisi buah yang dibelinya tadi. Tak lupa ia taruh pisau buah di antara dua piring ceper berisi apel dan pear itu.

"Maaf, Abah ... Umi ... hanya ada ini," tawarnya. Mengingat tadi dilarang membuat minum oleh Abah Faiq, Kasih pun tidak membuatkan mereka minuman.

Kasih ingat, waktu kedua mertuanya datang memintanya tanda tangani surat izin poligami. Apa yang dihidangkan tidak disentuh, bahkan sekedar minum pun tidak.

Istri pertama Faiq itu, memilih duduk diam di sofa yang berseberangan dengan kedua mertuanya. Sekalipun dengan jelas ia mendengar yang dibicarakan oleh Aziz. Wanita itu, memilih bersikap biasa saja, menunjukkan sisi ketenangan dirinya.

"Kasih," panggil Afiah mendekat, lantas duduk di samping menantunya.

"Iya, Mi."

"Kita tiduran Umar di kamar dulu, ya ... umi ingin ngobrol sebentar denganmu."

***Rcr___

Di kamar, Kasih berhadapan dengan Umi Faiq. Sedangkan Abah suaminya memilih duduk di teras setelah perdebatan kecil dan ia diajak ke kamar oleh ibu mertuanya.

"Kamu sehat, Sih?"

"Sehat Mi, Alhamdulillah."

"Faiq yang meminta umi melihat keadaan kalian berdua. Pagi Subuh, setelah dia menikah ia telepon Umi untuk kemari. Tapi, maaf ... Abah baru ada waktu sore ini, Sih."

Kasih mengangguk, Faiq mengkhawatirkan ia dan Umar rupanya.

"Sih ... Umi memberi restu, Faiq menikahimu dulu, karena Faiq menyakinkan Umi, ia pasti bahagia hidup berumah tangga denganmu.

"Umi bisa melihat sebesar apa Faiq mencintaimu. Dia berani menentang Abahnya, yang dari dulu tidak pernah ditentang oleh kami, kalau Abah ada kemauan.

"Sejatinya rumah tangga ini, kalian yang akan menjalani, karena itulah Umi sangat berharap kamu selalu bersama Faiq. Sudah ada Umar, putra kalian, cucu kami. Setidaknya hadirnya, bisa menjadi penguat kalian menerus pernikahan ini. Menikah adalah ibadah terlama seumur hidup. Sekali lagi, Umi minta ... jangan pernah ada keinginan meninggalkan Faiq. Umi akan berusaha menjadi penengah. Antara kamu, Faiq dan Zahra."

"Nggih, Mi ...." Air mata Kasih menetes tanpa ia sadari. Kesedihan itu, nyatanya tidak mampu disembunyikan lagi.

"Maaf, Mi," ucap Kasih segera menghapus bulir air matanya.

Selama beberapa hari ini, sakit Kasih tahan sendiri di dalam dada, sedikit saja simpati yang datang, pasti langsung mengundang air mata.

Berbagi suami bukanlah hal mudah, kendati Faiq tetap bersikap baik, cemburu dan terluka selalu berpadu menjadi kesedihan teramat dalam untuknya saat ini.

"Kasih .... Sabar ya, Nduk." Afiah meraih tangan menantunya. Wajah Umi Faiq menyiratkan iba sekaligus haru, membuat Kasih semakin tergugu.

Afiah memeluk Kasih dengan penuh kasih sayang. Dan untuk pertama kalinya, Kasih merasa mendapatkan sedikit simpati di tengah luka yang ia tanggung.

Di tengah pelukan itu, Umar terbangun dan mulai menangis lagi. Kasih segera beranjak, menggenggam tangan kecil anaknya yang masih hangat, berharap semua ini akan segera berlalu. Putranya bisa ceria seperti hari-hari sebelumnya.

.

.

