Share

Kau Pilih Dia, Maka Aku Pergi
Kau Pilih Dia, Maka Aku Pergi
Author: Vivian Kusuma

Bab 1

Author: Vivian Kusuma
Di Zaruna.

Jam delapan malam.

Di pesta perayaan keberhasilan Sinatra Capital, semua orang bersulang dan berbincang dengan gembira.

Dikelilingi kerumunan, sang tokoh utama, Mario Sinatra, setelah mengalami masa-masa sulit selama bertahun-tahun, saat ini telah membangun kehidupan baru dari nol, berhasil mengembalikan Sinatra Capital yang runtuh ke dalam daftar bursa saham. Tentu saja, dia pantas mendapatkan ucapan selamat.

"Selamat, Pak Mario. Kau masih muda, tapi sangat berbakat."

"Kita harus lebih sering bekerja sama di masa depan."

"Bukan cuma karirmu saja yang cemerlang, tapi kau juga punya keluarga yang luar biasa. Istriku selalu bilang kalau punya istri yang baik, nggak ada yang perlu dikhawatirkan. Aku iri, kau punya istri sehebat itu."

Tentu saja iri. Istrinya di usia yang begitu muda, telah rela menjadi ibu tiri dan membesarkan kedua anaknya dengan sangat baik. Pria mana yang tidak iri padanya?

Begitu menyebut nama Rosa, Mario yang menjadi pusat perhatian pun mengedarkan pandangannya.

Di antara kerumunan, tampak seorang wanita anggun bergaun malam hitam dengan tata krama yang sempurna, dialah Rosa Tanujaya, istrinya Mario Sinatra. Rosa sendiri yang telah mengatur dan mengurus pesta perayaan ini sejak sebulan yang lalu. Meskipun jadwalnya padat, dia tak pernah lupa untuk mengurus anak-anak.

Sekarang anak-anak sudah tumbuh besar dan karir suaminya stabil, Rosa telah memberikan kontribusi yang sangat besar.

Mario tentu saja mengakui hal itu.

Pada saat ini Rosa membawa kedua anak mereka, lalu menggandeng lengan Mario.

Semua orang segera memujinya, berkata, "Pak Mario, Bu Rosa, dan dua anak yang menggemaskan. Kalian memang keluarga yang sempurna dan bahagia."

"Mereka orang yang penuh keberuntungan!"

Rosa tersenyum. "Terima kasih atas dukungan kalian selama ini. Saya harap kita bisa terus..."

Sebelum Rosa sempat menyelesaikan kata-katanya, seseorang di pintu masuk berseru kaget, "Angel? Kamu Angel Surata, kan?"

Seorang satpam berkata, "Bu Riri, dia dari tadi berkeliaran mencurigakan di sini. Apa Ibu kenal dia?"

Suaranya keras dan jelas hingga terdengar oleh semua orang.

Saat Rosa mendengar nama itu, jantungnya berdebar kencang.

Sebelum sempat bereaksi, tangannya yang tadi menggenggam lengan suaminya, tiba-tiba sudah kosong!

Mario melangkah menuju pintu, raut wajahnya dipenuhi kecemasan dan harapan.

Angel?

Ada berapa banyak nama Angel di dunia ini?

Ada berapa pula yang mungkin muncul di sini?

Di pintu masuk, seorang satpam menarik lengan seorang wanita. "Kau siapa? Apa punya undangan?"

"Lepaskan!" teriak Mario.

Orang-orang menyusul.

Nama Angel terdengar familiar bagi mereka semua.

Dia adalah teman masa kecilnya Mario, mereka berdua bahkan pernah bertunangan. Dia adalah ibu kandung dari si kembar yang dibesarkan oleh Rosa!

"Angel? Apa itu benar kamu?" Mario bergegas menghampiri, menggenggam lengan Angel, suaranya dipenuhi rasa tidak percaya.

Kegelisahan Mario ini terlihat jelas di mata Rosa, hatinya pun berdetak kencang.

"Mario, aku... aku kangen sama anak-anak, makanya datang ke sini. Aku nggak bermaksud mengganggumu... Maaf, maaf..."

Angel berpakaian sederhana, matanya merah, menatap penuh kerinduan pada kedua anak di samping Rosa.

Mario merasakan hatinya sakit tersayat saat melihatnya.

Angel dulu orang yang ramah, ceria, percaya diri, dan supel, sama sekali tidak seperti dirinya yang sekarang, tampak berhati-hati dan lemah.

Mario menatapnya, seolah takut Angel akan menghilang lagi tanpa alasan yang jelas. "Kamu ke mana saja selama ini?"

