Share

Bab 3

Author: Vivian Kusuma
Angel tampak terkejut dan tak percaya. "Sayang... Kenapa kamu menuduh Mama begitu?"

Menatap ekspresi Angel yang terluka, Mario merasa bahwa putrinya yang sudah berbohong.

Dia sengaja memfitnah Angel untuk melindungi Rosa.

Lagipula, mana ada ibu kandung yang tega menyakiti anaknya?

Mario menasihati, "Kirana, anak kecil nggak boleh berbohong. Lagian, dia itu bukan orang asing. Dia itu ibu kandungmu dan Reyan. Kalau nggak ada dia, kalian juga nggak akan ada."

"Aku nggak bohong!"

Angel tersenyum di sela-sela air matanya dan segera menenangkan Mario, "Sudah, nggak apa-apa. Anak-anak nggak mungkin berbohong. Mereka cuma mau melindungi orang-orang terdekat mereka. Nggak masalah. Mereka sayang sama Bu Rosa, itu artinya dia memang baik ke anak-anak. Aku jadi ikut senang."

'Memang benar, anak-anak tidak berbohong.'

'Rosa yang sengaja menghasut Kirana untuk mengatakan itu.'

Melihat kesedihan dan kepedihan di sorot mata Angel, Mario jadi semakin marah. "Pelayan!"

Seorang pelayan bergegas masuk.

Mario menatap Rosa, dan berkata, "Bawa anak-anak pergi."

Ini berarti dia berusaha menjauhkan anak-anak dari Rosa!

Setelah pelayan membawa kedua anak itu pergi, Mario pergi bersama Angel dengan marah.

Rosa kini berdiri sendirian.

Salah satu dari mereka adalah ayah kandung, yang lainnya adalah ibu kandung mereka.

Apa haknya untuk bicara?

Melihat kapas pembersih bernoda darah di sampingnya, hatinya terasa sakit.

Namun ada yang lebih besar dari itu, kekecewaan.

Selama enam tahun pernikahan, dia telah membantu pria ini mengurus rumah tangga dan anak-anak, sehingga Mario dapat fokus pada karirnya.

Rosa selalu merasa kalau dirinya istimewa bagi suaminya itu. Apalagi, selama ini Mario tidak pernah menggoda wanita lain, dia juga selalu penuh perhatian dan memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang suami.

Namun, semua itu terjadi sebelum Angel muncul.

Malam ini saja, perhatian Mario yang membela Angel sudah lebih banyak daripada yang pernah dia terima selama enam tahun ini.

Hal itu membuat semua kebaikannya terasa agak konyol.

...

Malam hari.

Rosa mandi dan berbaring. Tak lama kemudian, langkah kaki terdengar.

Mario juga mandi dan berbaring di sisi lain, mereka membelakangi satu sama lain.

Setelah beberapa saat, Mario berkata, "Angel cuma rindu sama anak-anak, dia ke sini cuma mau menjenguk mereka. Kamu nggak perlu marah, apalagi menolaknya sampai menyuruh anak-anak berbohong. Kejadian hari ini jangan sampai terulang lagi."

Jangan sampai terulang lagi?

Rosa menggertakkan giginya sedikit dan berkata, "Aku sudah membesarkan mereka selama enam tahun. Sejak mereka bayi, aku yang sudah merawat mereka. Nggak ada yang lebih berharap mereka bisa aman dan sehat selain aku. Teganya kamu bilang aku yang menyuruh anak-anak berbohong."

"Kalau bukan kamu, siapa lagi, masa Angel?" Mario berkata dengan dingin. "Nggak usah kukasih tahu lagi kan, Angel itu ibu kandung mereka."

Saat mendengar ucapan itu, dada Rosa terasa perih seperti ditusuk seribu anak panah!

Enam tahun pengabdiannya ternyata tak sebanding dengan isak tangis Angel.

Jadi, apa artinya selama ini?

...

Malam berlalu dengan sunyi.

Keesokan paginya.

Ketika Rosa bangun, Mario sudah tak ada di sampingnya. Hari ini adalah akhir pekan, hari berkumpul keluarga, jadi Mario tidak bekerja dan akan tinggal di rumah bersama anak-anak.

