Share

Bab 4

Auteur: Seli
Jiwaku mengikuti Lina ke sebuah klinik pribadi.

Tidak lama kemudian, tunanganku, Samuel tiba-tiba masuk.

Dia langsung berjalan mendekati Lina, menggenggam tangannya dengan cemas, dan memeriksa luka tusukan kalajengking di telapak tangan Lina. Matanya terlihat sangat khawatir.

“Bagaimana bisa begini? Apa kata dokter?”

“Samuel, jangan seperti itu,” ucap Lina terisak, tetapi dia berusaha tersenyum. “Ini bukan salah Karin. Dia hanya ingin memberiku kejutan, mungkin dia salah mengambil hadiah. Kamu tahu, sebagai dokter, dia memelihara banyak binatang kecil untuk percobaan ....”

Makin Lina pura-pura memahami, makin muram wajah Samuel. Samuel mendongak dan berkata dengan penuh amarah, “Karin? Dia sekarang sembunyi di mana? Lina, jangan takut, aku pasti akan membelamu!”

'Samuel, kamu tidak perlu mencariku. Aku ada di dekatmu, tapi mungkin kamu sudah tidak bisa marah lagi, karena aku sudah mati.'

'Tentu saja kamu bisa membuang mayatku seenaknya. Tidak memakamkanku, sebagai hukuman untukku.'

Setelah keluar dari klinik, Samuel meneleponku.

Namun, panggilan itu tidak diangkat, lalu dia meninggalkan pesan suara: "Karin, bagaimana kamu bisa sekejam ini? Sengaja menaruh kalajengking di kotak hadiah untuk melukai adikmu sendiri. Aku selalu mengira kamu baik, tapi ternyata kamu tega melakukan ini karena iri!"

Suaranya penuh kemarahan.

"Aku tadinya ingin memberimu hadiah, sebuah warisan kalung keluarga sebagai hadiah atas prestasimu. Tapi sekarang, kamu nggak pantas mendapatkannya. Anggap saja ini sebagai hukumanmu."

"Jangan sampai Lina kenapa-napa. Kalau nggak … pertunangan ini akan batal!"

Mendengar tuduhannya, aku sudah sangat lelah sampai tidak mampu bereaksi.

Aku sudah tahu dia akan berpihak pada Lina.

Saat kami pertama kali saling mengenal, setelah Samuel tahu aku diabaikan di rumah, dia berjanji akan memberikan cinta yang tulus padaku.

Dia membelikanku perhiasan cantik, mengantarku berangkat dan pulang dari kuliah, lalu menjemput serta mengantarku saat pergi dan pulang kerja.

Namun, entah sejak kapan semuanya berubah. Dia mulai terus-menerus berpihak pada Lina. Samuel bilang Lina lebih muda delapan tahun, sebagai kakak, aku harus menjaga Lina dan bersikap baik padanya.

Aku curiga dia jatuh cinta pada Lina, jadi aku bertanya padanya, tapi dia hanya bilang, “Kamu jangan berpikir macam-macam, aku hanya menganggap Lina seperti adikku sendiri.”

Sikapnya yang dingin membuatku merasa seperti akan gila.

Namun, aku sangat mencintainya. Aku pikir keberadaannya adalah hadiah dari Tuhan dan dia hanya akan jadi milikku.

Namun, aku salah, sangat salah.

Ayah dan Ibu lebih menyukai Dani dan Lina karena mereka lebih unggul dariku.

Lalu Samuel? Kenapa dia mencintai Lina? Aku sudah tidak tahu lagi.

Karena sekarang, entah aku terjatuh atau berdarah, aku tidak akan merasakan sakit sedikit pun. Aku sudah mati, jiwaku tidak bisa merasakan sakit fisik lagi.

Setelah lewat tengah malam, Ayah, Ibu, dan Dani pulang dalam keadaan letih.

Aku melayang di sudut ruang tamu, mendengar Ibu yang berbicara sambil menghela napas, “Sayang sekali, latar belakang keluarga Samuel nggak sebaik Lina. Kalau nggak, mereka benar-benar akan menjadi pasangan yang serasi.”

“Kamu lihat dia di klinik, dia sangat perhatian pada Lina.”

Hatiku seketika tersentak.

Ayah melanjutkan, “Benar, Samuel sangat kompeten. Aku juga merasa Lina menyukainya. Kalau mereka bisa bersama, itu akan sempurna.”