Kerumunan itu tiba-tiba terdiam.

"Siapa wanita itu? Apa dia simpanannya Pak Mario?"

"Itu Angel, putri sulung Keluarga Surata. Waktu krisis finansial, Keluarga Sinatra dan Surata sama-sama jatuh bangkrut. Mereka sudah bertunangan sejak kecil, tapi nggak tahu kenapa, Angel tiba-tiba menghilang setelah melahirkan anak kembar. Jadi, pernikahan mereka juga batal."

"Dia ibu kandung anak kembarnya Pak Mario? Lha, Bu Rosa itu..."

Tatapan semua orang langsung tertuju pada Rosa.

Rosa sambil menggandeng kedua anaknya, menyaksikan suaminya yang mengabaikan perasaannya, memperhatikan wanita lain di depan umum.

Sorot mata Angel dipenuhi rasa tak berdaya, sakit hati, dan permohonan, "Aku... aku sakit setelah melahirkan. Waktu itu, kita masih susah, aku nggak bisa menyusahkanmu lagi. Aku tahu aku salah karena pergi tanpa pamit, tapi anak-anak nggak bersalah. Sekarang kau sudah sukses, tolong jaga anak-anak kita dengan baik."

Bagi orang luar, kata-kata itu terdengar seperti sindiran bahwa Rosa sebagai ibu tiri mereka, akan menyiksa anak-anak itu.

Mario mengerutkan kening. Angel jatuh sakit setelah melahirkan?

Apakah dia pergi selama bertahun-tahun karena takut menjadi beban bagi Mario?

Angel meronta. "Aku harus pergi. Mario, lepaskan aku..."

Mario berkata, "Jangan pergi dulu."

Orang-orang langsung beralih memandang Rosa, semua memiliki pemikiran masing-masing.

Tetapi, apa lagi yang bisa dilakukan Rosa?

Angel adalah ibu kandung anak-anak itu, dan fakta itu tidak dapat diubah.

Pada saat itu, Kirana Sinatra, kakak perempuan di antara kembar itu, mendongak dan bertanya kepada Rosa, "Ma, siapa tante yang dipeluk sama Papa?"

Reyan Sinatra, adik laki-lakinya, juga bertanya, "Kok Papa bisa peluk tante itu?"

Suasana sudah hening, hingga pertanyaan kedua anak itu terdengar jelas di telinga semua orang.

Mario terdiam, seolah tiba-tiba teringat sesuatu, dia berkata, "Maaf, semuanya, sudah malam. Aku akan undang kalian lagi lain kali."

"Iya, Pak Mario. Kami pulang dulu."

Semua orang pun bergegas pergi.

Keheningan menyelimuti mereka, Mario menyeka air mata Angel dan berkata, "Sudah, jangan nangis. Kalau kamu kangen sama anak-anak, menginap saja di sini satu malam, sekalian temenin mereka."

Angel mendongak kaget dan sedikit malu. "Bo... apa boleh?"

Dia kemudian segera menatap Rosa. "Bu Rosa, maaf. Aku cuma mau melihat anak-anak. Kuharap kamu nggak marah ya."

Setelah mengatakan itu, bagaimana mungkin Rosa bilang keberatan?

Wajar bagi seorang ibu untuk rindu ingin melihat anak-anaknya.

Rosa menunduk dan hanya bisa berkata, "Tentu saja nggak keberatan."

Melihat persetujuannya, sorot mata Mario berbinar lega. Dia segera menginstruksikan pelayan rumah, "Bersihkan kamar tamu. Pastikan harus tetap bersih ya. Angel itu sangat suka kebersihan."

Mendengar bahwa Mario masih mengingat kebiasaannya, Angel tampak berbinar penuh rasa syukur dan haru.

Sementara Rosa hanya menunduk, tetap diam.

Setelah masuk, Angel berjongkok untuk melihat kedua anak itu, dengan penuh semangat ingin menyentuh wajah kecil mereka.

Namun Kirana dan Reyan refleks menolak dan mundur beberapa langkah.

Melihat hal itu, Angel tampak putus asa. "Mario, apa mereka membenciku?"

Mario segera berkata kepada anak-anaknya, "Kirana, Reyan, ini ibu kandung kalian, satu-satunya ibu kalian. Cepat panggil dia Mama."

Hati Rosa terguncang.

Ibu satu-satunya?

Lalu dia itu siapa?

Para pelayan juga mengerutkan kening mendengar hal itu.

Meskipun Bu Rosa bukan ibu kandung anak-anak itu, tetapi dia telah membesarkan mereka sejak berusia beberapa bulan.

