Jika benar seperti itu, maka semua sikap dingin Wei memang bisa dimengerti.
‘Dia pasti merasa sangat tertekan karena harus meninggalkan kekasihnya ketika menikahi aku ... pantas saja, sudah hampir dua tahun pernikahan tapi sikapnya begitu dingin dan jauh,’ batin Ara tidak dapat menyembunyikan keluhannya.
“Mengapa dia tidak menolak pernikahan ini?” gumam Ara sedih.
Jika Wei menolak menikahinya, Ara pasti akan berusaha untuk menerimanya dengan lapang dada.
Sekarang ... Ara hanya bisa bertahan, apapun yang terjadi Ara ingin mencoba mempertahankan pernikahannya dengan Wei, setidaknya sampai ulang tahun pernikahan mereka yang kedua.
Jika sampai ulang tahun pernikahan mereka yang kedua Wei tidak juga berubah ... barulah Ara sendiri yang akan melepaskan Wei dengan ikhlas.
Di kantornya, Wei melempar tab ke pangkuan humas perusahaan dengan perasaan kesal.
“Cepat kalian buat klarifikasi tentang permasalahan ini!” katanya tegas sambil menahan amarah.
Bisa-bisanya netizen mengira dia sedang menjalin suatu hubungan dengan sekretaris pribadinya sendiri.
Apa yang harus dilakukannya jika mamanya yang memiliki penyakit jantung sampai melihat berita tersebut?
Bukankah usahanya selama ini akan berakhir sia-sia?
‘Buat apa aku menuruti perjodohan konyol ini jika semua akan berakhir sia-sia?’ batin Wei kesal.
Selama ini Wei terpaksa menerima perjodohan dengan Ara karena takut jika dia menolak mamanya akan merasa tertekan dan penyakit jantungnya kembali kambuh.
Itu sebabnya Wei hanya bisa protes dalam diam dan keheningan.
Wei ingin sang mama bisa melihat bagaimana tidak bahagianya Wei dan Ara sejak mereka dipaksa menikah.
Sayangnya Ara selalu menutupi semuanya dan berusaha terlihat baik-baik saja ketika sedang bertemu dengan keluarga mereka.
Tim humas perusahaan Wei bergerak cepat, dalam waktu singkat tidak ada lagi komentar netizen tentang Wei dan sekretaris pribadinya di media manapun.
Rina -sekretaris pribadi Wei- merasa heran melihat komentar netizen tentang dirinya dan Wei menghilang begitu saja.
Padahal sebelumnya dia merasa sangat bahagia karena mendapatkan dukungan dan restu dari semua netizen yang mengikuti berita tentang Wei dan dirinya.
“Mengapa ini tiba-tiba menghilang? Siapa yang telah menghapusnya? Apakah istri Wei?” gumam Rina bertanya kepada diri sendiri.
Rina memutuskan untuk datang ke kantor Wei dan mencari tahu.
Siapa sangka ketika masuk ke dalam kantor Wei, Rina melihat bagian humas sedang melaporkan hasil penghapusan komentar-komentar netizen sesuai yang diperintahkan oleh Wei.
“Jadi kamu yang memerintahkan untuk menghapus komentar itu?” tanya Rina ketika tim humas sudah keluar dari kantor Wei.
“Kalau bukan aku lalu siapa?”
“Aku kira itu istrimu.”
“Ara wanita baik dan polos, dia tidak mungkin melakukan hal-hal seperti itu,” kata Wei sambil menandatangani beberapa dokumen yang ada di hadapannya.
Rina cemberut ketika mendengar Wei masih saja menyanjung dan membela Ara.
‘Huh ... Jika dia benar-benar sepolos itu, mana mungkin dia bisa menjebak Wei dalam pernikahan paksa dan perjodohan yang tidak pernah diharapkannya?’ batin Rina mencibir secara diam-diam.
“Apakah ada yang ingin kamu sampaikan?” tanya Wei sambil mengalihkan tatapannya dari dokumen yang ada di tangannya ke arah Rina.
“Apakah nanti malam kamu ada acara?” tanya Rina to the point.
“Tidak ada.”
“Maukah kamu ikut dalam reuni sekolah kita?” tanya Rina lagi dengan tatapan memohon.
“Kapan? Nanti malam?” tanya Wei memastikan.
“Ya.”
“Jam berapa tepatnya?” tanya Wei lagi.
“Jam 20.30 di KTV.”
“Oke.”
“Bisakah aku menumpang mobilmu untuk berangkat ke sana?” tanya Rina ragu-ragu.
“Tentu.”
“Terima kasih,” kata Rina tidak dapat menyembunyikan rasa gembiranya.
