Share

Bab 3

"Tunggu dulu jelaskan padaku dulu, apa yang sebenarnya terjadi!" Kata Nathan dengan tegas, "Kata Dylan kalian dulu diserang beberapa orang jahat, kalian kemudian lari ke arah rumah Bibi Dasy, dan menyerahkan ku kepada mereka, tetapi kalian tidak menyerahkan saudara ku kepada mereka karena sakit? Lalu bagaimana kalian bisa lolos dari penjahat itu? Dan kenapa kalian tidak menjemput diriku lagi, dan menyuruh Dylan hanya untuk menjenguk saja?". Lanjut Nathan.

Dengan menahan tangis Tuan besar William menjelaskan. "Iya Nathan, semua yang dikatakan Dylan itu benar. Dulu ketika penjahat itu mengejar kami, kami merasa jika kami menitipkan kalian kepada paman Stuart kalian akan aman dan kami dapat lari dengan kencang. Tetapi saudara mu Mac memiliki penyakit dan kami sangat tidak tega apabila paman dan bibi merawat Mac.".  "Benar" tambah Nona Hilda William. Kemudian Tuan David William melanjutkan. "Alasan kami bisa lolos dari penjahat itu, karena paman Stuart membantu kami dengan cara mengulur waktu agar kami dapat pergi dan memanggil bantuan". "setelah bantuan datang, kami ingin kembali dan menjemput dirimu tapi kami berpikir, bahwa Paman Stuart adalah orang yang bertanggung jawab dan sederhana, dan sepertinya mereka dapat mendidik dirimu jadi anak yang tidak sombong dan sederhana". Nona Hilda melanjutkan.

"Dan alasan kami mengirim Dylan hanya untuk menjengukmu karena kakek mu sakit keras karena cucunya sakit dan yang satunya lagi hilang. Dan setelah dirimu lulus sekolah dasar. Dylan aku suruh untuk tidak menjenguk dirimu lagi karena kamu sudah semakin besar dan pasti dirimu akan curiga terhadap Dylan. Jadi yang kami inginkan hanya mendidik dirimu menjadi seorang yang bijaksana dan tidak egois akan kekayaan, dan tabah akan hinaan" ayah Nathan akhirnya menangis.

Bibi Dasy mengusap punggung Nathan "kamu dengar sendiri kan Nathan? Apa yang kedua orang tua mu katakan? Aku sungguh tidak keberatan mengurus dan mendidik mu, aku sudah menganggap dirimu sebagai anakku sendiri. Dan aku ikhlas sepenuh hati dalam merawat dirimu Nathan". Wajah Nathan dibanjiri air mata dan dia mencium tangan bibi Dasy "Bibi kenapa tidak pernah bilang padaku selama ini? Jika aku masih mempunyai orang tua". "Nathan, aku sudah berjanji kepada orang tuamu untuk merahasiakannya, semua demi keamanan mu." Bibi diam sebentar kemudian melanjutkan. "Mungkin saja para penjahat itu masih mengincar dirimu. Tapi dengan tubuhmu yang sekarang Bibi yakin kamu dapat melindungi dirimu sekarang, kamu sangat gagah, Nathan". "Terimakasih bibi"

Kemudian Nathan menegakkan kepalanya dan berkata "Ayah Ibu!".  "Akhirnya kamu memanggil kami dengan sebutan itu" mereka merasa bahagia".

"Kalian bilang kalian merahasiakan identitas kami demi keselamatan kami kan?". Mereka mengangguk.  "Sebaiknya tetap begitu, aku akan tetap tinggal bersama bibi Dasy. Dan jangan membeberkan berita tentang diriku di media manapun?" "Baiklah, karena kamu yang meminta aku menyanggupi nya, tapi terimalah kartu ini, untuk kebutuhan dirimu"

Nathan mengangguk "baiklah aku terima ayah". Kemudian Nathan melanjutkan " Tapi belikan bibi Dasy rumah yang layak untuk ditinggali, karena rumah yang lama sudah tua dan hampir ambruk", mendengar itu bibi langsung menolak "tidak usah Nathan, banyak kenangan dirumah itu bersama paman Stuart". " Percaya padaku bibi, semua demi kesehatan bibi" kemudian Nathan menatap ayahnya "dan ayah jangan berikan rumah yang begitu besar dan mencolok, agar tidak mengundang curiga". "Baiklah, bukan hanya rumah, aku dengar kamu bekerja di perusahaan kecil ya?" Nathan mengiyakan. "Aku akan mengangkat mu menjadi Direktur utama Perusahan Ayah yaitu Willems Group.

"Apa?!" Semua yang mendengar itu terkejut. Meskipun perusahaan itu bukan perusahaan utama keluarga William, tetapi perusahaan tersebut berharga ratusan miliar dolar.

"Tapi ayah aku tidak tahu bagaimana cara mengelola sebuah perusahaan. Dan aku masih belum siap untuk itu". "Benar Tuan, Nathan masih sangat muda". Ujar bibi Dasy.

"Ayah tahu, bahwa paman dan bibi Stuart sudah mendidik dirimu dengan benar dan ayah tahu kamu pasti bisa, selain itu jika kamu belum mengerti tentang perusahaan ayah telah menyiapkan sekretaris sekaligus wakil direktur Selena Stone." 

Selena Stone adalah seseorang yang sangat pintar dan cakap dalam bekerja, bahkan dia dapat lulus kuliah di usia 19 tahun dengan nilai cumlaude. Pantas saja dia mendapat posisi sebagai wakil direktur di Willems Group karena prestasinya itu. Selain itu Selena adalah wanita yang cantik, dan memiliki penampilan yang menarik dengan tubuh yang seksi.

