Beranda / Romansa / Pelakor itu Adikku / Bab 131. Ketakutan Nadine

Share

Bab 131. Ketakutan Nadine

Penulis: Rina Novita
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-09 21:40:27

Kata-kata Alma seakan menghantam Arhan. Ia menatap Alma, nyaris tak percaya istrinya bisa sekeras itu di saat genting. Tapi Alma seperti tak peduli. Setelah mengucapkan itu, ia langsung berdiri dan pergi, bergabung kembali dengan Felix untuk memastikan semua prosedur berjalan lancar.

Arhan terdiam di kursinya, pandangannya kosong. Ada rasa perih yang sulit ia jelaskan, antara cemas akan kondisi ibunya dan terpukul oleh sikap dingin Alma. Ia tahu Alma mungkin benar, tapi nada bicaranya itu terasa menusuk dadanya lebih dari yang ia kira.

Di sisi lain ruangan, Felix dan Alma terus berkoordinasi dengan tim medis. Ferika dipindahkan ke brankar khusus untuk dibawa ke ruang operasi. Felix berjalan di samping brankar, matanya sesekali melirik ke arah Arhan yang masih duduk kaku.

Ketika rombongan keluar dari UGD, Alma hanya sempat melirik Arhan sekilas. Tatapan mereka bertemu sepersekian detik ... dingin, tanpa kata.

Arhan akhirnya berdiri, menarik napas panjang, lalu melangkah ke arah me
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Nancy
semoga setiap rencana licik jahat Nadine gagal dan terbongkar. Bu Ferika pasti selamat. Arhan akan tahu kesemua kejahatan Nadine. lanjut ceritanya
goodnovel comment avatar
au nom de lalun
jangan Kak, please Bu Ferika jangan dihilangkan, please...
goodnovel comment avatar
Azmi Athifa
nadine bener" udah nggak warass
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Pelakor itu Adikku   Bab 151. Ganti Rugi

    Dering telepon di dashboard mobil Arhan tak berhenti bergetar, memekakkan telinganya yang sejak tadi sudah dipenuhi berbagai pikiran kacau. Nama “Leonard” berkedip berulang-ulang di layar, seperti bayangan maut yang terus mengejarnya. Arhan meremas setir dengan tangan gemetar. Nafasnya memburu. “Aku belum siap… aku belum punya laporan itu,” desisnya lirih, terdengar sangat putus asa. Namun dering itu tak kunjung berhenti. Panggilan masuk berkali-kali, hingga akhirnya ia pasrah. Dengan jemari dingin berpeluh, ia menggeser ikon hijau di layar. “Ya, Pak Leo—” Belum sempat ia menyelesaikan kalimatnya, suara ledakan amarah meledak dari seberang.“Arhan! Jangan main-main dengan saya! Mana laporan itu? Ini sudah lebih dari waktu yang saya tentukan. Proyek sudah berhenti total karena kamu!” Arhan mengatupkan mata, tubuhnya bergetar. “Pak, tolong beri saya sedikit waktu lagi. Saya sedang usahakan—” “Cukup!” suara Leonard dingin dan tajam. “Kamu sudah berjanji berkali-kali. Aku tidak but

  • Pelakor itu Adikku   Bab 150. Akhirnya Ditangkap

    Arhan menelan ludahnya dengan susah payah. Dua satpam masih menggenggam lengannya, menahannya di lorong rumah sakit yang kini sepi setelah keributan tadi. Namun sosok Leonard yang berdiri di hadapannya membuat tubuhnya nyaris goyah, lebih menakutkan daripada tatapan tajam puluhan pasang mata tadi. “Mana laporan yang aku minta, Dokter Arhan?” suara Leonard datar, tapi dingin dan menakutkan bagi Arhan. Arhan menunduk, berusaha mengatur napas yang terengah. “I–itu … sedang proses dibuat, Pak. Saya akan selesaikan dan segera antar ke kantor Bapak.” Leonard menyipitkan mata, jelas tidak terima dengan jawaban mengambang itu. Ia melangkah mendekat, jaraknya kini hanya sejengkal dari wajah Arhan. “Jangan coba-coba main-main dengan saya. Baiklah, saya akan beri tambahan waktu. Kamu tahu apa konsekuensinya kalau laporan itu tidak ada di meja saya dalam dua hari ke depan?” Arhan terdiam. Leonard menepuk bahu Arhan keras, hampir membuat tubuh dokter itu oleng. “Kamu sudah tanda tangan kontr