Ara menatap layar ponselnya yang berdering hanya untuk mengetahui identitas si penelepon.
“Hi, Lit,” sapa Ara sambil menjepit ponsel dengan bahunya dan kembali memotong kuku.
“Ara ... apakah kamu ada di rumah?”
“Ya, kenapa?”
“Aku melihat suamimu dengan sekretarisnya memasuki KTV.”
Ara terdiam.
‘Wei bersama wanita itu lagi? Sepertinya dugaanku kemarin benar, mereka memang saling mencintai,’ batin Ara pahit.
Dia menghela napas panjang dan meletakkan gunting kuku di atas meja. Lalu memegang ponselnya tetap di kuping dan beranjak ke arah jendela.
Ara menghela napas panjang, jika benar suaminya memiliki wanita idaman lain, maka bukan hal yang aneh jika selama dua tahun pernikahan mereka Wei terus saja mengabaikannya.
Mereka benar-benar jarang berkomunikasi, walaupun Ara telah berusaha untuk mendekati Wei seperti waktu sebelum mereka menikah namun, semua usahanya itu seperti sia-sia saja.
“Halo ... Ara? Apakah kamu masih di situ?”
“Yah ... aku masih di sini.”
“Astaga, kamu membuat aku takut saja, mengapa kamu sama sekali tidak merespon kata-kataku?”
“Ya mana?”
“Tadi aku bertanya apakah kamu mau memergoki suamimu dan datang ke sini?”
“Tidak ... tentu saja tidak, aku takut dia malah akan merasa tidak enak jika melihatku di sana.”
“Ck! Itu tidak mungkin terjadi, Ara.”
“Mengapa kamu begitu yakin?”
“Bagaimana mungkin dia merasa tidak enak? Bukankah dia menerima pernikahan kalian karena mamanya?”
“Mamanya?”
“Iya ... mamanya terkena penyakit jantung, itu sebabnya Wei tidak berani menolak keinginan mamanya untuk menjodohkan kalian berdua. Dia takut penolakannya akan membuat mamanya jatuh sakit.”
“Lita ... dari mana kamu mendapatkan informasi ini?”
“Dari salah satu sahabat Wei ... Hei, bagaimana? Apakah Kamu benar-benar tidak ingin memergoki mereka?”
“ ... Kalaupun aku ke sana, apa yang harus aku lakukan? Apakah aku harus melabrak mereka? Hubunganku dengan Wei tidak sedekat hubungan suami istri pada umumnya,” kata Ara sedih.
“Jadi kamu akan membiarkan saja suamimu berkhianat?”
“Aku hanya akan memberikan dia kesempatan sebentar lagi.”
“Kamu ... kamu benar-benar bodoh sekali Ara. Mengapa dari sekian banyak pria yang naksir kamu, kamu malah jatuh cinta pada Wei?”
Ara hanya menghela napas panjang. Jika dia tahu Wei akan seperti ini, apakah mungkin dia akan jatuh cinta terlalu dalam kepadanya?
Kebaikan Wei dan kasih sayangnya sejak Ara masih kecil benar-benar mampu mengelabui Ara, hingga Ara berpikir Wei juga memiliki perasaan romantis dengannya.
Apalagi Wei selalu memuji dan mengatakan kalau pria yang akan menjadi suaminya adalah pria yang sangat beruntung.
‘Siapa yang tahu kalau ucapan itu hanya dia peruntukkan bagi orang lain, bukan untuk dirinya sendiri,’ batin Ara frustasi.
“Aku tanya sekali lagi apakah kamu benar-benar tidak mau ke sini?” tanya Lita penasaran.
Dia benar-benar tidak percaya Ara akan begitu saja membiarkan suaminya jalan dengan wanita lain.
“Haruskah aku?”
“Ya, kamu harus! Paling tidak dengan datang ke sini kamu jadi bisa melihat bagaimana reaksi suamimu jika kamu memergokinya jalan dengan wanita lain.”
Ara terdiam. Sebenarnya dia juga ingin mengetahui bagaimana reaksi Wei, tapi di sisi lain Ara juga takut ... takut kalau Wei akan tetap bersikap dingin dan acuh tak acuh.
