Share

Fakta mengejutkan

Penulis: Aqilazahra
last update Terakhir Diperbarui: 2025-11-01 13:25:14

Setelah menelepon Reino berulang kali dan mengabarkan kematian ibunya Irisha. Revan hanya terpaku di tempat. Tatapannya sarat iba, tapi langkahnya seperti dipaku di lantai. Ia hanya bisa memandangi gadis yang tengah kehilangan separuh jiwanya itu, memeluk tubuh ibunya yang telah dingin.

Tiba-tiba—

Brakk!

Pintu ruangan terbuka keras. Reino muncul tergesa-gesa, wajahnya tampak cemas, napasnya memburu entah karena pergulatan pan-asnya yang belum selesai, dan itu larena Revan terus saja meneleponnya.

“Pah ... di mana Irisha?” tanyanya setengah kesal.

Revan hanya menatapnya sekilas, kemudian mengangguk lemah ke arah sudut ruangan. Reino mengikuti arah itu, dan tubuhnya langsung membeku, ia pikir ini semua hanya akal-akalan Irisha agar dia keluar dari kamar Vania.

Irisha masih duduk sambil memeluk tubuh ibunya yang kaku. Wajahnya datar, tanpa air mata.

Perlahan Reino melangkah mendekat. “Risha …?” panggilnya pelan, ragu.

Irisha menoleh sekilas. Tatapannya kosong, namun ada bara yang menyala pelan di baliknya. Tanpa suara, ia kembali menunduk, jemarinya mengusap lembut pipi ibunya yang dingin.

Reino menunduk, berusaha menyentuh bahu Irisha. “Sayang, aku—”

“Lepas!” Suaranya meledak, menggema, memecah udara duka yang membeku.

Reino tertegun. “Sha, aku cuma mau—”

“Sudah cukup, Reino!” Irisha bangkit perlahan, sorot matanya kini semakin tajam.“Tugasmu menjagaku sudah selesai. Mulai sekarang, kita bukan siapa-siapa lagi.”

“Risha, kamu kenapa bicara seperti itu?” Reino bingung, wajahnya pucat. Tapi pandangan Irisha justru jatuh pada leher Reino, sebuah tanda merah samar, masih segar.

Sudut bibir Irisha terangkat getir. “Lucu, bahkan di hari ibuku pergi, kau masih sempat memuaskan diri dengan adik tirimu itu.”

“Risha!” Reino terbelalak. “Aku nggak tahu apa yang kamu katakan.”

“Jangan pura-pura bodoh, Ren!” Suara Irisha datar, tapi setiap katanya seperti belati. “Sudah cukup aktingmu itu, kita bukan siapa-siapa lagi.”

“Sha …” Reino melangkah maju, wajahnya tegang. “Kau salah paham, aku dan Vania cuma—”

“Saudara?” potong Irisha, sinis. “Saudara yang tidur satu ran-jang? Bahkan sampai hamil?”

“Cukup!” bentak Reino, matanya mulai merah. “Jangan gila, Sha! Aku masih sabar karena aku sayang kamu.”

Irisha menatapnya tajam. “Sayang? Kau bahkan tidak tahu arti kata itu.” Ia menoleh pada Revan yang masih berdiri kaku di belakang Reino. “Om Revan, selamat ya? Anak Anda akan menjadi seorang ayah dari bayi yang dikandung adik tirinya sendiri.”

“Apa?!” Revan terkejut, wajahnya seketika menegang. “Reino, apa yang dia bicarakan?”

“Pah, jangan dengarkan dia! Irisha lagi shock! Dia nggak sadar apa yang dia omongin!” Reino panik, suaranya meninggi.

Irisha terkekeh lirih, getir. “Aku mungkin hancur, tapi aku tidak gila. Aku hanya kehilangan rasa cintaku padamu, Ren ... setelah kau berkhianat.”

“Sha, jangan katakan itu. Bulan depan kita akan menikah, jangan coba-coba mempermalukan keluargaku.”

Irisha kembali tertawa. “Tenang saja, aku tidak akan merusak kebahagiaanmu, atau mempermalukan keluargamu, Ren. Kita berdua memang akan menikah ... tapi dengan pasangan masing-masing.”

Reino menatapnya tak percaya. “Apa maksudmu?”

Irisha mendekat perlahan, hingga jarak mereka hanya sejengkal. Senyum tipis menghiasi wajahnya. “Kau akan tahu, saat waktunya tiba,” bisiknya dingin, lalu berjalan melewati Reino dan Revan tanpa menoleh.

Revan menatap anaknya tajam. “Reino, ikut papa sekarang.” Nada suaranya bukan lagi sekadar perintah.

Revan terus berjalan cepat menyusuri koridor rumah sakit, wajahnya yang kaku membuat Reino yang mengikutinya dari belakang setengah mati ketakutan pada pria di depannya itu.

“Pah … bisa kita bicarakan ini nanti?” pinta Reino lirih.

Namun, Revan tidak menjawab. Pria itu terus berjalan menuju ruangan Vania, setibanya di depan pintu ruangan Vania, ia membuka pintu ruangan dengan kasar.