Kata-kata majikannya itu terdengar menyakitkan.

"Bukan!" bentak Reyan. Dia lanjut berkata, "Dia bukan Mama. Mama ada di sini!"

Setelah mengatakan itu, dia meraih lengan Rosa erat-erat dan meringkuk di belakangnya.

'Bagaimana mungkin Rosa bukan ibu kandung kami?'

'Papa pasti sudah berbohong kepada kami!'

Mario dengan sabar menjelaskan, "Rosa bukan ibu kandung kalian, tapi Angel. Dia yang paling mencintai kalian di dunia ini. Nggak ada yang lebih penting daripada ibu kandung. Kenapa kalian jadi nggak sopan begini?"

Rosa sontak menatap Mario.

Dia tak bisa menyangkal bahwa seorang ibu kandung mencintai anak-anaknya, tetapi kata-kata Mario seolah mengucilkannya.

Selama bertahun-tahun, dia memperlakukan kedua anak itu seperti anaknya sendiri. Demi merawat mereka, dia bahkan rela tidak memiliki anak sendiri!

Kirana mendengus, "Aku nggak ngerti! Aku cuma tahu kalau Mama yang paling sayang sama kami, Mama juga sudah merawat kami! Mama kami itu Mama Rosa, bukan yang lain!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kau Pilih Dia, Maka Aku Pergi   Bab 50

    Angel terdiam, mengambil sampul buku itu, lalu berkata, "Ini... bersih. Jadi, kelihatan sangat rapi."Pengasuh menjawab, "Anak-anak punya desain favorit mereka sendiri." Angel melirik pengasuh yang telah menyela dengan tajam.Pengasuh ini sama seperti kepala pelayan itu, benar-benar tidak tahu sopan santun. Bibir Angel pun melengkung menjadi senyuman. Dia berkata, "Aku tahu kamu sudah merawat anak-anak tanpa lelah. Tapi sebagai pengasuh, sebaiknya kamu mundur saat keluarga berbicara. Kalau nggak, anak-anak juga jadi terbiasa menyela seenaknya."Kirana segera membelanya, "Bibi sangat baik pada kami." "Mama bilang pengasuh dan pelayan juga bagian dari keluarga, dan kita harus menghormati mereka." Reyan mengulang kata-kata yang pernah diucapkan Rosa.Meskipun mereka tidak lagi menunjukkan perlawanan terbuka terhadap Angel, tatapan mata mereka semakin jauh dan asing.Bagi mereka, Angel adalah orang luar yang bersama-sama ayahnya, telah membuat ibu mereka pergi dari rumah. Dalam hati, ke

  • Kau Pilih Dia, Maka Aku Pergi   Bab 49

    Yaitu kesabaran dan lapang dada!Hal kecil seperti ini, seharusnya Rosa mengerti dan percaya padanya.Namun, bukan hanya berulang kali meminta cerai, Rosa kini pergi meninggalkan rumah.Dia ingin melihat seberapa lama Rosa bisa bertahan di luar sana, sendirian dan tidak berdaya.Pak Suradi langsung terdiam, berbalik pergi tanpa berkata apa-apa....Mulai hari berikutnya...Mario sama sekali tidak menyebut sedikit pun tentang Rosa.Di meja sarapan, Kirana tidak melihat ibunya, jadi bertanya, "Papa, Mama mana?""Dia sudah pergi."Mario meletakkan sendoknya, wajahnya serius saat menatap anak-anaknya. "Sudah waktunya Papa beri tahu kalian ini. Mama Angel dan Papa itu orang tua kandung kalian, sedangkan Mama Rosa itu cuma ibu tiri kalian. Dia nggak mau tinggal di sini lagi, jadi kalian nggak boleh mencarinya terus. Kalian sekarang sudah masuk SD, sudah harus mengerti." Angel buru-buru menambahkan, "Benar, Kirana. Mama ngerti kalau kalian nggak suka Mama, itu karena kita belum dekat saja. T

  • Kau Pilih Dia, Maka Aku Pergi   Bab 48

    Angel seakan teringat sesuatu, lalu berkata, "Mario, aku tahu orang tuaku dulu mungkin pernah menyinggung beberapa rekan kerja, jadi mereka sekarang mau ambil kesempatan menjelek-jelekkan namaku. Keluarga Andara contohnya, dan orang-orang yang tiba-tiba muncul belakangan ini, mereka semua berniat memfitnah masa laluku. Aku beneran..."Angel sengaja mengungkit hal itu untuk memperingatkan Mario, supaya jika nanti dia dengar sesuatu, tidak langsung percaya. Mario bertanya, "Maksudmu orang-orang dari Kuil Awan Suci?""Dan orang yang baru saja memberikan hadiah kepada Rosa, dia juga bilang aku kenal seorang pengusaha kaya atau semacamnya."Angel menunduk dan berkata, "Sekarang aku nggak punya keluarga, nggak bisa membela diri. Tapi aku paham, mereka semua hanya peduli pada Rosa. Kamu jangan marah ya." "Iya, Kak."Laras berlari turun ke bawah dan membela Angel, "Orang yang tadi bawa hadiah untuk Rosa bilang Kak Angel dulu kenal seorang pengusaha kaya. Kalau dia beneran mengenal seorang pe

