Share

Bab. 04

Author: Maheera
last update Last Updated: 2025-07-13 02:39:16

"Hei, ngelamun aja. Kemarin ayam tetanggaku ngelamun pagi-pagi besoknya langsung ngidam Topoki."

Aku melengos melihat Syam berdiri di depan meja kerjaku sambil nyengir. "Sejak kapan ayam doyan makanan korea, garing!"

"Ish, ish, ish! Galaknya Kak Ros kita ni. Aku tebak, pasti lo bad mood gara-gara suamimu yang sok kecakepan itu?"

Aku tersenyum, lelucon Syam mampu menghalau mendung di wajahku. Sejak dulu dia selalu ada untukku. Bahkan kami sempat dinobatkan sebagai pasangan serasi di kampus. Saat aku menikah dengan Arya banyak teman-temanku yang heran, menurut mereka aku dan Syam lebih cocok.

"Aku nggak mau ngomongin Arya, bikin rusak mood aja," balasku sembari menghidupkan komputer.

Syam berdecak, dia menarik kursi lalu duduk di depanku. "Kenapa kamu nggak cerai aja sih? Udah jelas-jelas musang itu selingkuh sampai bikin anak orang tekdung. Kamu masih mau bekasnya?"

Aku tertawa mendengar Syam menyebut Arya, musang, Sejak dulu dia memang tidak suka kedekatan aku dan Arya. Bahkan, saat tahu aku menerima lamaran Arya, dia sempat menjauh, tapi menjelang pernikahan hubungan kami membaik. Aku bersyukur memiliki Syam sebagai sahabat. Dia selalu sabar mendengarkan semua keluh-kesah juga celotehan yang menurut Arya membosankan. Kadang aku berpikir kenapa bukan Syam suamiku? Tentu rumah tangga kami bakalan seru. Sayang sekali, dilihat dari gestur tubuh sepertinya Syam tidak tertarik menjalin hubungan dengan wanita mana pun. Kadang aku berpikir dia tidak menyukai wanita.

"Enak aja, mana enak langsung cerai setelah Arya selingkuhin aku. Hati ini sakit banget, hancur rasanya dikhianati. Kadang bertanya salahku apa sampai tega nu-suk dari belakang, ditambah mertua bawaannya sinis melulu. Aku memang mau cerai sama Arya, tapi nanti setelah dia juga hancur."

"Kamu main api, An. Aku takut kamu yang makin sakit hati." Wajah Syam memelas.

"Hatiku udah mati buat Arya, sakit yang kayak gimana yang belum aku rasain sejak nikah sama dia? Jadi, ditambah sedikit lagi nggak bakal ngaruh."

"Aku khawatir kamu tertekan. Apalagi tinggal bareng sama duo betina ular itu."

Aku terdiam melihat tatapan Syam memancarkan kekhawatiran untukku. Sesaat dadaku berdebar, baru kali ini dia memandangku selekat ini. Paras Syam sangat tampan dengan fitur wajah sempurna. Tulang hidung tinggi, alis tebal, bibir berisi kemerahan, ditambah sorot mata yang tajam. Lidahku tergelitik ingin bertanya kenapa sampai sekarang dia belum menikah? Padahal untuk ekonomi dia sudah mapan.

"Heh, kenapa liatin aku seperti itu? Ntar kamu naksir, baru tahu rasa."

Tawaku tersembur mendengar celukan Syam. "Kalau kamu suka perempuan udah dari dulu aku naksir, tapi kamu sukanya pisang."

Wajah Syam memerah. "Sembarangan, siapa bilang aku nggak suka perempuan?"

"Heh, benar kamu nggak ....."

"Ya nggaklah!" sela Syam cepat. "Apa karena aku nggak pernah dekat wanita manapun  trus kamu anggap aku sukanya laki-laki? Sory, aku masih selera sama perempuan."

"Syukur deh, aku lega, tapi kenapa sampai sekarang kamu belum nikah?"

Syam menghela napas panjang, tatapannya meredup ke arahku. "Gimana mau nikah, perempuan yang aku suka udah nikah. Kalau berharap dia cerai sama suaminya dosa nggak sih?"