“Masuk!” printahnya tegas.

Vania yang baru saja memakai bajunya tiba-tiba terkejut, ia bahkan belum membersihkan jejak cintanya bersama Reino beberapa menit yang lalu.

“O-om Revan?” ucapnya terkejut. Begitu melihat ayah kandung Reino, ia langsung menunduk lebih dalam.

Revan melipat tangan di dada. “Papah hanya ingin mendengar kebenaran dari mulut kalian berdua,” ucapnya tenang, tapi sorot matanya tajam seperti pisau. “Jangan coba-coba berbohong. Kalian ingat, aku seorang dokter, tapi malam ini, aku juga seorang ayah yang muak jika terus kalian bodohi.”

Reino menelan ludah. Ia melirik Vania yang tampak gemetar. “Pah, semuanya nggak seperti yang Irisha bilang. Aku dan Vania … kami cuma sebatas adik kakak. Dan Reino di sini lagi nemenin Vania berobat.”

Revan tertawa pendek, dingin. “Kau pikir papah tidak bisa melihat tanda-tanda wanita hamil, Reino?” Ia menatap putranya lama. “Katakan, apa benar Vania hamil anakmu?”

Vania terisak, menutupi wajahnya dengan tangan. “Om … saya minta maaf … semuanya terjadi begitu cepat, saya—saya dan Mas Reino khilaf.”

“Jadi benar?” suara Revan melemah, ia sudah berpikir buruk kepada Irisha selama ini.

“Ya Om, aku hamil anaknya Mas Reino,” ungkap Vania.

“Vania?!” bentak Reino kesal.

“Maafkan Vania, Mas ... tapi Vania nggak mau berbohong lagi. Tenang saja Om Revan, penikahan Mas Reino dan Mbak Irisha tetap terjadi, aku tidak akan menggangu mereka.”

Reino menunduk, suaranya serak. “Maafkan Reino juga Pah. Aku tahu, aku memang salah, malam itu aku benar-benar khilaf. Tapi Papah tenang saja. Setelah aku dan Irisha menikah, anak Vania akan jadi anakku dan Irisha, anak itu akan ikut bersama kami.”

Revan menggeleng keras, tak percaya dengan ucapan anak yang ia anggap baik selama ini. “Ya Tuhan ... apa yang aku lakukan pada Irisha,” batinnya lirih.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kau Khianati Aku, Kunikahi Ayahmu    Pelan-pelan

    Irisha sudah lebih dulu mencium bibirnya, membuat tubuh Revan menegang. Efek obat membuatnya tak mampu melawan, hanya bisa memejam dan merasakan bagaimana ciuman itu menuntut lebih. “Kau hanya diam?” gerutu Irisha di sela napasnya yang terengah. “Aku bahkan belum berpengalaman. Jangan buat aku bekerja sendirian.” Revan membuka mata perlahan, napasnya naik-turun tak teratur. “Dasar payah,” ledek Irisha sambil mendorong dada Revan dengan jari telunjuknya. Senyuman miring muncul di bibir Revan, tantangan itu justru membakar sisanya yang masih sadar. Dalam satu gerakan cepat, ia membalikkan tubuh Irisha hingga gadis itu terperanjat. “Om—pelan! Kau gila!” pekiknya, tapi wajahnya memerah antara kaget dan tak percaya. “Kau yang memulainya,” ucap Revan rendah, parau, dan berbahaya. “Sekarang … biarkan aku yang mengakhirinya.” Irisha yang tadi begitu berani menantang, kini berubah total, matanya melembut, tubuhnya mengecil seperti seekor anak kucing yang ketakutan namun te

  • Kau Khianati Aku, Kunikahi Ayahmu    Mari kita saling mengobati

    Revan spontan merapatkan celananya, ekspresi terkejutnya begitu jelas sampai Irisha menahan tawa. Melihat wajah pria itu yang memerah, ia akhirnya tak sanggup dan tertawa gemas, bahunya sampai bergetar. “Om, kamu kenapa sih?” ujarnya sambil mendekat, suaranya turun satu oktaf lebih menggoda. “Aku kan istri Om. Masa sama istri sendiri malu?” Revan mengembuskan napas panjang, ketiga kalinya sejak tadi. “Risha, sebaiknya kamu ke kamar sekarang.” “Enggak mau,” sahutnya cepat, mendongak menantang. “Risha!” tegur Revan lebih keras. “Aku lagi masak makan malam,” ucap Irisha, tiba-tiba berubah ceria. “Mau aku buatin?” “Tidak perlu,” jawabnya tegas, berusaha memulihkan kewibawaannya yang tercabik sejak sentuhan tadi. “Ya sudah …” Irisha mengangkat alis, menahan tawa nakalnya. “Aku masak dulu ya? Nanti malam kita lanjutin lagi.” Ia menyipitkan mata, menggoda setengah mati sebelum berbalik menuju dapur. Revan hanya bisa memejamkan mata, menahan frustasi yang menumpuk karena sikap istriny