Dia turun ke bawah.

"Bu... Sarapannya sudah siap," kata Pak Suradi, pengurus rumah mereka, tampak ragu untuk berbicara.

Ketika Rosa sampai di ruang makan, dia akhirnya mengerti apa yang sedang terjadi.

Angel yang telah menyiapkan sarapan lezat.

"Bu Rosa, kamu sudah bangun? Ayo sarapan." Senyum Angel memang lembut.

Namun di mata Mario, Angel tampak seperti sedang mencoba menyenangkan Rosa.

Dia tidak suka melihat itu. Lalu berkata, "Kamu nggak perlu begitu. Ini rumah anak-anakmu. Kamu bisa tinggal di sini dengan nyaman."

Rosa terdiam, pipinya memerah seperti ditampar.

Angel tersenyum dan berkata, "Iya."

Setelah Rosa duduk, Angel berkata, "Coba yang ini. Dulu, aku ahli buat sup ayam, Mario juga suka. Jadi, aku buatin ini untukmu dan anak-anak."

Mario memang menyukai sup ayam.

Mario memujinya, "Masakanmu makin enak. Terima kasih ya. Tapi, kamu nggak perlu repot-repot masak sendiri, Rosa juga bisa kok."

Terima kasih...

Rosa juga bisa...

Jadi, Angel tidak perlu repot-repot, biar dia saja yang masak?

Rosa menatap mangkuknya dalam diam. Dia pernah merawat Reyan yang sakit selama dua hari dua malam, hingga matanya merah karena kelelahan, namun Mario tidak pernah mengucapkan terima kasih atas usahanya.

Tapi dia menahan keinginan untuk membalas, hanya berasumsi bahwa Mario memperlakukan Angel dengan sopan sebagai tamu.

Rosa mendongak. "Iya, aku juga bisa. Tapi, Kirana alergi kepiting, nggak boleh makan itu."

Angel terkejut dan berkata, "Alergi? Mario, anak-anak yang alergi sama makanan biasanya karena salah pola asuh dari kecil. Anak-anak jangan terlalu dilindungi, mereka perlu terpapar berbagai jenis bakteri biar imunitasnya kuat."

Mario berhenti sejenak, lalu melirik Rosa.

Rosa tidak pernah melakukan kesalahan dalam merawat anak-anak selama ini.

Jadi kali ini, dia tidak menanggapi komentar Angel.

Angel juga menyadari keheningan itu dan mengganti topik pembicaraan, "Aku mau ajak anak-anak jalan-jalan. Mario, apa kamu mau ikut?"

Setelah itu, dia menatap Rosa. "Bu Rosa, apa kamu juga mau ikut?"

Mario tiba-tiba berkata, "Panggil saja Rosa."

Angel menurut dan mengubah nadanya, "Iya. Rosa."

Mereka berdua saling menanggapi tanpa meminta pendapat Rosa.

Rosa bahkan tidak makan sarapannya, lalu berkata, "Kalian saja. Aku nggak ikut. Aku sudah ada janji sama teman hari ini."

Mario refleks bertanya balik, "Memangnya kamu punya teman?"

Rosa menjawab, "Teman lamaku. Dia baru pindah ke Kota Zaruna. Aku mau mengunjunginya."

Dia sebenarnya punya banyak teman, tetapi sejak menikah dengan Mario dan pindah ke Kota Zaruna, dia sudah jarang bertemu mereka. Lagipula, teman-temannya semua ada di ibu kota, Kota Montiwa.

Mario tidak berkata apa-apa lagi, hanya mengingatkan, "Pulangnya jangan malam-malam. Hati-hati di jalan."

Rosa berbalik dan naik ke kamar. Mario pun mengambilkan lauk untuk Angel. "Apa kamu sudah beneran sembuh?"

Angel tersenyum dan mengangguk. "Iya, aku baik-baik saja. Jangan khawatir."

Dia berkata, "Kamu pasti sudah sangat menderita selama ini, ya?"

Angel menurunkan pandangannya, raut wajahnya tampak sedih. Dia berkata, "Nggak apa-apa. Sekarang semuanya sudah baik, kan?"

Sebenarnya, dia sama sekali tidak menderita. Sebaliknya, Angel menjalani kehidupan yang relatif nyaman.