“Jangan berpikir macam-macam,” kata Ibu menggeleng. “Latar belakang Samuel cocok dengan Karin. Meski menikah dengan Karin, dia tetap bisa menjaga Lina.”

Suaranya terdengar santai, tapi seperti pisau yang menusuk dadaku.

Saat itu Ayah mengerutkan kening dan berkata, “Di rumah ada bau aneh, seperti bau darah.”

Dani ikut menuju ke ruang bawah tanah.

“Apa itu?” kata Ibu sambil mengikuti mereka.

Dani membuka pintu.

Bau darah yang sangat kuat dan menyengat menyambut mereka.

Dalam cahaya remang, sebuah mayat terbaring tenang di dalam genangan darah, dengan mata setengah terbuka.

Dani terpaku, dia berkata dengan suaranya bergetar, “Karin ...?”

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • Kata Mereka, Aku Suka Cari Perhatian   Bab 9

    Setelah diusir dari keluarganya, kehidupan Lina benar-benar hancur. Tanpa dukungan keluarganya, Lina hanya bisa meringkuk di sebuah rumah kontrakan termurah dan paling kumuh di pinggiran kota. Tidak lama kemudian, rumor tentang dirinya yang membunuh kakak kandungnya sendiri menyebar ke seluruh lingkaran sosial.“Orang yang bisa menyakiti keluarganya sendiri...” ujar para tetua dengan nada dingin. “Selamanya nggak pantas untuk masuk ke keluarga ini selangkah pun!” Lina mencoba mencari orang yang dapat menerimanya selain keluarganya, tetapi tidak ada yang mau menerima wanita yang dijuluki sebagai "Pembunuh Kakaknya". Sejak saat itu, Lina kehilangan identitas dan keluarganya, dia menjadi sasaran ejekan banyak orang.Kehidupannya perlahan-lahan terkikis oleh kelaparan, kedinginan, dan kesepian. Sosoknya berkeliling di jalanan, seperti hantu tanpa tempat kembali. Agar bisa bertahan hidup, dia terpaksa melakukan pekerjaan ilegal, yaitu menjual tubuhnya demi mendapatkan uang untuk memenuhi

  • Kata Mereka, Aku Suka Cari Perhatian   Bab 8

    Saat sedang membereskan barang-barang peninggalanku, Ayah menemukan sebuah pena perekam suara di bagian terdalam laci milikku. Dia ragu sejenak, lalu menekan tombol putar.Terdengar suara serak dan tergesa-gesa dari dalam, itu adalah detik-detik terakhir dalam hidupku.“Siapa kalian? Kenapa menerobos masuk?” “Tenang saja, Karin. Kami hanya ingin mengambil sesuatu.” Suara seorang pria asing terdengar.“Lina bilang, selama kami bisa menghajarmu babak belur, lalu mengambil beberapa fotomu bersama laki-laki, dia akan membuat semua orang tahu siapa kamu sebenarnya.”“Ingat, jangan sampai membunuhnya. Cukup buat reputasinya hancur saja.”Kemudian, terdengar suaraku yang berjuang mati-matian, disusul suara benturan keras.“Ah!”Aroma darah seolah bisa tercium, meski hanya dari rekaman suara. Akhirnya, yang tersisa hanyalah napas terengah-engah dan suara permohonan yang makin lemah, “Tolong aku … kumohon … apa ada orang?”Lalu, hening total.Rekaman berakhir.Seluruh keluarga terdiam membek

  • Kata Mereka, Aku Suka Cari Perhatian   Bab 7

    Samuel berlari ke rumahku dengan panik. Saat dia mendorong pintu kamarku, Ayah sedang duduk di dalam, menggenggam erat sebuah buku harian lama.Ayah membuka halaman pertama. Jari-jarinya bergetar halus.[Ulang tahun ke-10, seluruh keluargaku lupa. Hanya pelayan yang ingat dan membelikanku kue kecil.][Saat berumur 15 tahun, aku patah tulang dan harus dirawat selama sebulan. Tidak ada yang datang menjenguk. Tapi saat tangan Lina tergores kertas, Ayah dan Ibu menemaninya semalaman.][Saat berumur 20, aku menjuarai lomba riset antar kampus. Tapi Ayah dan Ibu malah pergi menonton konser piano Lina.]Dari satu halaman, lalu ke halaman berikutnya, semuanya berisi catatan tentang kekecewaan dan kesepian.Totalnya ada 99 catatan, dari masa kecil hingga sekarang. Setiap catatan dilengkapi tanggal dan detail yang jelas. Seperti jarum, satu per satu menusuk hati setiap orang yang membacanya.Ibu menangis tersedu-sedu, menutup mulut dengan tangan gemetar. Raut wajah Ayah benar-benar hancur, dia be

