Home / Romansa / Pelakor itu Adikku / Bab 132. Menyusup ke Ruang ICU

Share

Bab 132. Menyusup ke Ruang ICU

Author: Rina Novita
last update Last Updated: 2025-08-10 21:52:36

Nadine duduk di ruang staf perawat, jarinya mengetuk-ngetuk meja pelan tanpa irama. Pikirannya terus memikirkan satu hal, bagaimana cara ia bisa masuk ke ruang ICU tanpa menimbulkan kecurigaan. Ia tahu area itu punya pengawasan ketat, tidak semua perawat bisa bebas keluar-masuk, apalagi yang bukan bertugas di sana.

Ia menatap papan pengumuman di dinding. Di situ terpasang jadwal giliran jaga perawat ICU minggu ini. Matanya menyapu nama-nama di daftar itu, Laras, Tami, Ratna, Sari. Semuanya bukan orang yang dekat dengannya. Ia menimbang-nimbang, tapi cepat menyadari tak ada satu pun yang bisa ia ajak bekerja sama tanpa risiko.

"Tidak bisa dengan cara ini," batinnya geram. Kalau ia memaksa, malah bisa mengundang masalah. Ia butuh cara yang lebih halus.

Belum sempat ia memikirkan lebih jauh, suara langkah kaki terdengar mendekat. Rafael muncul di ambang pintu. Tatapannya serius, wajahnya seakan penuh tanya.

“Aku dengar … ibu dokter Arhan masuk ICU karena kecelakaan,” katanya langsun
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Sri Suharmi
seorang kepala perawat koq nggak tahu peraturan RS.... dan tetap melanggar peraturan .... padahal dia tahu apa yg di minta Nadine itu salah besar..... dia itu bodoh apa terlalu bodoh....
goodnovel comment avatar
au nom de lalun
walah typo, kesiaaaaaaannnn bukan kesiangan
goodnovel comment avatar
au nom de lalun
iya dong Kak, selamatkan Bu Ferika. kesiangan. masa Nadine mulu yang diselamatkan. please......
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pelakor itu Adikku   Bab 150. Akhirnya Ditangkap

    Arhan menelan ludahnya dengan susah payah. Dua satpam masih menggenggam lengannya, menahannya di lorong rumah sakit yang kini sepi setelah keributan tadi. Namun sosok Leonard yang berdiri di hadapannya membuat tubuhnya nyaris goyah, lebih menakutkan daripada tatapan tajam puluhan pasang mata tadi. “Mana laporan yang aku minta, Dokter Arhan?” suara Leonard datar, tapi dingin dan menakutkan bagi Arhan. Arhan menunduk, berusaha mengatur napas yang terengah. “I–itu … sedang proses dibuat, Pak. Saya akan selesaikan dan segera antar ke kantor Bapak.” Leonard menyipitkan mata, jelas tidak terima dengan jawaban mengambang itu. Ia melangkah mendekat, jaraknya kini hanya sejengkal dari wajah Arhan. “Jangan coba-coba main-main dengan saya. Baiklah, saya akan beri tambahan waktu. Kamu tahu apa konsekuensinya kalau laporan itu tidak ada di meja saya dalam dua hari ke depan?” Arhan terdiam. Leonard menepuk bahu Arhan keras, hampir membuat tubuh dokter itu oleng. “Kamu sudah tanda tangan kontr

  • Pelakor itu Adikku   Bab 149. Gugatan Cerai

    Arhan terduduk di sofa ruang tamunya, mata sembab, rambut berantakan, dan surat gugatan itu masih tergeletak di meja. Kata-kata “Gugatan Cerai” terus berulang-ulang di kepalanya bagaikan palu yang menghantam. Ia tahu seharusnya hari ini ia sibuk menyusun laporan proyek untuk Leonard. Namun pikiran itu hilang begitu saja, sirna oleh satu nama yang kini menguasainya, Alma. “Alma nggak mungkin tega melakukan ini … dia cuma marah sesaat. Aku harus bicara langsung. Aku harus menghentikan ini,” gumamnya dengan suara serak, berusaha meyakinkan dirinya sendiri. Tangannya gemetar saat meraih kunci mobil di atas meja. Tanpa sarapan, tanpa merapikan penampilan, ia langsung bangkit tergesa. Sepatu yang setengah dikenakan membuat langkahnya hampir terhuyung saat keluar rumah. Wajahnya kacau, mata merah berair, nafas berat dan tersengal. Mobil yang dikendarainya melaju ugal-ugalan di jalanan. Klakson dibunyikan berkali-kali saat beberapa kendaraan lain menghalangi jalannya. Beberapa pengendara s