"Selena Stone yang terkenal itu? Ayah" Nathan penasaran. "Iya, jika kamu ingin tahu kebenarannya, maka terimalah, lagipula ayah juga sudah tua, sudah waktunya ayah menikmati masa tua bersama ibumu."

Nathan berpikir sejenak "kalau begitu baiklah, akan kucoba. Agar ayah dan ibu dapat menikmati masa tua bersama." 

Ayah Nathan tersenyum. "Tidak kusangka anakku sangat baik hati, ini pasti karena bibi. Terimakasih sekali lagi bi". Bibi mengangguk.

"Baiklah, mulai besok. Kamu datanglah ke sana aku sudah bilang ke Nona Stone bahwa kamu akan datang."

"Baik ayah." Berita tentang Direktur baru perusahaan Willems Group segera menyebar ke seluruh Reymore Vile.

Mereka bertanya-tanya siapakah Direktur baru itu, apakah itu tuan muda keluarga William. Bagaimana wajahnya, karena selama ini mereka tidak mengetahui samasekali wajah tuan muda keluarga William.

Setelah dari kediaman keluarga William, Nathan dan Bibi Dasy kembali pulang kerumah paman Stuart untuk bersiap-siap pindah esok hari, bibi mengemasi barang-barang kenangan bersama paman Stuart selama ini, dan bahkan bibi masih menyimpan foto mereka bertiga ketika Nathan masih kecil. Bibi memandang rumah itu sebelum pergi meninggalkan rumah tersebut. Dihatinya masih ada rasa rindu dengan paman Stuart dan tiba-tiba Nathan menepuk pundak bibi Dasy. "Bibi, kita masih dapat mengunjungi makam paman sewaktu waktu. Jangan terlalu sedih bi, kan masih ada aku hehe.." Nathan tertawa canggung.

Keesokan harinya mereka berdua bersiap untuk pindah dan ternyata mereka sudah ditunggu oleh Dylan didepan rumahnya.

"Dylan? Ada apa engkau kemari?' tanya Nathan.

"Saya disuruh tuan besar untuk mengantarkan tuan muda untuk pindah ke rumah baru". "Tidak usah repot-repot Dylan, aku dan bibiku akan naik sekuter ini saja. Lagian aku juga sudah tahu tempatnya. Itu ada di Lotus House paradise kan?". "Lagi pula, aku juga sedang merahasiakan identitas diriku, jika kamu mengantarkan aku dan bibi, sama halnya akan membongkar identitas ku". Jawab Nathan tegas.

Lotus House paradise adalah sebuah komplek perumahan yang berada di pinggir kota Reymore Vile, tempat tersebut tidak begitu mewah, hanya beberapa orang kaya yang tinggal disana. 

"Sampai jumpa Dylan, lain kali kita bertemu lagi yaa" Nathan melambaikan tangannya dan pergi bersama bibinya menggunakan sekuter miliknya.

Dylan hanya bisa terdiam mendengar kata-kata Nathan. Dan dia juga melambaikan tangannya kepada Nathan "Hati-hati tuan muda jaga diri anda, jika ada sesuatu hubungi saya. Nomor saya ada di rumah baru anda." "Baiklah Dylan" mereka berdua pun pergi.

Sesampainya di Lotus mereka melihat banyak rumah bagus yang berjejer rapi, didepan rumah itu ada mobil-mobil yang terparkir. 

Dan akhirnya mereka sampai di rumah baru mereka. "Wah Nathan bagus sekali rumah ini. Luas sekali, seperti nya kita berdua terlalu sedikit jika hanya kita yang tinggal disini, makannya kamu cari istri dong, hihi" goda bibi Dasy. "Apa sih bi, aku jadi malu, lagian kan rumah ini hanya 240 m² jadi kita berdua saja sudah cukup". "Bilang aja kamu ga laku, hehe". "Bibi lain kali aja kita bicarakan, oke?" "Oke, tapi serius kamu mau cari jodoh ya? Bibi sudah gak sabar pingin gendong cucu " "Iya deh bi, ayo kita lihat rumah baru kita". Seharian ini mereka melihat isi rumah tersebut. Setelah puas melihat rumah, Nathan duduk di sofa ruang tamu. Nathan menemukan kartu nama milik Dylan. "Mungkin ini nomor nya Dylan". Kemudian Nathan mengantongi kartu tersebut.

Tak lama kemudian Nathan mendengar suara ketukan di pintunya, ternyata ada beberapa tetangga yang datang mengunjungi tetangga baru. Mereka sangat ramah.setelah Nathan membuka pintu sudah ada beberapa tetangga yang menunggu didepan pintu. "Permisi, apakah kami boleh berkenalan dengan anda, kami dengar anda baru saja pindah kesini?" Tanya salah satu tetangga. "Benar, saya dan Bibi saya baru saja pindah kesini tadi pagi.". "Wah ternyata  kita punya tetangga baru yang tampan banget nih hihi.." salah satu ibu-ibu memuji Nathan. Memang Nathan memiliki wajah yang sangat tampan. "Iya seandainya putriku belum menikah, aku pasti akan menjodohkan dia dengan putriku" salah satu temannya menimpali. Mendengar itu Nathan hanya bisa tertawa canggung. "Oh iya perkenalkan nama saya Nathan William dan ini Bibi saya Bibi Dasy." Tidak ada yang menyadari bahwa Nathan adalah Tuan muda dari keluarga William. "Baiklah senang mengenal kalian, jika ada sesuatu kalian bisa minta bantuan kepada kami", "kalian sungguh baik sekali, terimakasih". 

Tiba-tiba terdengar suara ejekan. " Hay, kenapa kalian mengerumuni rumah keluarga miskin seperti dia. Dia itu hanya seorang sampah." Semua orang menengok ke sumber suara tersebut.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status