Beranda / Romansa / Pelakor itu Adikku / Bab 134. Drama Lagi

Share

Bab 134. Drama Lagi

Penulis: Rina Novita
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-12 18:59:22

Nadine berdiri mematung di pintu, matanya mengikuti punggung Arhan yang baru saja keluar ruangan. Dadanya berdegup cepat, jemarinya mencengkeram kusen pintu seakan ingin menahan. Apa yang akan terjadi jika Arhan benar-benar sampai ke kantor polisi? Pikirannya dipenuhi kemungkinan terburuk jika rahasia ini terbongkar, tentang masa depannya yang runtuh dalam sekejap.

Tiba-tiba, di ujung lorong terdengar suara Alma memanggil.

“Aku dengar barusan kamu mau ke kantor polisi? Apa ini ada hubungannya dengan kecelakaan ibu?”

Arhan menghentikan langkahnya. Ia menoleh, menatap Alma yang berdiri di sisi lorong dengan ekspresi datar. Meski dingin, di dalam hati Arhan merasakan sesuatu yang hangat, senang karena Alma tampak mulai memperhatikan dirinya lagi. Ia bahkan sempat berpikir, mungkin Alma akan melunak di saat ia sedang terpuruk begini.

“Ya, Alma,” jawab Arhan, suaranya sedikit melunak, berbeda dengan nada tegasnya barusan pada Nadine. “Aku mau lihat laporan kecelakaan ibu. Kamu sudah tida
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Nancy
#Septiana .. best friend Alma menegur Leonard
goodnovel comment avatar
Nancy
pasti Septian... satu2nya best friend Alma berani menegur Leonard. lanjut ceritanya
goodnovel comment avatar
au nom de lalun
pasti dokter Felix, sitampan maksimal yang ada disitu. usaha boleh maksimal, Leonard, tapi soal hati ga bisa dipaksa. Alma mah udah jodohnya Felix, fix no debat
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Pelakor itu Adikku   Bab 146 Keputusan Final

    Arhan tercekat ketika mendengar namanya dipanggil oleh petugas rumah sakit. Jantungnya tiba-tiba berdebar cemas, wajahnya memucat.“Dokter Arhan, diminta ke ruangan Prof. Mahendra sekarang juga,” ulang petugas itu dengan nada serius. Dada Arhan berdegup keras. Apa Prof Mahendra sudah tahu? Apa mungkin percakapannya dengan Nadine barusan sampai ke telinga atasan? Tanpa pikir panjang, ia melangkah cepat keluar dari ruang observasi, meninggalkan Nadine dan Rafael yang saat ini masih mendapatkan sorot mata penuh tanda tanya dari para perawat. Sepanjang lorong, langkah kaki Arhan terdengar terburu-buru. Sesekali ia mengusap wajah, seolah ingin menghapus rasa malu yang masih membekas. “Sial … apa yang sudah kulakukan?” batinnya meraung. Sementara itu, di ruang observasi, suasana tetap hening tegang. Rafael hanya bisa merebahkan kembali tubuhnya di ranjangnya, menahan berbagai pikiran yang berdesakan di kepalanya. Tatapannya kosong, tapi hatinya dipenuhi amarah bercampur penyesalan. Ia me

  • Pelakor itu Adikku   Bab 145. Terjebak

    Arhan mengepalkan tangannya. Tanpa sadar kakinya melangkah cepat masuk ke ruang observasi. Tatapannya langsung tajam pada Nadine yang brankarnya berada tak jauh dari pintu. Nadine yang sejak tadi menangis tersedu langsung tersentak. Gerakan kedua tangannya terhenti, seolah ketahuan sedang melakukan kejahatan. Matanya menatap Arhan, lalu melirik cepat ke arah Rafael yang terbaring lemah di ranjang sebelah. Nafas Nadine memburu, naik turun tidak teratur, seakan sulit untuk bernapas. “Mas …” suaranya nyaris tak terdengar, namun ketakutan jelas terlihat di wajahnya. Arhan tidak menjawab. Ia melangkah mendekat, pandangannya begitu tajam pada Nadine, membuat wanita itu gelagapan, bingung harus bicara apa. Rafael yang memperhatikan adegan itu pun ikut bingung. Keningnya berkerut, matanya bergantian menatap Arhan dan Nadine. Ketegangan di wajah Arhan membuat pikirannya berputar cepat. Apa mungkin … Arhan sudah tahu Nadine yang meracuni Ferika? Apa itu sebabnya ia tampak begitu marah? Nam

  • Pelakor itu Adikku   Bab 144. Apa itu anakku?

