مشاركة

Bab 3

مؤلف: Finella Zakaria
Nayla tertegun, jantungnya berdegup kencang.

Saat Simon menunduk hendak menciumnya lagi, tubuhnya tanpa sadar bergetar.

Menyadari reaksinya, gerakan Simon berhenti, mata dalamnya penuh dengan kendali diri.

"Kenapa, takut?"

Nayla masih belum sadar sepenuhnya.

Simon menggesek hidung Nayla dengan telunjuknya, lalu terkekeh, "Cuma bercanda, jangan dianggap serius."

Lalu, Nayla merasakan tubuhnya jadi ringan.

Simon sudah bangkit dari tubuhnya, berjalan ke kamar mandi untuk mandi.

Nayla akhirnya lega saat melihat punggung Simon. Dia menepuk dadanya pelan meski wajahnya masih panas.

Barusan dia kira akan terjadi "itu"...

Sebenarnya dia tidak terlalu konservatif, tapi bagaimanapun Simon adalah kakak kandung Hans.

Simon dulu selalu bersikap serius padanya, jelas cuma lebih tua beberapa tahun, tapi seperti kakek muda.

Perasaan ini sangat canggung.

Terutama tiga tahun lalu, dia dan Simon pernah mengalami hal yang memalukan itu...

Sudahlah.

Nayla menggeleng, tidak mau melanjutkan pikirannya.

Saat Simon selesai mandi, Nayla sudah menerima kenyataan tinggal bersamanya, lalu ikut mandi juga.

Mandi, perawatan kulit, dan losion tubuh menghabiskan satu setengah jam.

Dia kira Simon pasti sudah tidur.

Tidak disangka, saat pintu kamar mandi dibuka, suara menggoda Simon terdengar, "Kupikir kamu mau tinggal di dalam."

Mulutnya memang tetap setajam racun.

Nayla sudah terbiasa. Dia berdiri di ujung ranjang lalu bertanya dengan hati-hati, "Aku... tidur di mana?"

Simon mengangkat alis di wajah tampannya, "Nayla, bukankah buku nikah kita diurus secara sah?"

"Iya." Nayla sempat tidak paham.

"Jadi, kamu pernah lihat pasangan sah, pengantin baru tidur terpisah?"

Simon berhasil membuat Nayla terdiam.

Sudahlah.

Nayla menyerah untuk membantah.

"Sini."

Simon menepuk tempat di sampingnya.

Kali ini, Nayla menurut lalu berjalan mendekat.

Baru saja berbaring, telinganya mendengar suara menggoda Simon, "Istri Simon, ranjang sudah kusiapkan buat menghangatkanmu."

Nayla menoleh. Dia akhirnya tidak tahan saat melihat tatapan aneh Simon.

"Simon, kamu selalu membenciku, kali ini mendadak memaksaku menikah, lebih baik jujur, apa maumu?"

Simon tersenyum geli. "Kamu bilang aku benci kamu?"

"Memangnya nggak?" Nayla yakin dalam hati.

"Otakmu ini..."

Simon dengan nada magnetis yang panjang sambil tersenyum miring. "Memang nggak terlalu pintar."

Orang yang suka Hans bisa sepintar apa?

"Apa maksud..."

Belum sempat melanjutkan ucapannya, Nayla sudah dipeluk erat Simon, suara seraknya terdengar di atas kepalanya.

"Patuh saja, tidur dulu."

"Kamu dan aku sudah suami istri, nanti ada banyak waktu untuk saling mengenal."

Suaranya terdengar lelah dan napasnya makin dalam.

Nayla merasakan hangat tubuhnya saat dipeluk di dada pria itu. Nayla mendengar detak jantungnya dan mencium aromanya, membuat jantung Nayla berdetak makin cepat...

...

Pada saat yang sama.

Tengah malam, di ruang VIP karaoke.

Hans tampak gelisah dan semalaman terus melihat ponselnya.

Dulu kalau Nayla marah, paling lama setengah hari sudah akan mencari dia.

Hari ini soal gagal menikah, meski Nayla marah sampai bersumpah, biasanya dalam tiga jam, Nayla akan mencari Hans untuk minta maaf.

Namun, kini sudah larut, bahkan satu pesan pun tidak ada.

Sungguh makin berani dia.

"Kak, lagi nungguin telepon dari Kak Nayla?"

Karin duduk di sampingnya, wajah penuh rasa bersalah. "Gimana kalau kamu cari Kak Nayla saja? Dia pasti sangat marah sekarang."