Ara masih bisa berpura-pura baik-baik saja ketika melihat sikap dingin Wei saat mereka sedang berdua. Tapi apakah dia bisa tetap seperti itu jika Wei menunjukkan sikap yang sama di hadapan orang lain?Tapi ... walaupun takut, Ara benar-benar penasaran dan ingin memastikan bagaimana sikap Wei kepadanya ketika sedang di hadapan orang lain.Sejak menikah mereka tidak pernah jalan bareng atau ada di tempat yang sama dalam suatu kesempatan. Jadi Ara benar-benar tidak tahu bagaimana Wei akan memperlakukannya ketika di depan orang lain.“Baiklah ... aku akan ke sana,” kata Ara pada akhirnya.Dia memang takut, tapi rasa ingin tahu yang lebih besar membuatnya tidak dapat menahan keinginan untuk datang ke tempat Wei dan sekretarisnya berada saat ini.“Bagus, aku tunggu di depan KTV, jangan lama-lama,” kata Lita lega.Tidak lama kemudian Ara sudah ada di KTV tersebut dan diantar Lita masuk ke dalam.Pada saat yang sama Wei dan Rina baru saja keluar dari kotak KTV bersama teman mereka yang lain k
Bukankah dulu Wei jatuh cinta kepadanya?‘Mengapa sekarang sikapnya sama sekali tidak menunjukkan kalau dia pernah jatuh cinta padaku?’ batin Rina bingung.Jika dia tahu Wei akan seperti ini, Rina pasti akan berpikir dua kali ketika menolak cinta Wei.Dulu Rina pikir Wei akan semakin penasaran jika ditolak oleh seorang wanita.Bukankah di novel-novel roman diceritakan kalau para pria kaya itu sangat menghargai wanita yang sulit untuk didapatkan?Setelah keluar dari butik, Rina dan Wei mampir ke salon terlebih dahulu sebelum datang ke restoran mewah tempat acara pertemuan dilangsungkan.Sepasang suami istri berkebangsaan China sudah menunggu dan tersenyum ketika Wei dan Rina datang menghampiri mereka.“Maaf menunggu lama,” kata Wei sopan.“Tidak apa, silakan duduk,” kata si pria sambil tersenyum ramah.“Oh iya, kenalkan ini sekretarisku, namanya Rina ... Rina, ini Daniel dan itu istrinya Stacy,” kata Wei setelah duduk di kursinya.“Selamat malam, Tuan, Nyonya,” sapa Rina sambil terseny
Ara juga sudah menulis surat permintaan maaf kepada suaminya itu atas gangguannya selama ini. Mungkin selama ini kehadirannya benar-benar sangat mengganggu bagi Wei hingga pria itu sama sekali tidak mau lagi tidur di rumahnya sendiri sejak mereka menikah .... Suara klakson mobil membangunkan lamunan Ara. Kepala pelayan dengan sigap membukakan pintu taksi untuk Ara. “Terima Kasih,” kata Ara sambil masuk ke dalam mobil. Ketika pintu mobil ditutup, Ara melihat sekali lagi ke arah rumah yang telah ditinggalinya selama dua tahun ini. Dia seolah ingin mematrinya di dalam hati, betapa banyak kenangan pahit dan air mata yang dialaminya selama tinggal di rumah ini. “Selamat tinggal, Wei ... semoga kamu bahagia,” bisik Ara tanpa suara. Sore harinya .... Wei pulang dan merasa heran ketika melihat keadaan rumah yang tampak sepi. “Tuan ....” Kepala pelayan datang menyapa. “Hmm,” sahut Wei datar. Tanpa banyak bicara Wei langsung naik ke lantai atas. Tadinya dia ingin langsung masuk ke d
Wei hanya diam. Dia bangkit dari tanah dan mengelap darah di sudut bibirnya lalu kembali berjongkok di sisi makam istrinya dengan kepala tertunduk. Tidak ada keinginan dari Wei untuk membalas pukulan Arga ataupun menolak tuduhannyaDia tahu ini semua memang salahnya. Tanpa sengaja dia telah membunuh istrinya sendiri karena sikap dingin dan tidak pedulinya.Dia memang pantas untuk dipukul!Tidak ada air mata mengalir dari matanya ....Bukan berarti Wei tidak bersedih. Semua air matanya sudah terkuras habis sejak kemarin. Sekarang yang Wei rasakan hanyalah kosong dan hampa.Namun, semua itu malah membuat keluarga Ara menjadi semakin marah dan menganggap Wei sangat tidak berperasaan. Mereka mengira Wei merasa senang dan bebas atas kepergian Ara.Tidak ada lagi istri yang tidak diharapkan dan Wei bisa menikah dengan wanita manapun yang dia mau."Wei ... tolong kembalikan anak Mama," kata Eva-mama Ara- dengan air mata yang bercucuran. "Ara anak perempuan Mama satu-satunya ... tolong ..