    Alma menyipitkan mata, memperhatikan Leonard dan Septiana yang berdiri canggung di parkiran rumah sakit. Awalnya dia tidak yakin melihat dua orang yang biasa bermusuhan itu kini tampak berjalan tenang bersisian. “Wah … aku nggak nyangka ternyata kalian berdua sering jalan bareng, ya,” ucap Alma dengan senyum penuh arti. Nada suaranya terdengar menggoda, tapi sorot matanya menunjukkan sangat penansaran. Septiana spontan membuang muka, pura-pura sibuk merapikan tasnya. “Nggak, kok. Kamu salah paham. Aku cuma … kebetulan aja satu arah sama dia.” “Tapi kenapa wajahmu merah?” Alma memandang Septiana dengan senyum menggoda. Felix yang berdiri di samping Alma mengangkat alis, ikut tersenyum, seolah ikut menikmati moment langka itu. Leonard berdeham keras, mencoba menjaga wibawa. “Ehm ..., jangan asal menuduh. Aku sama Septiana itu … ya, sering beda pendapat, sering debat. Jadi kalaupun terlihat bareng, itu cuma kebetulan.” Alma menyilangkan tangan di dada, menyeringai. “Justru karena se

  • Pelakor itu Adikku   Bab 143. Lelah

    Ruangan UGD yang tadi ramai mendadak sunyi saat Alma masuk. Tatapannya dingin, penuh wibawa, membuat para perawat yang sebelumnya sibuk berbisik segera terdiam. Satu per satu mereka saling pandang, lalu mundur perlahan keluar ruangan. Mereka tahu, di hadapan mereka kini berdiri dua kakak beradik—yang hubungannya sudah lama retak. Kini, lebih baik mereka memberi kesempatan untuk keduanya bicara. Nadine masih terbaring lemah di ranjang, wajahnya pucat pasi, mata sembab penuh air mata. Ia menoleh, seakan tak percaya melihat Alma berdiri dia sana. “Kak …” suaranya bergetar, parau, namun wajahnya menaruh harapan penuh pada Alma. Alma menatapnya datar, tanpa sedikit pun menampakkan rasa simpati. "Aku tau, Kamu tau persis apa yang terjadi pada Rafael,” ucapnya pelan, tapi tegas. “Dan aku rasa … kita perlu bicara.” Nadine buru-buru meraih tangan Alma, meski tubuhnya gemetar. “Kak, tolong dengar aku. Aku … aku keguguran kak. Kakak nggak tahu bagaimana rasanya. Aku kehilangan anakku, Kak! Ba

  • Pelakor itu Adikku   Bab 142. Pendarahan

    Pintu toilet baru saja terbuka ketika Suster Nisa masuk dengan langkah terburu-buru. Namun seketika ia menahan napas, tubuhnya tegang melihat pemandangan di hadapannya. “Nadine? Astaga!” serunya spontan. Di lantai, Nadine terduduk dengan wajah pucat pasi. Darah mengalir deras di bagian bawah tubuhnya, membasahi pakaian dan lantai keramik. Nadine tampak bergetar, tangannya menekan perut, air mata bercucuran tanpa kendali. “Te-tolong … aku … sakit …” suaranya lirih, nyaris tak terdengar. Jeritan Suster Nisa segera mengundang perhatian. Dalam hitungan detik, beberapa perawat lain berlari masuk. “Cepat, ambil brankar! Bawa ke UGD!” teriak Nisa panik. Tak lama, dua petugas datang dengan brankar. Dengan hati-hati mereka mengangkat tubuh Nadine yang lunglai, darah masih menetes sepanjang jalan menuju UGD. Aroma antiseptik bercampur bau besi dari darah membuat udara ruangan mendadak menyengat. Sampai di UGD, tim medis langsung sigap. Dokter jaga, seorang pria paruh baya, memeriksa

  • Pelakor itu Adikku   Bab 141. Jus Jeruk Maut

    Malam tanpa tidur bagi Alma meninggalkan jejak lelah pada wajahnya. Lingkaran hitam mulai tampak di bawah mata, namun pikirannya tetap menolak untuk tenang. Bayangan video dari Rafael terus menghantuinya, juga keresahan tentang langkah apa yang harus mereka ambil selanjutnya. Begitu jarum jam menunjukkan pukul tujuh pagi, Alma akhirnya tak tahan lagi. Ia meraih ponsel, menekan nomor Rafael. “Rafael, apa rencanamu selanjutnya?” suara Alma terdengar datar, tapi ada nada tegas di dalamnya. Di seberang, terdengar suara Rafael sedikit serak, seolah ia juga tak banyak tidur. “Maaf, Dokter Alma. Saya tahu Nadine itu adik dokter, tapi saya tetap akan melaporkan ke pihak rumah sakit. Apalagi … Nadine sendiri katanya mau menyerahkan diri ke rumah sakit pagi ini.” Alma spontan mengernyit. “Menyerahkan diri?” tanyanya, nadanya penuh curiga. “Iya. Dia datang ke kontrakan saya lima belas menit yang lalu. Membawa makanan, minta maaf, dan bilang akan berubah. Dia janji akan menyerahkan diri. Kat

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status