Hanya saja, masa lalu itu tidak bisa diungkit-ungkit.

...

Setelah anak-anak bangun, Rosa bantu menyiapkan semua perlengkapan yang mereka butuhkan.

Botol minum, tisu basah, kamera anak-anak, dan pakaian ganti.

"Mama hari ini nggak ikut ya. Dengar kata Papa, jangan lari-lari." Rosa berjongkok di lantai untuk merapikan pakaian kedua anak itu.

Reyan cemberut dan bertanya, "Terus, siapa saja yang ikut?"

"Papa dan..." Rosa berhenti sejenak. "Ibu kandung kalian."

"Nggak mau!" Amarah Kirana memuncak. "Mana mungkin dia itu ibu kandung kita? Wanita itu bohong. Kita saja belum pernah ketemu kok!"

Rosa membujuk, "Kirana, dia memang ibu kandungmu. Kalau kamu melawan terus, Papa pasti marah."

Meskipun kedua anak itu merasa tidak senang, mereka menuruti perintah Rosa dengan patuh.

Sangat sulit bagi mereka untuk menerima bahwa Rosa bukan ibu kandung mereka sehingga kebencian mereka terhadap Angel semakin menjadi-jadi.

Setelah turun dari kamar, Rosa meletakkan selembar kertas di meja makan. "Aku sudah mencatat kebiasaan makan anak-anak dan alergi mereka." Setelah itu, dia tidak tinggal lebih lama, langsung berganti pakaian, dan pergi.

Menjelang malam, Rosa masih berada di bar milik sahabatnya.

"Ini hari kumpul keluarga kan? Jarang-jarang kamu nongkrong seharian di tempatku," kata Jeslin Gunawan sambil membawa sepiring buah. Rosa terkekeh pelan, sedikit mengejek diri sendiri. "Ada empat orang yang sedang bersenang-senang di sana. Aku bisa apa?"

"Kau bisa mulai bangun karirmu sendiri."

Rosa menggeleng pelan dan berkata, "Aku nggak bisa punya karir di Kota Zaruna."

Dia mengambil jurusan investasi modal, tetapi perusahaan manufaktur di Kota Zaruna saat ini kebanyakan perusahaan menengah. Belum ada proyek skala besar senilai ratusan miliar untuk dilirik dan butuh diintegrasikan.

Perusahaan dengan potensi ekspansi terbesar adalah milik Mario.

Gimanapun, Sinatra Capital sudah menjadi perusahaan lokal paling berpengaruh di tiga provinsi sekitar Zaruna.

Namun Rosa tidak pernah ikut campur dalam urusan bisnis suaminya.

"Kamu itu beneran sudah menyia-nyiakan keahlianmu." Jeslin merasa kasihan padanya.

Rosa telah tumbuh dengan dipengaruhi oleh ayah dan kakak laki-lakinya sejak kecil. Pada usia tujuh belas tahun, dia sudah mulai mengikuti jejak ayahnya dalam berinvestasi. Bahkan di usia muda, dia sudah memiliki pandangan bisnis yang tajam dan membantu Keluarga Tanujaya menghasilkan untung besar miliaran.

Justru karena itulah, ketika Rosa yang seorang putri keluarga kaya dan berpengaruh, memutuskan untuk menikahi Mario yang belum menikah dan memiliki dua anak, Keluarga Tanujaya sangat menentangnya, bahkan sampai memutuskan hubungan keluarga.

Namun, pria yang diam-diam dicintainya sejak sekolah kini telah menjadi suaminya, jadi wajar saja dia harus memberikan sepenuh hatinya untuk keluarga itu. Jeslin juga tidak bisa menyalahkannya.

Namun, Mario tidak pernah tahu hal ini.

Dia selalu mengira Rosa berasal dari keluarga biasa, kampung halamannya terpencil dan jauh, itulah alasan orang tuanya tidak pernah muncul selama bertahun-tahun.

Rosa mulai merasa sedikit pusing. Dia berkata, "Nggak boleh minum lagi. Aku harus pulang..."

Drrr...

Ponselnya tiba-tiba berdering, menyela ucapannya.

Itu panggilan dari Mario.