"Dosalah, jangan doa yang jelek-jelek. Kalau emang dia udah nikah kamu ikhlasin. Masih banyak perempuan di dunia ini. Apalagi kamu ganteng, karir bagus, rumah sama kendaraan udah punya. Tinggal tunggu waktu ketemu sama jodohnya."

Syam hendak bicara lagi, tapi ponselku berdering menampilkan nama Arya sebagai pemanggil. Aku melengos, pasti dia bertanya perihal u4ng yang diminta tadi. Kadang aku berpikir hatinya terbuat dari apa? Selama pernikahan akulah yang banyak berkorban demi kemajuan karirnya. Bahkan, saat dia mementingkan gaya hidup mengikuti teman-temannya, aku mengalah menutupi kebutuhan rumah tangga dengan gajiku. Sekarang, setelah menikahi selingkuhannya aku jarang diberi nafkah. Aku merasa miris saat Arya meminta u4ng untuk spesi istri barunya. Dia pikir aku sebod0h dulu. Sengaja kumatikan data seluler agar tidak terganggu.

"Mau ngapain lagi dia?" Syam melirik ponsel di tanganku.

"Nggak tahu. Udah, jangan bahas dia lagi. Kerja sana."

Aku mendorong Syam keluar dari kubikelku. Selain tak ingin menjadi bahan gosip, aku juga tak ingin dia banyak bertanya tentang hubunganku dengan Arya.

Tanpa terasa hari beranjak malam. Aku menolak tawaran Syam mengantar ke rumah. Sebelum pulang aku  singgah di warung makan untuk mengisi perut agar saat sampai di rumah tinggal rehat. Pukul delapan malam aku sampai di rumah. Saat masuk tatapan sinis dari Mama mertua dan Lisa menyambutku.

"Ini dia baru pulang. Ke mana aja kamu?" Suara Mama Arya membentakku.

"Kerja, memangnya dari mana lagi." Aku berjalan santai hendak masuk ke kamarku, seolah-olah keberadaan Mama dan Lisa tidak berarti.

"Kerja sampai malam. Bukannya pulang cepat, sana masak, kami sudah lapar!"

Telingaku berdengung mendengar perintah Mama Arya. Aku berbalik. "Mama lapar? Suruh saja menantu kesayangan Mama masak, kenapa harus aku?"

"Lisa lagi h4mil, dia nggak kuat sama bau bumbu."

Aku tertawa kecil mendengar pembelanan mertuaku. "Wah, kalau gitu Mama masak sendiri, nggak repot kan?"

Wajah Mama Arya memerah. "Kamu kurang ajar, ya. Berani ngebantah saya. Sana masak, kalau tidak ...."

"Kalau tidak apa?!" Aku menyela cepat perkataan mertuaku. Aku mendekat perlahan dengan tatapan tajam. Bukan tak menghormati orang tua, tapi beliau sendiri yang tidak pantas di hormati. "Mau suruh Arya menceraikan aku? Suruh saja, aku malah senang."

Aku puas melihat wajah Mama Arya terlihat geram. Mau marah, silakan. Akan kuladeni sampai kapan pun. Sebelum masuk kamar aku berbalik. "Ingat, ya, aku bukan pembantu di rumah ini. Kalau mau makan usaha sendiri, kalau tidak mati saja kelaparan."

Aku menutup pintu kamar dan mengunci dari dalam, tak peduli umpatan Mama mertua. Sejak Arya menikah satu bulan lalu dengan Lisa, aku tak pernah mengijinkan dia masuk ke kamarku. Jijik rasanya disentuh lelaki yang sudah berbagi peluh dengan wanita lain. Aku bertahan di rumah ini hanya untuk memastikan mereka semuanya mendapat balasan perbuatan mereka. Kalau aku han-cur keluarga ini  harus ikut bersamaku.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Yati Syahira
jijik tapi masih bertahan bodoh
goodnovel comment avatar
Retno w
1 bln tp kok bertahan.....udah gitu gaji msh dipake buat mkn mereka...apa namanya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Kau Selingkuhi Aku, Kuhancurkan Hidupmu   Bab. 59