Next

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kasih Lembayung (Aku Akan Bertahan Semampuku)   6. Mas, Temani Aku

    Sampai salam ketiga tidak juga ada jawaban, Faiq Hamzah memutuskan membuka pintu, ternyata tidak terkunci. Suasana tampak lengang, beberapa mainan Umar berserakan, sebuah sapu teronggok di pojok dinding. Pertanda bersih-bersih rumah belum tuntas. Melihat kamar tertutup rapat, dapur nampak terang. Ia segera ke dapur. Ada rajangan buncis di wadah, bawang merah-putih yang telah dikupas, potongan wortel masih berada di atas talenan, dan tiga potong tahu terendam di mangkok. Sepertinya mau masak sayur, pikir Faiq. "Kasih kemana?" gumamnya. Faiq bergegas ke halaman belakang, karena pintu dapur terbuka. Siapa tahu, sedang memetik daun salam. Namun, ia tidak juga menemukan istrinya. Tiba-tiba terdengar langkah berat, tampak Kasih sedang berjalan terhuyung. Tangannya meräba dinding samping pintu kamar, supaya tidak limbung. Faiq segera menghampirinya. "Dek," panggilnya, meraih tubuh Kasih yang mulai ke

  • Kasih Lembayung (Aku Akan Bertahan Semampuku)   5. Sabar ya, Nduk

    "Assalamualaikum, Abah, Umi," sapa Kasih dengan suara bergetar begitu mendapati kedua mertuanya berdiri di teras."Waalaikum salam," balas Afiah sementara Aziz hanya menggumam."Mari masuk, saya baru dari tempat Mbah Mi untuk memijatkan Umar." Kasih memutar kunci, membuka pintu, mempersilakan kedua mertuanya masuk."Biar umi yang gendong Umar, Sih.""Nggih Mi, agak demam Umar dari kemarin," ujar Kasih seraya melepaskan simpul selendang di punggungnya. Sedangkan Afiah memegang tubuh cucunya."Innalillahi... Sudah ke dokter, Sih?" Afiah meräba kening Umar."Belum sempat Mi, semalam saya kompres.""Sudah tahu, demam malah dipijet! Mau bilang pendidikan tinggi itu, enggak penting. Nyatanya hal sepele seperti ini saja, kamu enggak tahu," sengah Aziz dengan suara datar namun begitu menusuk Kasih."Sebentar nggih, Mi. Saya ke belakang dulu ... oh, iya Abah dan Umi mau minum teh atau kopi?""Enggak usah repot, kita

  • Kasih Lembayung (Aku Akan Bertahan Semampuku)   4. Mas, Anakmu Demam

    Sekarang, di tengah malam yang dingin, Faiq merindukan Kasih dan anak mereka, Umar. Ia membuka galeri di ponselnya, menelusuri foto-foto keluarga kecilnya. Ia mencari kedamaian di antara kegundahan hatinya.Namun, sesuatu yang aneh terjadi. Faiq menemukan pesan di aplikasi WhatsApp yang menunjukkan bahwa nomor Kasih telah dikirim ke kontak Abahnya.“Kok bisa?” Faiq merasa curiga.Pertanyaan demi pertanyaan terus berkelindang dalam pikiran Faiq. Ia segera menelepon Mutia, adiknya, untuk mencari tahu. Diliriknya jarum jam di angka satu, panggilan berulang ia lakukan.Panggilan keempat kalinya, baru dijawab Mutia. Faiq langsung melontarkan pertanyaan tajam, "Mutia, selama acara ponsel Mas Faiq kamu yang pegang. Apakah kamu yang kirim nomor Kasih ke Abah?" tanya Faiq penuh penekanan."Maaf, Mas ... Abah yang minta nomer Kasih," jawab Mutia dengan suara ragu."Untuk apa?" Faiq merasa cemas."A-Abah ....""Iya, Abah m