Tidak ada satupun yang percaya kalau dirinya bukanlah gadis itu sekalipun Paul dan Hanna.'Mungkin ini memang jalan yang diberikan tuhan untukku, agar bisa memulai hidup baru dengan wajah yang baru,' batin Ara pasrah.Ara membayangkan wajah kedua orang tua dan kakak laki-lakinya. Dia benar-benar tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan keluarganya saat mendapat kabar kecelakaan pesawat yang melibatkan dirinya saat itu.Tanpa terasa air matanya mulai mengalir deras."Mengapa kamu menangis, Sayang? Harusnya kamu merasa bahagia karena bisa selamat dari kecelakaan itu," kata Paul merasa khawatir melihat air mata Ara yang mengalir begitu derasnya. "Aku sedih memikirkan wajahku, Papa," kata Ara dengan perasaan canggung sambil menghapus air matanya."Jangan sedih sayang, kami janji akan berusaha mengembalikan penampilan terbaikmu seperti sedia kala," kata Hanna sambil memeluk Ara penuh kasih sayang.***Gundukan tanah basah itu selalu bertabur warna warni bunga yang menebarkan bau harum.
Dia ingin tahu bagaimana reaksi Wei saat melihat hasil penyelidikan yang mengarah kepada Rina sebagai dalang di balik ramainya komentar netizen di foto mereka."Ini ... ini tidak mungkin, aku tidak percaya Rina mampu melakukan hal tercela seperti ini," kata Wei merasa tidak percaya kalau apa yang ada ditangannya saat ini adalah sebuah kebenaran."Sialan! Jadi kamu pikir kita semua yang bohong dan wanita itu yang benar?" tanya Arga marah."Bukan ... bukan begitu maksudku," bantah Wei cepat."Mau sampai kapan kamu terus membelanya? Jangan kamu kira aku tidak tahu kalau sebelumnya kamu pernah menyatakan cinta pada wanita itu dan ditolak! Kamu masih terobsesi padanya, 'kan?" tanya Arga sambil menyipitkan mata tidak bisa menyembunyikan kemarahannya."Tidak! Aku malah bersyukur dia telah menolak ku karena belakangan aku baru tahu kalau wanita yang aku cintai sebenarnya adalah Ara, bukan dia," jawab Wei tegas."Apa gunanya kamu mengetahui kalau kamu mencintai Ara di saat adikku itu sudah per
Ara menggelengkan kepalanya dan tersenyum sedih. 'Dia tidak mungkin sedih, aku rasa dia malah bahagia mendengar berita itu karena dia jadi lebih leluasa untuk menikahi kekasihnya,' batin Ara lagi dengan hati yang berdenyut sakit hingga membuatnya tanpa sadar mengerutkan kening."Ada apa? Mengapa wajahmu tiba-tiba terlihat sedih?" tanya Luke perhatian.Dia menyadari perubahan suasana hati Ara dari wajahnya yang tiba-tiba menjadi sangat sedih dan tertekan. Luke tidak mengerti kesedihan apa yang bisa dirasakan oleh gadis secantik Ara? Dia memiliki segalanya dan orang tua yang sangat menyayanginya.'Apakah dia sedih karena orang tuanya sibuk dan tidak bisa menungguinya di sini?' batin Luke menerka-nerka.Mendengar pertanyaan Luke, Ara segera menepiskan bayangan Wei dari pikirannya."Tidak apa, aku hanya sedang teringat pada seseorang," kata Ara sambil menghela napas panjang."Siapa? Apakah kekasihmu?" tanya Luke ingin tahu."Bukan. Aku memang mencintainya, tapi dia tidak mencintaiku," ka
Dia benar-benar ingin bebas dari jeratan keluarga bangsawan ini. Berbagai acara yang dihadirinya dalam waktu satu bulan ini benar-benar membuatnya lelah. Ara bukan tipe orang yang bisa mengenakan topeng kapan saja di wajahnya agar tetap terlihat lemah lembut dan sopan sebagaimana perilaku para bangsawan pada umumnya. Dia terbiasa bersikap bebas dan apa adanya sejak kecil. Apalagi dia dikelilingi oleh kakak laki-lakinya dan Wei yang selalu siap sedia untuk melindunginya kapan dan dimanapun. Di keluarga ini, Ara merasa hidupnya penuh dengan tekanan. Lanara adalah putri yang terlahir dari darah campuran, antara papanya yang bangsawan dan mamanya yang orang biasa saja. Tidak sedikit saudara sepupu yang memandangnya hanya sebelah mata. "Apakah kamu tidak menyukai kehidupan seperti ini?" tanya Paul merasa heran. Bukankah kehidupan mewah dan kelas atas ini banyak menjadi impian para gadis? Mengapa gadis di hadapannya ini malah bersikap tidak peduli dan ingin cepat pergi? "Sejujurnya m