  • Pelakor itu Adikku   Bab 149. Gugatan Cerai

    Arhan terduduk di sofa ruang tamunya, mata sembab, rambut berantakan, dan surat gugatan itu masih tergeletak di meja. Kata-kata “Gugatan Cerai” terus berulang-ulang di kepalanya bagaikan palu yang menghantam. Ia tahu seharusnya hari ini ia sibuk menyusun laporan proyek untuk Leonard. Namun pikiran itu hilang begitu saja, sirna oleh satu nama yang kini menguasainya, Alma. “Alma nggak mungkin tega melakukan ini … dia cuma marah sesaat. Aku harus bicara langsung. Aku harus menghentikan ini,” gumamnya dengan suara serak, berusaha meyakinkan dirinya sendiri. Tangannya gemetar saat meraih kunci mobil di atas meja. Tanpa sarapan, tanpa merapikan penampilan, ia langsung bangkit tergesa. Sepatu yang setengah dikenakan membuat langkahnya hampir terhuyung saat keluar rumah. Wajahnya kacau, mata merah berair, nafas berat dan tersengal. Mobil yang dikendarainya melaju ugal-ugalan di jalanan. Klakson dibunyikan berkali-kali saat beberapa kendaraan lain menghalangi jalannya. Beberapa pengendara s

  • Pelakor itu Adikku   Bab 148. Ultimatum

    Arhan menelan ludah ketika Leonard membuka pintu ruangan meeting yang selama ini menjadi pusat diskusi proyek. Ruangan elite itu mendadak terasa asing dan menyeramkan. Dindingnya dilapisi panel kayu elegan, meja oval besar penuh berkas tersusun rapi, dan layar monitor hitam terpajang di sisi dinding. Namun, atmosfer di dalamnya justru dingin dan menakutkan. “Duduk,” ucap Leonard singkat tanpa menoleh. Arhan menuruti, meski kakinya terasa berat. Napasnya masih kacau sejak meninggalkan kamar Nadine. Wajah Leonard tampak tenang, tapi tatapan matanya penuh perhitungan. Itu cukup membuat Arhan merasa seperti terdakwa di ruang interogasi. Beberapa detik hening sebelum Leonard membuka percakapan.“Arhan, aku mau dengar progres proyek yang sudah aku serahkan padamu.” Suaranya datar, tegas, tapi ia seperti sedang dihakimi. “Novomedica sudah mengeluarkan dana tidak sedikit untuk riset ini. Aku tidak mau alasan. Aku hanya butuh hasil. Mana laporanmu?” Arhan menegang. Matanya beralih pada tu

  • Pelakor itu Adikku   Bab 147. Ambang Kehancuran Arhan

    Langkah Arhan lunglai saat keluar dari ruangan Prof. Mahendra. Dunia seakan runtuh menimpa pundaknya. Kata-kata “nonaktif” masih terngiang jelas di kepalanya, menghantam kesadarannya berkali-kali. Baginya, keputusan itu bukan sekadar hukuman sementara, tapi seperti tanda-tanda kehancuran kariernya. Satu bulan tanpa status dokter aktif bisa dengan mudah menghancurkan reputasi yang ia bangun bertahun-tahun. Ia menyusuri lorong rumah sakit seperti orang kehilangan arah. Setiap langkah terasa berat, seakan semua mata memandanginya dengan tatapan sinis. Bayangan video rekaman bentakannya pada Nadine di ruang observasi kembali berputar dalam kepalanya. Apa aku sudah sebodoh itu? batinnya mencaci diri sendiri. Arhan menarik napas panjang, mencoba menegakkan bahu. Satu-satunya hal yang terpikirkan adalah proyek bersama Leonard. Ia tahu, proyek itu punya nilai besar di mata direksi rumah sakit. Jika ia bisa menorehkan prestasi lewat proyek itu, mungkin ada secercah harapan untuk menyelamatka

  • Pelakor itu Adikku   Bab 146 Keputusan Final

    Arhan tercekat ketika mendengar namanya dipanggil oleh petugas rumah sakit. Jantungnya tiba-tiba berdebar cemas, wajahnya memucat.“Dokter Arhan, diminta ke ruangan Prof. Mahendra sekarang juga,” ulang petugas itu dengan nada serius. Dada Arhan berdegup keras. Apa Prof Mahendra sudah tahu? Apa mungkin percakapannya dengan Nadine barusan sampai ke telinga atasan? Tanpa pikir panjang, ia melangkah cepat keluar dari ruang observasi, meninggalkan Nadine dan Rafael yang saat ini masih mendapatkan sorot mata penuh tanda tanya dari para perawat. Sepanjang lorong, langkah kaki Arhan terdengar terburu-buru. Sesekali ia mengusap wajah, seolah ingin menghapus rasa malu yang masih membekas. “Sial … apa yang sudah kulakukan?” batinnya meraung. Sementara itu, di ruang observasi, suasana tetap hening tegang. Rafael hanya bisa merebahkan kembali tubuhnya di ranjangnya, menahan berbagai pikiran yang berdesakan di kepalanya. Tatapannya kosong, tapi hatinya dipenuhi amarah bercampur penyesalan. Ia me

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status