  • Kasih Lembayung (Aku Akan Bertahan Semampuku)   3. Pernikahan Suamiku

    Malam itu, setelah Umar tertidur, Kasih membereskan mainan yang berserakan di kamar, memeriksa pintu dan jendela, dan mematikan lampu ruang tamu. Ketika hendak beristirahat, ponselnya berbunyi.Ting... Ting...Beberapa pesan dari nomor tak dikenal masuk. Ada satu video dan beberapa foto. Dengan rasa penasaran, Kasih membuka satu per satu file yang dikirim.Foto pertama menampilkan pesta pernikahan. Keluarga besar Faiq berdiri rapi, tersenyum bahagia bersama Faiq dan Zahra yang tampak sebagai mempelai. Pandangan Kasih tertuju pada Zahra, mempelai wanita yang mengenakan gaun mewah terlihat sangat anggun.Foto berikutnya memperlihatkan Zahra dan Faiq memamerkan buku nikah mereka. Wajah Kasih memucat, namun ia terus membuka foto demi foto.Kasih mendowload video yang sebenarnya bisa ia perkirakan isinya. Benar saja, saat terputar video tersebut berisi ijab kabul. Faiq tampak mantap mengucapkannya. Doa dan restu dari para tamu undangan terdeng

  • Kasih Lembayung (Aku Akan Bertahan Semampuku)   2. Maafkan Ibu, Nak

    Kasih terisak sambil menyeka air matanya yang tak kunjung reda. Tangan kecil Umar mencoba meraih wajahnya, seolah ingin memberikan penghiburan dengan sentuhan lembutnya.Kasih mencium tangan mungil itu berkali-kali, menahan gejolak hatinya. "Maafkan ibu, Nak," bisiknya.Keadaan psikis Kasih benar-benar berada di titik terendah, memengaruhi produksi ASI yang ia berikan untuk Umar. Walau sudah dikenalkan MPASI untuk putranya yang berumur delapan bulan itu. Namun, tetap ASI ibunya yang dicari setiap lapar maupun haus.Karena menyadari hal itulah, Kasih bergegas ke dapur, mencoba mengalihkan segala hal yang menjadi beban pikirannya. Perempuan yang dipersunting Faiq tiga tahun lalu itu, mengayunkan langkah menuju kulkas yang berseberangan dengan kompor di dapurnya.Kasih mengambil sayur segar yang masih tersisa dalam box kulkas paling bawah. Ia mengambil sayur pare, tempe yang tinggal separuh. Kasih mulai mengiris tipis tempe, merajang pare d

  • Kasih Lembayung (Aku Akan Bertahan Semampuku)   1. Maaf, Dek

    "Maaf, Dek," ucap Faiq dengan suara pelan, tangannya terulur menyentuh pundak istrinya.Mata Kasih terpejam, mencoba menahan perasaan yang menyakitkan. Kata-kata Faiq, alih-alih menenangkan, yang ada malah memperdalam luka di hatinya."Aku mencintaimu, dan itu tidak akan pernah berubah, Sayang," bisik Faiq mendekat untuk merengkuh tubuh istrinya.Pelukannya membuat hati Kasih semakin lemah. Dipelukan pemilik segenap jiwanya tangisnya kian tersedu. Begitu dalam kesedihan yang ia rasakan."Menangislah, Dek. Marahi suamimu yang pengecut ini ... tapi, jangan pernah meminta Mas pergi darimu. Mas enggak akan sanggup," pinta Faiq dengan suara bergetar. Penuh rasa bersalah.Tangis Kasih pecah, dan mereka menangis bersama, terjebak dalam pelukan yang menyayat hati.Bayangan hari-hari yang tak lagi sama menghantui mereka. Rasa yang dulu utuh, sebentar lagi harus terbagi.Tuhan, bersalahkah kami, kalau hanya ingin saling mencintai dan memiliki?..Satu jam sebelumnyaHati Kasih berbunga-bunga s

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status