"Semua ini salahku, aku nggak seharusnya kembali hari ini. Kalau nggak, pasti nggak akan ganggu kalian menikah, juga nggak buat Kak Nayla marah."

Karin sangat paham Hans yang selalu menjaga gengsi.

Makin dia bicara begitu, Hans akan makin marah.

Benar saja.

Hans menanggapi dengan santai, "Dia itu memang temperamennya macam putri, sebentar lagi pasti akan kembali sendiri, nggak usah dipedulikan."

"Selain itu, Karin, ini bukan salahmu. Menikah bisa kapan saja. Kamu sudah lama di luar negeri dan baru balik, tentu aku harus menyambutmu."

Setelah Hans bicara, teman-temannya ikut menyahut.

"Benar Karin, tiga tahun ini kamu nggak ada, Tuan Muda Hans sangat merindukanmu."

"Kalau bukan karena Nayla, tiga tahun lalu kamu juga nggak akan ke luar negeri."

"Nayla itu terlalu kekanak-kanakan, marahnya nggak pada tempatnya. Tuan Muda Hans, kali ini kamu harus benaran memberinya pelajaran."

Hans dengan wajah dingin mendengkus, "Kalau kali ini dia nggak minta maaf baik-baik pada Karin, aku nggak akan balikan dengannya."

Karin langsung tersenyum bahagia. Dia merangkul lengan Hans dengan manja dan bersandar padanya.

"Makasih Kak, kamu nggak tahu betapa aku takut kembali kali ini. Kalau Kak Nayla marah, mungkin aku harus pergi lagi."

"Nggak mungkin, kali ini aku nggak akan biarkan dia menang. Kamu tinggal saja di Hanka, aku akan melindungimu." Hans berjanji sambil membalikkan ponselnya.

Senyum di wajah Karin makin lebar, "Kak, kamu benaran baik, di keluarga ini cuma kamu yang paling sayang padaku."

Jauh lebih baik daripada kakak pertama.

Kakak pertama, Simon, selalu memasang wajah masam padanya, seolah dia adalah musuh Simon.

...

Nayla yang berada di vila sedang mendengarkan napas tenang Simon, kemudian akhirnya ikut tertidur.

Tidur kali ini lebih nyenyak dari sebelumnya.

Keesokan paginya.

Nayla membuka mata, langsung bertemu dengan sepasang mata yang dalam dan indah.

Pemilik mata itu, Simon, juga sedang menatapnya dengan lembut. "Istrinya Simon, tidurmu semalam nyenyak?"

Nayla mengangguk. "Cukup nyenyak."

Setelah tidur bersama semalaman, ternyata tidak terlalu canggung.

Simon tersenyum samar. "Kayaknya aku sebagai suami masih cukup membuatmu puas."

Nayla mengernyit.

Apa hubungannya dengan itu?

Saat itu Simon sudah turun dari ranjang, dia berjalan ke kamar mandi sambil berkata, "Ada rapat pagi, aku nggak bisa sarapan denganmu."

Nayla cuma menggumam setuju.

Sesuatu yang tidak didapatnya selama 7 tahun pacaran dengan Hans, dia juga tidak berharap dari Simon.

Apalagi, ini pernikahan kilat.

...

Saat Simon keluar dari ruang ganti, dia sudah mengenakan jas rapi.

Nayla yang sedang pakai perawatan kulit di meja rias, melihat bayangan Simon lewat cermin.

Jas gelap itu menonjolkan auranya yang elegan, alisnya tegas, dengan aura kuat yang menyelimuti, melangkah mendekatinya.

"Beli saja lebih banyak yang kamu suka, barang-barang di sana nggak perlu lagi." Simon berhenti di sampingnya, meletakkan kartu hitam di meja rias. "Nyonya Simon."

Nayla mendongak untuk menatap Simon.

Penampilan Simon yang murni dan terhormat membuat Nayla mengira sosoknya yang sinis dan penuh aura jahat semalam hanyalah ilusi.

"Siap." Nayla menerima kartu itu dengan tenang, berarti juga menerima identitas sebagai Nyonya Simon.

Bagaimanapun juga, menikah dengan salah satu dari dua bersaudara itu, tetap akan dipanggil Nyonya.

Bedanya, mantan pacar kini berubah menjadi adik ipar.

Hm, bisa berada satu tingkat lebih tinggi dari Hans, rasanya lumayan juga.