Rosa menduga terjadi sesuatu pada anak-anak, karena biasanya Mario jarang meneleponnya, mereka biasanya berkomunikasi melalui pesan Whatsapp.

Dia pun segera menjawab, "Halo?"

Nada bicara Mario dingin, "Cepat ke Rumah Sakit Anak Rosita!"

Rosa bahkan belum sempat berpamitan kepada Jeslin, dia langsung berlari keluar.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kau Pilih Dia, Maka Aku Pergi   Bab 50

    Angel terdiam, mengambil sampul buku itu, lalu berkata, "Ini... bersih. Jadi, kelihatan sangat rapi."Pengasuh menjawab, "Anak-anak punya desain favorit mereka sendiri." Angel melirik pengasuh yang telah menyela dengan tajam.Pengasuh ini sama seperti kepala pelayan itu, benar-benar tidak tahu sopan santun. Bibir Angel pun melengkung menjadi senyuman. Dia berkata, "Aku tahu kamu sudah merawat anak-anak tanpa lelah. Tapi sebagai pengasuh, sebaiknya kamu mundur saat keluarga berbicara. Kalau nggak, anak-anak juga jadi terbiasa menyela seenaknya."Kirana segera membelanya, "Bibi sangat baik pada kami." "Mama bilang pengasuh dan pelayan juga bagian dari keluarga, dan kita harus menghormati mereka." Reyan mengulang kata-kata yang pernah diucapkan Rosa.Meskipun mereka tidak lagi menunjukkan perlawanan terbuka terhadap Angel, tatapan mata mereka semakin jauh dan asing.Bagi mereka, Angel adalah orang luar yang bersama-sama ayahnya, telah membuat ibu mereka pergi dari rumah. Dalam hati, ke

  • Kau Pilih Dia, Maka Aku Pergi   Bab 49

    Yaitu kesabaran dan lapang dada!Hal kecil seperti ini, seharusnya Rosa mengerti dan percaya padanya.Namun, bukan hanya berulang kali meminta cerai, Rosa kini pergi meninggalkan rumah.Dia ingin melihat seberapa lama Rosa bisa bertahan di luar sana, sendirian dan tidak berdaya.Pak Suradi langsung terdiam, berbalik pergi tanpa berkata apa-apa....Mulai hari berikutnya...Mario sama sekali tidak menyebut sedikit pun tentang Rosa.Di meja sarapan, Kirana tidak melihat ibunya, jadi bertanya, "Papa, Mama mana?""Dia sudah pergi."Mario meletakkan sendoknya, wajahnya serius saat menatap anak-anaknya. "Sudah waktunya Papa beri tahu kalian ini. Mama Angel dan Papa itu orang tua kandung kalian, sedangkan Mama Rosa itu cuma ibu tiri kalian. Dia nggak mau tinggal di sini lagi, jadi kalian nggak boleh mencarinya terus. Kalian sekarang sudah masuk SD, sudah harus mengerti." Angel buru-buru menambahkan, "Benar, Kirana. Mama ngerti kalau kalian nggak suka Mama, itu karena kita belum dekat saja. T

  • Kau Pilih Dia, Maka Aku Pergi   Bab 48

    Angel seakan teringat sesuatu, lalu berkata, "Mario, aku tahu orang tuaku dulu mungkin pernah menyinggung beberapa rekan kerja, jadi mereka sekarang mau ambil kesempatan menjelek-jelekkan namaku. Keluarga Andara contohnya, dan orang-orang yang tiba-tiba muncul belakangan ini, mereka semua berniat memfitnah masa laluku. Aku beneran..."Angel sengaja mengungkit hal itu untuk memperingatkan Mario, supaya jika nanti dia dengar sesuatu, tidak langsung percaya. Mario bertanya, "Maksudmu orang-orang dari Kuil Awan Suci?""Dan orang yang baru saja memberikan hadiah kepada Rosa, dia juga bilang aku kenal seorang pengusaha kaya atau semacamnya."Angel menunduk dan berkata, "Sekarang aku nggak punya keluarga, nggak bisa membela diri. Tapi aku paham, mereka semua hanya peduli pada Rosa. Kamu jangan marah ya." "Iya, Kak."Laras berlari turun ke bawah dan membela Angel, "Orang yang tadi bawa hadiah untuk Rosa bilang Kak Angel dulu kenal seorang pengusaha kaya. Kalau dia beneran mengenal seorang pe