  • Kau Khianati Aku, Kunikahi Ayahmu    Godaan IRisha

    Reino menatap layar ponselnya sesaat setelah sambungan terputus, lalu menghembuskan napas pelan, namun senyum dingin tetap terukir di wajahnya.“Kau terlalu ikut campur dengan urusanku, Revan?” gumamnya pelan, “Kalau bukan karena hartamu dan nama besar yang menempel di belakangku, sudah lama aku menyingkirkanmu dari dunia ini.”Nada suaranya tak lagi terdengar seperti seorang anak yang berbicara tentang ayahnya, melainkan seperti musuh yang berbicara tentang target berikutnya, bahkan sisa rasa hormat di matanya telah lenyap.Setelah mengatakan itu, Reino berbalik menuju ruang rawat Vania. Senyum manipulatif kembali muncul di wajahnya saat tangannya memutar gagang pintu.“Sekarang, saatnya memastikan Vania tetap berada dipelukanku,” ucapnya pelan, sebelum menghilang ke dalam ruangan.Sementara itu, di kediaman Revan, suasana terasa begitu sunyi. Hanya terdengar bunyi jarum jam yang berdetak pelan di ruang tamu.Di lantai atas, Irisha berguling malas di tempat tidur, sampai perutnya tib

  • Kau Khianati Aku, Kunikahi Ayahmu    Menikahi Irisha

    Reino tampak gugup, tangannya gemetar saat membuka map yang dibawa ayahnya. Ia berusaha terlihat tenang, pura-pura membalikkan lembar demi lembar berkas seolah mencari sesuatu yang penting. Namun, Revan sudah kehilangan kesabaran. “Reino!” bentaknya keras. Tubuh Reino menegang, pandangannya terangkat perlahan menatap ayahnya. “P–pah, maksudnya apa?” tanyanya bergetar, mencoba terdengar polos. Revan melangkah maju, wajahnya mendekat hingga hanya berjarak sejengkal. “Jangan pura-pura bodoh! Gara-gara ulahmu itu, ibunya Irisha mati!” Nada suaranya tajam, membuat udara di balkon seakan ikut menegang. Reino terdiam sesaat, matanya membulat kaget. “Papah … Papah menuduh aku yang membunuhnya?” “Ya!” jawab Revan meninggi. “Kalau bukan karena kamu membiarkan ibunya Risha tanpa pengobatan, ini semua nggak akan terjadi! Enam bulan, Reino! Enam bulan pasien itu dibiarkan begitu saja tanpa tindakan!” Reino menghela napas berat, kemudian menatap ayahnya dengan ekspresi getir. “Ayolah,

  • Kau Khianati Aku, Kunikahi Ayahmu    Teka-teki

    Malam itu, perut Irisha mulai keroncongan, tapi gengsinya terlalu tinggi untuk sekadar keluar kamar.“Sialan, kenapa Om Revan nggak manggil-manggil aku sih?” gerutunya kesal, sambil menatap pintu kamar yang tetap diam.Ia akhirnya melangkah ke balkon, membiarkan angin malam menyapa wajahnya. Lampu kota berkelip lembut, menambah sunyi yang tiba-tiba terasa menelusup. “Bu … Ibu lagi ngapain di atas sana? Ibu lihat Risha, nggak?” ucapnya lirih. “Risha kangen sama Ibu.”Air mata yang sejak tadi ia tahan akhirnya jatuh juga. Seandainya saja Reino tidak menunda pengobatan ibunya mungkin ibunya saat ini masih ada, dan Risha tidak akan terjebak dalam pernikahan kejam ini, menikahi ayah dari kekasihnya sendiri.“Bu, setelah semua ini selesai … setelah dendam kita terbalaskan, Risha janji, Risha bakal pergi ke kampung. Kota ini … terlalu kejam buat kita.”Hingga pukul sepuluh malam, Irisha masih betah di balkon. Angin malam meniup lembut rambutnya, sementara pikirannya melayang entah ke mana

  • Kau Khianati Aku, Kunikahi Ayahmu    Tak ada lagi gugup, dan degup

    Revan mengepalkan tangan. Rasa muak menyesak di dadanya. Ia memilih pergi sebelum emosinya benar-benar meledak. Pintu kamar tertutup dengan suara blam, yang membuat udara seketika hening. Irisha menegakkan tubuhnya, menahan napas sesaat sebelum akhirnya mengembuskannya perlahan. “Huh … dasar pria keras kepala,” gumamnya. “Apa benar yang Reino bilang dulu, kalau ayahnya itu pengecut? Dan ibunya selingkuh karena muak hidup dengan pria seperti dia?” Suara lembutnya terdengar getir. Ingatannya melayang pada ucapan Reino di masa lalu, ucapan yang dulu sempat ia abaikan, tapi kini mulai terasa masuk akal. “Ya,” bisiknya lagi. “Aku harus cari tahu semuanya. Mungkin saja benar ... kalau Om Revan bukan ayah kandung Reino.” Setelah menenangkan diri, Irisha mulai membereskan pakaiannya dan beranjak ke kamar mandi. Tapi baru beberapa langkah masuk, matanya membulat tak percaya. “Ini … kamar mandi?” ujarnya terperangah. “Atau kamar hotel bintang tujuh?” Segalanya tampak begitu me

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status