Share

Negosiasi yang Sia-sia

Author: Isna Arini
last update Last Updated: 2022-07-31 22:04:42

Pagi-pagi sekali aku sudah membereskan semuanya, membantu ibu yang kemana-mana harus di bantu dan di awasi karena kakinya yang sudah tidak kokoh lagi menopang berat tubuhnya.

Malam tadi suamiku tidak pulang, apa dia tinggal dan menginap di tempat Dania? Dadaku bergemuruh jika membayangkan hal tersebut.

Setelah menyiapkan makanan untuk ibu, membantunya pergi ke kamar mandi untuk mandi pagi, aku segera membersihkan diriku sendiri dan bersiap untuk pergi ke ruko. Aku harus menemui wanita itu hari ini juga.

"Bu, Safa pamit dulu ya. Mau ke ruko, kalau ada apa-apa langsung hubungi Safa saja ya. Ada yang harus di selesaikan," ucapku berpamitan kepada mertuaku.

"Hati-hati kalau kemana-mana ya, Bu," pesanku memastikan.

"Iya tenang saja, ibu bisa di tinggal kok. Kamu juga perlu sekali-kali keluar rumah jangan ngurusin ibu terus. Kamu juga perlu refreshing," tutur wanita yang sudah melahirkan mas Galih itu.

Setelah kucium tangannya dan berpamitan, segera ku ayunkan langkahku menuju pintu keluar. Aku harus segera menyelesaikan semuanya ini bagaimanapun caranya.

Segera ku kendarai mobil mungil milikku, mobil yang selama ini sudah jarang di pakai karena aku jarang kemana-mana. Mobil Mirage, mobil pertama kali yang kami miliki dan hingga sekarang aku sayangi.

Kendaraanku menembus padatnya kota, berlomba dengan kendaraan lain yang sedang mengantarkan pengendaranya ke tempat tujuan masing-masing. Sekolah maupun bekerja mencari nafkah.

Seorang satpam membukakan pintu untukku begitu mobilku sampai di depan pintu gerbang. Ruko milik kami memang di pagar dan dengan gerbang yang lumayan tinggi. Karyawan jahit yang banyak dan barang-barang berharga serta bahan-bahan yang memerlukan penjagaan membuat kami memutuskan untuk membuat gerbang dan memiliki penjaga.

Beberapa karyawan tersenyum dan menyapaku saat melihat kedatanganku. Cukup lama aku tidak datang ke tempat ini, aku begitu percaya mas Galih akan menjalankan semuanya dengan baik. Terbukti dengan usaha kami yang semakin berkembang dengan cepat dan pesat.

Melewati lantai satu, aku langsung ke naik ke lantai dua. Tampak karyawan sedang sibuk memotong pola-pola baju yang akan di jahit di lantai bawah. Mereka juga menyapaku dengan ramah.

Kembali aku ayunkan langkah menuju ke lantai tiga, dimana aku akan bertemu dengan Dania dan mas Galih disana. Melewati tangga, aku segera masuk ke ruangan kerja mas Galih yang dibagi lagi dengan sekat setinggi orang dewasa untuk tempat Dania bekerja.

Saat aku membuka pintu ruangan tersebut, hanya ada Dania di dalam sana. Kemana suamiku itu, semalam tidak pulang dan sekarang pun tidak ada disini.

Dania segera bangkit dan menyapaku begitu melihat kedatanganku, tidak ada raut terkejut sama sekali di wajahnya. Melihat wanita yang mungkin saja hendak melabraknya karena sudah dengan lancang berkeinginan untuk mengambil suaminya.

"Dania, aku ingin bicara denganmu," ucapku langsung ke intinya.

"Disini mbak?"

"Tidak, aku ingin berbicara banyak hal. Sepertinya kamu sudah tahu hal apa itu dan tampaknya kamu sudah siap juga dengan semuanya."

"Kita bicara di restoran yang tidak jauh dari sini mbak, tidak mungkin kan kita bicara di rumah makan seberang ruko," ujarnya memberi solusi.

Restoran tidak jauh dari sini, apa kamu selalu makan siang dengan suamiku ditempat itu. Sebuah kalimat yang hanya aku ucapkan dalam hati.

Wanita itu segera keluar dari ruangan dan aku mengikutinya. Terlihat beberapa karyawan berbisik-bisik saat aku dan Dania berjalan bersama. Apa sebagian dari mereka sudah tahu hubungan mas Galih dengan wanita ini.