  • Pelakor itu Adikku   Bab 148. Ultimatum

    Arhan menelan ludah ketika Leonard membuka pintu ruangan meeting yang selama ini menjadi pusat diskusi proyek. Ruangan elite itu mendadak terasa asing dan menyeramkan. Dindingnya dilapisi panel kayu elegan, meja oval besar penuh berkas tersusun rapi, dan layar monitor hitam terpajang di sisi dinding. Namun, atmosfer di dalamnya justru dingin dan menakutkan. “Duduk,” ucap Leonard singkat tanpa menoleh. Arhan menuruti, meski kakinya terasa berat. Napasnya masih kacau sejak meninggalkan kamar Nadine. Wajah Leonard tampak tenang, tapi tatapan matanya penuh perhitungan. Itu cukup membuat Arhan merasa seperti terdakwa di ruang interogasi. Beberapa detik hening sebelum Leonard membuka percakapan.“Arhan, aku mau dengar progres proyek yang sudah aku serahkan padamu.” Suaranya datar, tegas, tapi ia seperti sedang dihakimi. “Novomedica sudah mengeluarkan dana tidak sedikit untuk riset ini. Aku tidak mau alasan. Aku hanya butuh hasil. Mana laporanmu?” Arhan menegang. Matanya beralih pada tu

  • Pelakor itu Adikku   Bab 147. Ambang Kehancuran Arhan

    Langkah Arhan lunglai saat keluar dari ruangan Prof. Mahendra. Dunia seakan runtuh menimpa pundaknya. Kata-kata “nonaktif” masih terngiang jelas di kepalanya, menghantam kesadarannya berkali-kali. Baginya, keputusan itu bukan sekadar hukuman sementara, tapi seperti tanda-tanda kehancuran kariernya. Satu bulan tanpa status dokter aktif bisa dengan mudah menghancurkan reputasi yang ia bangun bertahun-tahun. Ia menyusuri lorong rumah sakit seperti orang kehilangan arah. Setiap langkah terasa berat, seakan semua mata memandanginya dengan tatapan sinis. Bayangan video rekaman bentakannya pada Nadine di ruang observasi kembali berputar dalam kepalanya. Apa aku sudah sebodoh itu? batinnya mencaci diri sendiri. Arhan menarik napas panjang, mencoba menegakkan bahu. Satu-satunya hal yang terpikirkan adalah proyek bersama Leonard. Ia tahu, proyek itu punya nilai besar di mata direksi rumah sakit. Jika ia bisa menorehkan prestasi lewat proyek itu, mungkin ada secercah harapan untuk menyelamatka

  • Pelakor itu Adikku   Bab 146 Keputusan Final

    Arhan tercekat ketika mendengar namanya dipanggil oleh petugas rumah sakit. Jantungnya tiba-tiba berdebar cemas, wajahnya memucat.“Dokter Arhan, diminta ke ruangan Prof. Mahendra sekarang juga,” ulang petugas itu dengan nada serius. Dada Arhan berdegup keras. Apa Prof Mahendra sudah tahu? Apa mungkin percakapannya dengan Nadine barusan sampai ke telinga atasan? Tanpa pikir panjang, ia melangkah cepat keluar dari ruang observasi, meninggalkan Nadine dan Rafael yang saat ini masih mendapatkan sorot mata penuh tanda tanya dari para perawat. Sepanjang lorong, langkah kaki Arhan terdengar terburu-buru. Sesekali ia mengusap wajah, seolah ingin menghapus rasa malu yang masih membekas. “Sial … apa yang sudah kulakukan?” batinnya meraung. Sementara itu, di ruang observasi, suasana tetap hening tegang. Rafael hanya bisa merebahkan kembali tubuhnya di ranjangnya, menahan berbagai pikiran yang berdesakan di kepalanya. Tatapannya kosong, tapi hatinya dipenuhi amarah bercampur penyesalan. Ia me

  • Pelakor itu Adikku   Bab 145. Terjebak

    Arhan mengepalkan tangannya. Tanpa sadar kakinya melangkah cepat masuk ke ruang observasi. Tatapannya langsung tajam pada Nadine yang brankarnya berada tak jauh dari pintu. Nadine yang sejak tadi menangis tersedu langsung tersentak. Gerakan kedua tangannya terhenti, seolah ketahuan sedang melakukan kejahatan. Matanya menatap Arhan, lalu melirik cepat ke arah Rafael yang terbaring lemah di ranjang sebelah. Nafas Nadine memburu, naik turun tidak teratur, seakan sulit untuk bernapas. “Mas …” suaranya nyaris tak terdengar, namun ketakutan jelas terlihat di wajahnya. Arhan tidak menjawab. Ia melangkah mendekat, pandangannya begitu tajam pada Nadine, membuat wanita itu gelagapan, bingung harus bicara apa. Rafael yang memperhatikan adegan itu pun ikut bingung. Keningnya berkerut, matanya bergantian menatap Arhan dan Nadine. Ketegangan di wajah Arhan membuat pikirannya berputar cepat. Apa mungkin … Arhan sudah tahu Nadine yang meracuni Ferika? Apa itu sebabnya ia tampak begitu marah? Nam

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status