Simon yang melihat Nayla melamun pun tiba-tiba menunduk, bibir hangatnya mendekat di telinga Nayla. "Nyonya Simon, semoga kamu cepat terbiasa dengan identitas ini. Hubungan suami istri yang kuinginkan itu bisa melakukan apa yang seharusnya dilakukan pasangan."

Wajah Nayla langsung merona hingga ke telinganya…
استمر في قراءة هذا الكتاب مجانا
امسح الكود لتنزيل التطبيق

أحدث فصل

  • Kau Ingkar Janji, Kunikahi Kakakmu!   Bab 100

    Yuna terkejut, dia gemetar ketakutan di bawah tatapan mata Simon.Mungkinkah Simon sudah tahu sesuatu?Tidak, tidak mungkin.Yuna dengan cepat menenangkan dirinya dan terus berbicara dengan marah, "Simon, aku tahu kamu punya kemampuan dan seluruh Keluarga Jatmiko sudah diserahkan ke tanganmu. Meski Hans salah, apa pantas kamu melukainya begitu parah? Kamu nggak peduli sama sekali sama hubungan persaudaraan!"Perkataan Yuna penuh dengan tuduhan.Ucapan Simon barusan membuat tiga orang lainnya tercengang.Hans menggeram marah, "Kak Simon, gimanapun juga, aku dan Nayla sudah tunangan. Meski caraku salah, cepat atau lambat dia bakal jadi istriku. Aku cuma lakukan hal-hal yang dilakukan pasangan suami istri lebih awal."Karin berkata seolah hal itu wajar, "Benar, Kak Simon. Kak Hans dan Kak Nayla memang pacaran. Kak Nayla juga cinta banget sama Kak Hans. Mungkin setelah semua ini selesai, dia nggak akan marah lagi.""Sudah selesai bicaranya?"Wajah Simon selalu terlihat serius. Tatapannya d

  • Kau Ingkar Janji, Kunikahi Kakakmu!   Bab 99

    "Cuma 6 tahun lebih tua dariku, jangan ngomong kayak kakek-kakek."Ngomong-ngomong, gaya hidup Simon memang terkesan tua. Selama hampir 29 tahun, dia tidak pernah punya skandal atau gosip dan tidak pernah pergi ke tempat-tempat hiburan.Orang-orang di kalangan mereka tahu kalau Simon sangat menjaga diri. Hidupnya teratur dan begitu menghargai diri sendiri, sehingga orang-orang mengira dia menjaga kesuciannya untuk seseorang."Cukup kalau aku lebih tua darimu." Simon tersenyum. "Lagian, kamu terlalu kurus, bisa terbang kalau kena angin. Badan kayak anak kecil.""Mana ada, aku tumbuh dengan baik, kok." Nayla protes sambil membusungkan dadanya. "Kalau nggak percaya, lihat saja..."Tunggu.Kenapa Nayla buru-buru menunjukkannya pada Simon?Nayla sangat malu, dia berbalik dan hendak pergi.Namun, Simon tidak mengizinkan. Dia melingkarkan tangannya di pinggang Nayla, dan menariknya ke dalam pelukannya. "Lihat apa?"Napas hangat Simon mengenai wajah Nayla, membuat wajah Nayla terasa sangat pan

  • Kau Ingkar Janji, Kunikahi Kakakmu!   Bab 98

    Nayla sepertinya mengalami trauma dan terjerat dalam mimpi buruk. Wajahnya tampak sangat kesakitan, tubuhnya bergetar pelan, rapuh hingga membuat orang ikut merasa pedih.Simon buru-buru memeluknya, mencium berulang kali keningnya. "Aku ada di sini, jangan takut, sudah nggak apa-apa."Sorot matanya suram penuh kendali, pelukannya di tubuh Nayla menguat.Dia menenangkan Nayla berulang kali, seperti sedang membujuk anak kecil.Nayla seolah berhasil bersembunyi dari cuaca beku ke dalam perapian hangat, emosinya perlahan terhibur, lalu tenang dalam pelukan Simon.Tubuh mungilnya meringkuk dalam pelukan, tipis dan lembut. Tangannya menggenggam baju di dada Simon, menghirup aromanya, lalu kembali tertidur lelap.Hati Simon seakan mencair, pelukannya pada tubuh Nayla makin kencang. Wajahnya menunduk, kembali mencium kening Nayla berkali-kali......Nayla tidur sampai siang baru terbangun.Jelas kemarin tubuhnya sangat lemah, hampir sepanjang hari dia tidur.Saat bangun dan membersihkan diri,