Kami segera memesan minuman dan makanan ringan sebagai teman bicara begitu kami sampai di restoran yang dimaksudkan oleh Dania. Tempat ini cukup nyaman dan tidak terlalu bising. Kami mengambil tempat duduk di sudut ruangan, agak jauh dari meja-meja yang lain.

"Pasti kamu tahu kan kenapa aku ingin bertemu denganmu," tanyaku sambil mengisap jus jeruk yang sudah aku pesan.

"Aku tidak bisa menduga-dugannya mbak," sahutnya dengan tenang.

Aku sampai tidak bisa berkata apa-apa melihat wanita ini, dia begitu santai menghadapi istri dari selingkuhannya.

"Berhentilah bekerja dan tinggalkan mas Galih," ucapku penuh penekanan.

"Aku tidak bisa mbak," jawabnya singkat.

"Kenapa?"

"Aku sedang hamil anaknya mas Galih mbak, bagaimana aku bisa meninggalkan dia. Aku perlu seseorang yang bertanggungjawab atas kehamilanku ini."

"Aku yang akan bertanggungjawab, lahirkan anak itu dan berikan padaku. Aku akan mencukupi semua kebutuhanmu saat hamil dan melahirkannya, aku juga akan memberikan kompensasi atas kehamilanmu itu."

Wanita di hadapanku itu hanya tersenyum miring mendengar perkataanku, dia benar-benar sudah berubah dari wanita lugu menjadi wanita yang terlihat penuh ambisi.

"Mbak Safa tidak dalam posisi untuk memerintah mbak, aku bukan wanita yang bersedia meminjamkan rahimku untuk dirimu. Jika mas Galih tidak mau menikahiku secara sah di mata hukum, maka aku akan menghilangkan bayi ini dari dalam sini. Bukankah suamimu itu begitu mendamba seorang anak, dia tidak akan rela aku melakukan hal itu. Bukankah dia sudah menentukan pilihannya, mas Galih memilihku mbak," ujarnya penuh penekanan.

Aku meremas ujung bajuku untuk menetralisir kemarahanmu.

"Kenapa kamu melakukan ini, Dania? kamu itu perempuan muda, bisa mendapatkan laki-laki bujangan. Kenapa kamu malah memilih suami orang, orang yang sudah menolong dirimu!"

"Karena aku mencintai mas Galih."

"Hah, cinta? apa kamu yakin itu cinta. Apa kamu masih akan mencintainya jika tiba-tiba dia menjadi miskin?" tanyaku sinis.

"Bagaimana bisa mas Galih menjadi miskin tiba-tiba, semua dia miliki. Usaha, rumah, kendaraan, toko," ujarnya menyebut semua aset yang dimiliki oleh suamiku.

"Kamu yakin itu semua miliknya?" tanyaku mengejek.

Wanita di hadapanku itu diam dan terlihat memucat, seperti yang aku duga. Wanita muda yang merusak rumah tangga orang lain dan menginginkan suami orang bukan karena cinta. Tapi mereka tergiur dengan kemapanan yang dimiliki lelaki tersebut, karena seorang bujangan yang mapan itu jarang ada.

"Bukankah kalian mendapatkannya setelah menikah, jadi jika kalian bercerai maka harta itu harus di bagi," sahutnya jengkel.

"Apa kamu begitu menginginkannya hingga kamu tahu segalanya tentang kami. Siapa yang kamu inginkan sebenarnya, mas Galih atau harta kekayaan?"

"Mas Galih, dan tentu juga dengan segala yang dimilikinya. Bagaimana bisa kami menghidupi anak ini tanpa itu!"

Aku tertawa sumbang mendengar jawabannya.

"Kamu pikir semua itu datang dengan tiba-tiba begitu saja. Kami memilikinya secara perlahan, dan kamu dengan seenaknya mau ikut menikmatinya begitu saja dan menyingkirkan aku. Tidak akan kubiarkan itu terjadi!"

"Kamu sudah kalah mbak, kamu tidak memiliki apa yang aku miliki. Aku memiliki anak yang diidamkan oleh mas Galih."

Bisa-bisanya wanita ini mengatakan hal itu, dia bangga memiliki anak di luar nikah.

"Bayi dalam kandunganmu itu tidak akan mewarisi apa yang di miliki oleh mas Galih karena dia anak di luar nikah," sahutku cepat.