  • Kau Pilih Dia, Maka Aku Pergi   Bab 47

    Angel tampaknya sangat khawatir pada Mario, dia menggunakan tongkat dan turun perlahan. "Mario, sudah jangan marah lagi. Semua keributan ini, sampai ulang tahun Rosa pun terganggu, semua karena aku yang ceroboh." Rosa meliriknya sebentar sebelum berpaling ke Mario dengan senyum, dan berkata, "Menurutmu aku punya hubungan apa dengan mereka?" "Seharusnya kamu yang jawab," balas Mario, tidak menghiraukan Angel.Rosa menatap Mario yang wajahnya penuh keraguan. "Kalau aku bilang sudah kenal mereka sejak kecil, kamu percaya?" Mata Mario melebar tanpa sadar.Teman masa kecil?Angel ikut menyela, "Kenal siapa sejak kecil?" Keduanya pun terdiam.Angel mendekat ke Mario. "Mario? Apa yang kalian bicarakan?"Angel sepertinya tidak mau ada hal yang tidak diketahuinya di antara mereka. Angel sangat khawatir bahwa pria dengan jas itu mungkin telah mengatakan sesuatu yang memicu kecurigaan Mario, jadi dia ingin mengawasi pembicaraan mereka.Pak Suradi untuk pertama kalinya menunjukkan ketidaksuk

  • Kau Pilih Dia, Maka Aku Pergi   Bab 46

    "Nggak perlu," jawab Vincent ke Mario.Vincent menoleh ke Rosa, dan berkata, "Selamat ulang tahun. Jaga dirimu baik-baik, karena banyak orang yang peduli padamu."Kata-kata itu terdengar mengganggu telinga Mario.Banyak orang yang peduli pada Rosa?Siapa saja?Apakah termasuk dia, Vincent?Setelah berkata demikian, Vincent melirik Mario sebelum masuk ke mobil dengan santai.Pintu mobil tertutup. Para pengawal Keluarga Sinatra pun mulai keluar satu per satu saat lampu mobil menyala, begitu terang hingga menyilaukan....Di dalam Kediaman Sinatra.Pandangan Arga melayang santai ke arah Angel sebelum dia berkomentar, "Bu Angel memang suka jadi pusat perhatian, bukan? Selalu suka di tempat yang ramai."Ronald langsung membalas, "Jangan tindas perempuan!"Senyum Angel sedikit goyah. "Apa maksudmu?"Arga mengangkat alisnya, dan berkata, "Saya ingat Bu Angel dulu tinggal di luar negeri, kenal banyak para konglomerat, bukan?"Wajah Angel memucat sejenak.Apa maksud mereka?Bagaimana mereka bis

  • Kau Pilih Dia, Maka Aku Pergi   Bab 45

    Mario merasa dia bisa saja memaklumi jika Rosa sedang emosional. Untuk kejadian hari ini, selama dia mau mengalah dan minta maaf, tamparan itu tidak akan Mario permasalahkan. Namun, Rosa justru menatap dengan sinis wajah-wajah mereka yang penuh sikap penjilat. Penghinaan di matanya sama sekali tidak disembunyikan. Laras menyadarinya. "Apa maksudmu dengan menatap begitu? Apa kamu meremehkan Keluarga Sinatra?" Tepat saat itu, Pak Suradi memandang ke arah luar pintu dan bertanya, "Maaf, kalian siapa...?" Di tengah keributan, tidak ada yang menyadari deretan mobil mewah yang kini parkir di luar kediaman Sinatra.Lampu dari tiap mobil menyala terang, menerangi hampir seluruh sisi rumah. Sekelompok pria dengan seragam berjalan menuju pintu, masing-masing membawa kotak kado mewah dalam tangan mereka. Mereka berdiri rapi di depan pintu. Serempak berseru, "Bu Rosa, selamat ulang tahun." Rosa terpaku. Pandangan matanya jatuh ke salah satu mobil di depan. Rosa mengenali mobil itu. Mob

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status