  • Kau Ingkar Janji, Kunikahi Kakakmu!   Bab 97

    Syukurlah, syukurlah ada Simon."Kamu melakukan hal yang benar," kata Simon sambil menyeka air mata Nayla. Matanya yang gelap menatapnya. "Di masa depan, kalau ada sesuatu yang membuatmu nggak nyaman, bisa tanyakan padaku, atau bicarakan denganku."Nayla melihat kepedulian juga kelembutan yang tidak dia kenal juga sering dia lihat belakangan ini dari seorang Simon, hatinya dipenuhi kehangatan.Terutama saat dia melihat wajah Simon yang tampan tiada tanding, jantungnya berdetak kencang.Kali ini, perasaannya lebih kuat dari sebelumnya.Sepertinya, dia mulai jatuh cinta.Namun, Nayla tidak yakin, apakah jatuh cinta memang seperti ini.Saat melihat Nayla yang murung, Simon mengira Nayla masih ketakutan karena kejadian tadi sore, dia jadi tidak tega memaksanya."Lapar? Mau makan apa? Aku buatin.""Apa saja boleh.""Oke, bangunlah buat cuci muka. Makanan akan siap sebentar lagi." Simon menepuk bahu Nayla dengan lembut. Melihat Nayla mengangguk, dia pun keluar dari kamar.Setengah jam kemudi

  • Kau Ingkar Janji, Kunikahi Kakakmu!   Bab 96

    Hingga saat ini, Simon hanya pernah menyesali dua hal.Salah satunya terjadi lima tahun lalu.Yang lainnya adalah sekarang. Dia seharusnya tidak membiarkan Nayla bersikeras menunggu sampai urusan pembatalan pertunangan selesai untuk diumumkan.Seandainya sejak awal dia umumkan pernikahan mereka, siapa yang berani banyak bicara?Mario terkejut sejenak, "Kalian sudah nikah?"Simon mengangkat sedikit kelopak mata, lalu dengan datar bertanya, "Aneh banget, ya?"Tentu saja aneh.Soalnya Nayla dulu pacarnya Hans! Dalam pandangan Mario, Simon selalu bertindak terukur dan bukan orang yang bertindak sembarangan.Artinya, Simon terhadap Nayla...Gila, ini berita besar!Mario seperti menemukan rahasia besar. Ternyata Simon bukan sekadar perjaka tua sedang kasmaran.Melainkan benih perasaan yang sudah tertanam sejak lama, rencana yang matang.Sebelum pergi, Mario dengan puas berpesan agar Simon lebih memperhatikan kondisi mental Nayla.Menjelang pukul sepuluh malam, Nayla perlahan terbangun.Dia d

  • Kau Ingkar Janji, Kunikahi Kakakmu!   Bab 95

    Hans tidak pedulikan hal ini, kemudian berdalih, "Aku suka dia, aku nggak mau batalin tunangan, Ibu juga bilang nggak boleh batal.""Dia mau batalin tunangan, berarti bisa batalin."Aura Simon sangat dingin. Matanya yang tajam menatap Hans, "Kamu punya dua pilihan. Pertama, batalin tunangan baik-baik. Kedua, aku bunuh kamu."Setelah itu, dia tiba-tiba menangkap salah satu jari Hans dan menekuknya ke belakang dengan kuat.Krak!Hans berteriak bak hewan disembelih.Jarinya patah.Hans kesakitan sampai berkeringat dingin. Dia bertanya kenapa Simon begitu kejam padanya, "Kamu mau bunuh aku? Aku ini adik kandungmu!"Mata Simon gelap dan suram. Dia tidak punya waktu untuk berdebat, "Pilih!"Hans merasakan niat membunuh dari Simon, dia pun langsung ketakutan.Dia tahu, Simon lebih marah dari sebelumnya. Dia merasa Simon bisa membunuhnya kapan saja karena Nayla adalah orang yang sangat penting bagi Simon."Batalin tunangan! Aku pilih batalin tunangan!" Hans tidak peduli dengan hal lain. Dia ha

فصول أخرى
استكشاف وقراءة روايات جيدة مجانية
الوصول المجاني إلى عدد كبير من الروايات الجيدة على تطبيق GoodNovel. تنزيل الكتب التي تحبها وقراءتها كلما وأينما أردت
اقرأ الكتب مجانا في التطبيق
امسح الكود للقراءة على التطبيق
DMCA.com Protection Status