"Siapa bilang dia anak di luar nikah, tanyakan pada suamimu itu dia sudah menikahiku atau belum. Kami hanya menunggu statusnya bercerai darimu dan tinggal mendaftarkan pernikahan kami di Kantor Urusan Agama."

Perkataan Dania sontak membuatku tertegun, mereka sudah menikah. Apa mereka menikah siri tanpa sepengetahuanku, kapan, dimana. Hatiku semakin hancur mendapati kenyataan ini.

Dania segera menghabisi makanannya dan meninggalkan diriku begitu saja. Aku masih terdiam mencerna semua yang telah terjadi.

Kamu boleh mengambil suamiku, penghianat memang pantas untuk penghianat juga. Tapi tidak akan aku biarkan kamu mendapatkan segalanya, Dania. Kamu tidak hanya mengincar suamiku, tapi apa yang dia miliki.

🍁🍁🍁

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Lilis Sugiarti
Baru mulai baca sampai bab 2 emosi ku dah naek kak ISNA...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Kau Campakkan Aku, Kutemukan Penggantimu    Ending

    Mobil yang dikendarai Mas Abi bergerak menjauhi rumah kami. Hari ini lelakiku itu mengajakku jalan-jalan tanpa anak-anak bersama kami. Dia ingin mengajakku refreshing, menyenangkan diri, merilekskan tubuh dan otot-otot setelah beberapa waktu yang lalu berjuang melahirkan putra kami. Awalnya aku menolak karena kasian anak-anak, ditambah lagi bayi kami baru dua bulan. Gimana jika nanti rewel kalau ditinggal. Setelah meyakinkan diriku, akhirnya aku mengikuti kemauan Mas Abi. Qia dan Albi pergi ke rumah Omanya. Keduanya di jemput pagi-pagi sekali, sedangkan Azam di rumah dengan pengasuhnya. Aku sudah menyediakan ASIP yang cukup banyak, cukup hingga sore atau bahkan malam nanti. "Kemana kita, Mas?" Tanyaku pada lelaki yang duduk di sampingku.Fokus menyetir kendaraan roda empat yang kami tumpangi. "Bersenang-senang. Mencari hiburan, kamu pasti penat terus berada dirumah. Sejak melahirkan, kamu belum pergi kemanapun." Perkataan Mas Abi memang benar, sejak melahirkan aku menghabiskan ba

  • Kau Campakkan Aku, Kutemukan Penggantimu    Menuju Ending

    Rumah sudah mulai sepi kembali, tinggal Mama dan Papa, juga kedua teman yang selalu ada untukku, Kaira dan Lili.Hari ini kami mengadakan acara aqiqah untuk anak ke tiga kami. Bayi laki-laki yang kami beri nama Khairul Azzam itu, saat ini sudah berusia dua minggu. Kami sengaja melakukan acara aqiqah setelah dua minggu kelahirannya agar keadaanku sudah pulih saat kami mengadakan acara tersebut. Bahkan Kaira dan Lili juga tidak aku izinkan untuk datang menengok saat aku masih dalam keadaan belum sehat. Hari ini adalah hari pertama mereka datang setelah aku melahirkan. Saat itu aku memang benar-benar ingin istirahat total tanpa ada yang menjenguk, hanya Mama dan Papa yang bolak-balik datang ke rumah kami. Kelahiran kali ini begitu sulit, penuh dengan perjuangan, sehingga aku tidak mau segera ditengok oleh siapapun agar bisa banyak beristirahat. Aku, Kaira, dan Lili, saat ini sedang berada di teras rumah. Tadi setelah acara memang keduanya sengaja tidak pulang dan ingin ngobrol dengank

  • Kau Campakkan Aku, Kutemukan Penggantimu    Drama Melahirkan 2

    "Apa maksudnya, Suster. Ini sudah sakit sekali bagaimana bisa masih belum," erangku menahan rasa sakit yang kembali datang. "Sabar yaa, Bu." Perawat itu membantuku tidur miring kembali dan mengusap-usap pinggangku.Nyaman terasa saat tangan lembut itu mengusap pinggangku. Tak lama kemudian, Perawat itu kembali berjalan keluar kamar, aku berteriak memanggilnya. "Suster mau kemana, jangan pergi. Aku udah gak tahan lagi," pekikku kencang. "Mas, sakit Mas. Aku nggak mau lagi kalau kayak gini. Aku mau operasi saja." Aku berkata sembari menatap ke arah Mas Abi yang masih berdiri di samping ranjang. Wajahnya tampak khawatir melihatku. Pria itu kembali duduk di atas kursi yang berada di samping ranjangku."Iya udah, ayo gimana baiknya," sahutnya seraya meriah tanganku lagi. Tak lama berselang, masuk lagi dua orang perawat ke dalam kamarku."Mari Bu, ke ruang tindakan," ucap salah satu dari perawat tersebut. "Saya udah gak bisa bangun lagi, Sus." Rasanya aku memang sudah tidak sanggup b