    Anna menatap Syam dalam perjalanan pulang."Menurutmu dia akan berubah?"Syam diam beberapa saat. "Mungkin tidak, tapi kita sudah melakukan yang terbaik, dan keadilan akan bicara."Anna mengangguk. Dia memejamkan mata, berharap bahwa setelah badai ini, mereka bisa benar-benar melanjutkan hidup. Ditambah rasa mual membuat pandangannya seakan berputar."Kau baik-baik saja?" Syam memelankan laju kendaraannnya. Melihat wajah pucat Anna dia menepikan kendaraannya ke bahu jalan. "Kau pucat, kita ke rumah sakit, ya."Anna menggeleng lemah. "Nggak usah. Aku cuma mual, padahal udah masuk tri semester ke-dua."Pandangan Syam menurun ke perut Anna. Dia mengus4p lembut di mana calon anaknya bersemayam. "Jangan nakal, ya, sayang. Kasian Mama."Anna tersenyum, dia memegang tangan Syam di perutnya. "Syam, apa kamu bahagia?"Syam mendekatkan wajah lalu mengecup dahi Anna lama dan lembut. "Harusnya aku yang nanya, apa kamu bahagia?""Tentu aku bahagia.""Makasih, sayang. Makasih udah bertahan sama aku

  • Kau Selingkuhi Aku, Kuhancurkan Hidupmu   Bab. 58

    Sudah tiga hari sejak kejadian penculikan itu. Rumah menjadi tempat paling aman untuk Anna dan Kairo. Meski fisik mereka tidak terluka parah, Syam tahu luka batin lebih sulit disembuhkan.Pagi itu, matahari menyelinap lembut melalui tirai jendela kamar perawatan. Anna duduk di pinggir pembaringan Kairo, menyuapi bubur perlahan. Anak itu masih terlihat murung. Ia menunduk, hanya sesekali mencuri pandang pada wajah Anna.“Sayang, habiskan buburnya, ya,” ucap Anna dengan suara seramah mungkin.Kairo menggeleng pelan. “Nggak enak”“Kalau Kairo makan, Mama janji kita liburan ke tempat yang Kai mau."Kairo tetap diam.Anna menoleh pada Syam, yang berdiri memandangi mereka dari dekat pintu. Dia menarik napas dalam-dalam dan melangkah masuk, berjongkok di sisi tempat tidur anaknya.“Kairo, boleh Papa cerita sesuatu?” tanyanya pelan.Kairo mengangkat kepala perlahan.“Papa juga pernah takut. Waktu dulu, waktu Kakek dan Nenek meninggal. Papa takut banget, tapi ternyata Papa bisa jadi kuat kare

  • Kau Selingkuhi Aku, Kuhancurkan Hidupmu   Bab. 57

    Suara tawa kecil Nadin di ujung telepon membuat d4rah Syam mendidih."Kau gil4, Nadin. Itu an-akmu, dar4h dagingmu. Apa kau tega menyakit1nya?!"“Ralat, an4k kita, bukan milikku sendiri, tapi apa? Kau lebih memilih bersama jal4ng itu daripada aku." Nadin terkekeh sinis. “Kau sudah tak menganggapku siapa-siapa, lalu sekarang kau masih berani bilang itu anakku? Dia an4kmu setelah kau buang aku seperti sampah, Syam. Sekarang kau tahu rasanya kehilangan. Aku tak akan segan meny1ks4nya. Kau lihat saja nanti!"Syam mencengkeram ponselnya dengan erat. Napasnya berat, tapi dia berusaha tenang. Dia tahu tak bisa meladeni orang nekat dengan perkataan provokasi.“Aku akan menemukanmu. Kau akan menyesal telah meny3ntuh an4kku.”"Coba saja, jangan banyak bicara. Kalau kau tidak memenuhi permintaanku dalam 2 × 24 jam, jangan salahkan kau akan menemukan may4tnya saja."Klik. Telepon terputus.Anna memperhatikan Alex yang berdiri di teras, wajahnya tampak gelisah. Pria itu mondar-mandir tak segera ma