  • Kau Pilih Dia, Maka Aku Pergi   Bab 47

    Angel tampaknya sangat khawatir pada Mario, dia menggunakan tongkat dan turun perlahan. "Mario, sudah jangan marah lagi. Semua keributan ini, sampai ulang tahun Rosa pun terganggu, semua karena aku yang ceroboh." Rosa meliriknya sebentar sebelum berpaling ke Mario dengan senyum, dan berkata, "Menurutmu aku punya hubungan apa dengan mereka?" "Seharusnya kamu yang jawab," balas Mario, tidak menghiraukan Angel.Rosa menatap Mario yang wajahnya penuh keraguan. "Kalau aku bilang sudah kenal mereka sejak kecil, kamu percaya?" Mata Mario melebar tanpa sadar.Teman masa kecil?Angel ikut menyela, "Kenal siapa sejak kecil?" Keduanya pun terdiam.Angel mendekat ke Mario. "Mario? Apa yang kalian bicarakan?"Angel sepertinya tidak mau ada hal yang tidak diketahuinya di antara mereka. Angel sangat khawatir bahwa pria dengan jas itu mungkin telah mengatakan sesuatu yang memicu kecurigaan Mario, jadi dia ingin mengawasi pembicaraan mereka.Pak Suradi untuk pertama kalinya menunjukkan ketidaksuk

  • Kau Pilih Dia, Maka Aku Pergi   Bab 46

    "Nggak perlu," jawab Vincent ke Mario.Vincent menoleh ke Rosa, dan berkata, "Selamat ulang tahun. Jaga dirimu baik-baik, karena banyak orang yang peduli padamu."Kata-kata itu terdengar mengganggu telinga Mario.Banyak orang yang peduli pada Rosa?Siapa saja?Apakah termasuk dia, Vincent?Setelah berkata demikian, Vincent melirik Mario sebelum masuk ke mobil dengan santai.Pintu mobil tertutup. Para pengawal Keluarga Sinatra pun mulai keluar satu per satu saat lampu mobil menyala, begitu terang hingga menyilaukan....Di dalam Kediaman Sinatra.Pandangan Arga melayang santai ke arah Angel sebelum dia berkomentar, "Bu Angel memang suka jadi pusat perhatian, bukan? Selalu suka di tempat yang ramai."Ronald langsung membalas, "Jangan tindas perempuan!"Senyum Angel sedikit goyah. "Apa maksudmu?"Arga mengangkat alisnya, dan berkata, "Saya ingat Bu Angel dulu tinggal di luar negeri, kenal banyak para konglomerat, bukan?"Wajah Angel memucat sejenak.Apa maksud mereka?Bagaimana mereka bis

  • Kau Pilih Dia, Maka Aku Pergi   Bab 45

    Mario merasa dia bisa saja memaklumi jika Rosa sedang emosional. Untuk kejadian hari ini, selama dia mau mengalah dan minta maaf, tamparan itu tidak akan Mario permasalahkan. Namun, Rosa justru menatap dengan sinis wajah-wajah mereka yang penuh sikap penjilat. Penghinaan di matanya sama sekali tidak disembunyikan. Laras menyadarinya. "Apa maksudmu dengan menatap begitu? Apa kamu meremehkan Keluarga Sinatra?" Tepat saat itu, Pak Suradi memandang ke arah luar pintu dan bertanya, "Maaf, kalian siapa...?" Di tengah keributan, tidak ada yang menyadari deretan mobil mewah yang kini parkir di luar kediaman Sinatra.Lampu dari tiap mobil menyala terang, menerangi hampir seluruh sisi rumah. Sekelompok pria dengan seragam berjalan menuju pintu, masing-masing membawa kotak kado mewah dalam tangan mereka. Mereka berdiri rapi di depan pintu. Serempak berseru, "Bu Rosa, selamat ulang tahun." Rosa terpaku. Pandangan matanya jatuh ke salah satu mobil di depan. Rosa mengenali mobil itu. Mob

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status