  • Kau Campakkan Aku, Kutemukan Penggantimu    Drama Melahirkan

    POV SafaWaktu berlalu dengan cepat, tidak terasa usia kehamilanku sudah memasuki trimester ketiga. Setelah trimester kedua tidak ada drama lagi dalam kehamilanku, aku sudah bisa mulai memakan apa saja dan berat badanku serta bayi beserta naik secara signifikan. Pada pemeriksaan terakhir kali beberapa waktu lalu, dokter mengatakan semuanya baik-baik saja. Posisi bayi sudah sempurna, berat badannya cukup, air ketuban cukup, plasenta masih bagus. juga cukup insya Allah kan aku bisa melahirkan secara normal seperti saat aku melahirkan Albi dulu. Aku mulai rajin jalan-jalan begitu usia kandunganku memasuki trimester ketiga, makan buah-buahan yang bagus untuk ibu hamil yang sudah mendekati masa HPL. Diantaranya saja buah nanas.Buah nanas memiliki kandungan bromelain yang mampu membantu melunakkan leher rahim hingga memicu kontraksi pada ibu hamil. Namun buah ini tidak disarankan dikonsumsi secara berlebihan karena menyebabkan diare yang tidak menyamankan ibu hamil saat melahirkan. Ka

  • Kau Campakkan Aku, Kutemukan Penggantimu    Kejutan 2

    POV Abimanyu"Tega sekali kalian," terdengar suara Safa sedang berbicara dengan orang.Aku yang baru saja keluar dari kamar mandi sangat jelas mendengar suara Safa, kami tadi bergantian ke kamar mandi setelah pulang dari rumah Mama. Meskipun sampai rumah sudah jam setengah sepuluh malam tapi aku memutuskan mandi dengan air hangat. Meskipun sudah jam sepuluh malam, tapi istriku itu tetap melakukan panggilan video dengan temannya. Sepertinya itu dengan Kaira dan juga Lili, mereka berdua memang membantuku untuk membawa Safa keluar dari rumah, sebelum akhirnya aku jemput untuk pergi ke rumah Mama. Pelan kuayunkan langkah mendekat pada istriku yang sedang duduk di depan meja riasnya. Bercermin sambil menelpon teman-temannya. Aku berdiri di sampingnya, bisa melihat layar smartphone milik Safa tapi Lili dan Kaira tidak bisa melihatku."Kalian sengaja membohongiku, kan? Jadi sebenarnya Lili itu mau beli baju beneran atau enggak sih? Atau cuma akal-akalan kamu saja, Li?" tanya sama pada te

  • Kau Campakkan Aku, Kutemukan Penggantimu    Kejutan

    POV Abimanyu"Mas, tega kamu melakukan ini padaku. Kamu yang salah, masa aku yang harus kena omelan mama," ucap Safa dengan wajah memelas. Sebenarnya aku tidak tega melakukan ini padanya, tapi ini adalah bagian dari skenario untuk memberinya kejutan. "Ya mau bagaimana lagi, Mama yang minta kamu kesana. Yang penting kita ke sana dulu saja.""Aku nggak mau pokoknya," tolak Safa. matanya mulai berembun.Antara mama dan Safa memang tidak pernah terjadi perseteruan. Hanya sekali waktu pertemuan kami sebelum menikah, dimana saat itu Mama melukai Safa dengan perkataannya. Dan swkali setelah menikah, saat Qia ngambek dan minta diantar ke rumah Omanya, lalu ke kuburan mending Mamanya. Mungkin momen itu begitu membekas di hati Safa hingga dia tidak mau juga mama kembali berkata buruk padanya. "Aku lagi hamil Mas, masa kamu tega melihat istrimu dimarahi oleh mamamu?" kali ini Safa mulai terisak.Hormon kehamilan membuatnya menjadi wanita yang mudah menangis. membuatku malah menjadi khawatir p

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status