  • Kata Mereka, Aku Suka Cari Perhatian   Bab 6

    Suasana di rumah kacau balau, tetapi Samuel sama sekali belum tahu bahwa aku telah meninggalkan dunia ini.Saat ini, Samuel masih bersama Lina, dia membalut kembali luka di tangan gadis itu dengan telaten.“Masih sakit?” Suaranya lebih lembut daripada yang pernah aku dengar sepanjang hidupku.Lina menggeleng pelan, matanya berkaca-kaca. Dia berkata, “Sudah nggak sakit. Asal kamu ada di sini, aku nggak takut apa-apa.”Samuel menatapnya penuh iba, sorot matanya dipenuhi amarah.“Karin keterlaluan. Begitu dia muncul, aku pasti akan membuatnya mendapat ganjaran!”“Jangan salahkan Karin.” Lina mengangkat tangannya dan menggenggam ujung jari Samuel dengan erat. Dia berkata dengan suara serak dan pelan, “Dia hanya terlalu ingin diperhatikan.”Makin pengertian Lina berbicara, makin dalam pula rasa kasihan Samuel terhadapnya.“Lina, kamu terlalu baik. Dia sudah menyakitimu seperti ini, tapi kamu masih membelanya.”“Aku hanya … khawatir padanya.” Lina berbisik, air matanya menetes di punggung t

  • Kata Mereka, Aku Suka Cari Perhatian   Bab 5

    Dani terpaku, namaku terhenti di bibirnya, tapi tak kunjung terucap. Yang bereaksi paling cepat adalah Ayah, ekspresinya yang terkejut segera berubah menjadi marah. “Karin! Kamu sudah gila? Apa sebenarnya yang kamu mau? Demi menarik perhatian kami, sampai melakukan bunuh diri yang konyol seperti ini!” Ibu pun menyahut dengan suara nyaring, “Cepat bangun! Kamu tahu nggak betapa memalukannya kamu sekarang? Demi berebut perhatian dengan Lina, kamu bahkan pura-pura mati?”Jiwaku melayang di dekat mereka, melihat mereka berteriak pada tubuhku yang dingin.Mereka masih tidak percaya aku benar-benar mati, mereka hanya mengira ini trik untuk mencari perhatian dan simpati mereka.Dani akhirnya tersadar dari kebingungan, dia melangkah maju dan dengan kesal menendang lenganku dengan ujung sepatu. “Berhenti pura-pura! Bangun!”Tubuhku terguncang sedikit akibat tendangan itu, tapi tetap kaku tak bergerak. Ini membuatnya benar-benar panik. "Aku bilang, bangun!” teriak Dani, lalu menendangku lagi

  • Kata Mereka, Aku Suka Cari Perhatian   Bab 4

    Jiwaku mengikuti Lina ke sebuah klinik pribadi. Tidak lama kemudian, tunanganku, Samuel tiba-tiba masuk.Dia langsung berjalan mendekati Lina, menggenggam tangannya dengan cemas, dan memeriksa luka tusukan kalajengking di telapak tangan Lina. Matanya terlihat sangat khawatir. “Bagaimana bisa begini? Apa kata dokter?” “Samuel, jangan seperti itu,” ucap Lina terisak, tetapi dia berusaha tersenyum. “Ini bukan salah Karin. Dia hanya ingin memberiku kejutan, mungkin dia salah mengambil hadiah. Kamu tahu, sebagai dokter, dia memelihara banyak binatang kecil untuk percobaan ....”Makin Lina pura-pura memahami, makin muram wajah Samuel. Samuel mendongak dan berkata dengan penuh amarah, “Karin? Dia sekarang sembunyi di mana? Lina, jangan takut, aku pasti akan membelamu!”'Samuel, kamu tidak perlu mencariku. Aku ada di dekatmu, tapi mungkin kamu sudah tidak bisa marah lagi, karena aku sudah mati.''Tentu saja kamu bisa membuang mayatku seenaknya. Tidak memakamkanku, sebagai hukuman untukku.'

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status