Irisha perlahan bangkit. Tangan kanannya bergetar menahan amarah, sementara bibirnya tersenyum penuh kecewa. “Kau … benar-benar membuat aku muak, Reino.” Ia menatap tajam, matanya merah berair. “Mulai sekarang, aku tidak sudi melihat wajahmu lagi.” “Risha, please … dengarkan aku dulu, ya?” suara Reino bergetar, mencoba mendekat. “Bulan depan kita tetap menikah, setelah anak Vania lahir, kau yang akan jadi ibunya. Aku janji, semuanya akan baik-baik saja.” “Kak Risha?” suara lembut Vania terdengar, namun setiap katanya seperti duri. “Benar kata Mas Reino, setelah anak ini lahir, kalian bisa kok mengasuhnya. Anggap saja … anak ini juga anak Kakak?” “Diam kau!” bentak Irisha, matanya menatap penuh kebencian. “Kalian pikir aku sudi mengasuh anak haram hasil pengkhianatan kalian berdua?” “Risha?!” Reino meninggi, tapi Irisha tak bergeming. “Pernikahan? Ya, tentu aku akan menikah,” ucapnya dengan nada dingin dan sarkastik. “Tapi suamiku bukan pria brengsek seperti kamu, Reino. Ak
Last Updated : 2025-10-31 Read more