  • Kau Selingkuhi Aku, Kuhancurkan Hidupmu   Bab. 56

    Suasana ruang VIP rumah sakit masih sunyi saat ponsel Syam terus berdering. Para rekan bisnis dan teman ramai menanyakan tayangan gosip tentang dirinya dan Anna yang terus bergulir liar di media sosial. Wajahnya dingin, sorot matanya mengeras. Dia tahu siapa dalangnya, Nadin dan pengacaranya yang licik.'Aku akan selesaikan ini,' gumamnya pelan sambil meng-ecup kening Anna yang masih terbaring lemah.Keesokan paginya, Syam muncul di sebuah kantor hukum ternama di pusat kota. Dia datang bersamanya ada dua orang dari tim huku. legal pribadinya, dan seorang pria paruh baya yang menjadi penasihat bisnisnya selama bertahun-tahun.Pengacara Nadin, Herman Sudrajat adalah pria dengan jas mahal dan senyum licik. Dia menyambut Syam dengan ekspresi penuh percaya diri."Pak Syam, saya tidak menduga Anda akan datang sendiri. Ada yang bisa saya bantu?"Syam menatap tajam."Anda terlalu percaya diri membela seseorang yang secara hukum terbukti menyerang wanita h4mil dan membantunya menyebar kebohon

  • Kau Selingkuhi Aku, Kuhancurkan Hidupmu   Bab. 55

    Pagi di rumah sakit seharusnya berjalan tenang, tapi tidak untuk Syam. Dia menelusuri koridor dengan langkah cepat. Keringat dingin masih menempel di pelipisnya meski hujan belum berhenti sejak semalam. Wajahnya pucat, tangannya gemetar.“Pak Syam, istri Anda sudah sadar, tapi kami sarankan observasi lebih lanjut.”Itu kata dokter pagi tadi yang membuatnya gegas mendatangi rumah sakit. Syam melimpahkan semua pekerjaan ke asistenya. Keselamatan Anna priotitasnya sekarang.“Pak, istrinya sudah dibawa ke ruang observasi. Tekanan d4rahnya turun drastis, kemungkinan ada trauma,” kata perawat waktu itu, berusaha menenangkan.Mendengar itu Syam tak bisa tenang. Dia merasa bersalah, harusnya malam itu dia tidak sekadar mengus1r, tapi segera mengkasuskan Nadin. Kini, di dalam ruang perawatan VIP rumah sakit itu, Anna sudah terbaring lemah dengan infus di tangan. Wajahnya pucat, nafasnya pelan dan teratur, tapi tubuhnya tak sehangat biasanya.Syam duduk di sisi r4njang. Dia menggenggam tangan

  • Kau Selingkuhi Aku, Kuhancurkan Hidupmu   Bab. 54

    "Bagaimana, kamu lelah?" tanya Anna melirik Syam yang sedang mengusap keringatnya.Syam menggeleng, meski sebenarnya letih dia tak boleh mengatakan. Anna hanya memintanya menjadi pelayan di restorannya. Hukuman yang diberikan Anna terlalu mudah dibanding luka yang dia berikan. Syam terus dibebani rasa bersalah setiap melihat Anna. Sampai kapan pun dia tak mungkin lupa sikap buruknya pada sang istri."Tante Anna, Papa bohong. Lihat, napas Papa saja udah ngos-ngosan. Muka Papa juga udah pucat, takutnya tiba-tiba pingsan." Kai bercelutuk sembari tertawa.Anna tersenyum mendengar kata-kata Kai. Dia tahu Syam kelelahan. Dia sengaja meminta lelaki itu bekerja di restorannya selama sepuluh hari nonstop dari pagi sampai malam sebagai syarat kepulangannya. Anna tak punya cara lain untuk menghukum Syam, bagaimana pun dia masih suaminya. Anna tak ingin melangkahi harga diri Syam meski lelaki itu sudah menyakitinya. Bucin? Entahlah, Anna merasa Syam layak diberi kesempatan menilik kesabaran lelak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status