Share

5 - Kemunculan Hanna

Author: Poepoe
last update Last Updated: 2025-02-05 23:36:52

Sepertinya, ini akan jadi akhir dari segalanya.

Perselingkuhannya dengan Marcella bakal terungkap. Tidak mungkin Hanna percaya kalau Putra bilang wanita itu adalah rekan kerja biasa.

Bagaimana mungkin seorang rekan kerja biasa ditemukan setengah telanjang di kamar mandi mereka?!

Putra mengumpat kesal dari balik punggung Hanna. Karirnya bisa hancur, apalagi dirinya dan Marcella berada di satu perusahaan yang sama.

“Hanna, tunggu!”

Namun istrinya keburu masuk ke dalam kamar mandi.

“Aku bisa jelaskan–”

“Jelaskan apa, Mas?” Hanna menatap Putra dengan heran.

Putra termangu. Bola matanya bergerak memandangi sekeliling kamar mandi.

Kosong.

“Mas? Kamu mau jelasin soal apa?” Hanna mengambil sabun cuci mukanya yang berada di atas wastafel.

“I-Itu… soal…” suara Putra kini terdengar parau.

“Aa!” Putra terperanjat begitu telapak tangan istrinya menempel di dahinya.

“Kamu sakit, Mas? Sikapmu aneh,” tandas Hanna. “Tapi badanmu enggak panas. Apa sebaiknya aku batalkan saja liburanku dengan Andin?”

“Eh? Jangan!” Sahut Putra cepat. “Aku… aku hanya sedikit capek. Kamu jangan cemaskan aku, oke? Bersenang-senanglah…”

Putra segera melayangkan kecupan di dahi Hanna.

“Yang benar?”

“Iya, Sayang…” cepat-cepat Putra menuntun Hanna keluar dari kamar mereka.

“Kalau ada apa-apa, hubungi aku ya?” Pinta Hanna saat dia berada di teras rumah.

“Tentu,” Putra tersenyum meyakinkan. “Taksinya udah nunggu lama tuh.”

“Ya udah, aku pergi,” Hanna menatap lekat-lekat bola mata suaminya yang nampak gelisah.

“Dah!” Putra melambaikan tangan dari balik pagar rumah mereka.

*

‘Ha, mereka pikir aku bodoh,’ gumam Hanna dalam hati.

Di kursi belakang, kedua tangan wanita itu mengepal kesal.

Di teras, dia melihat sepasang sepatu hak merah yang tersembunyi di balik pot. Lalu wangi itu… wangi manis yang khas yang melekat di tubuh suaminya.

Hanna tahu betul wangi parfum Putra, yang pasti bukan wangi parfum manis khas wanita seperti tadi.

Dan yang paling mengusik pikirannya adalah sprei ranjang mereka yang berantakan.

Dada Hanna seketika sesak memikirkannya lagi.

Jangan-jangan mereka sudah bergulat panas di atas ranjangnya…

Pipi Hanna basah. Dia tak sanggup membayangkan Putra mengkhianatinya dengan wanita yang pernah dia lihat di mall tempo lalu.

‘Lihat saja… Aku akan menghancurkan kalian… Aku sudah tahu siapa wanita sialan itu. Aku tahu, Putra!’ Pekik Hanna dalam hati.

‘Marcella…’ ulang Hanna. ‘Itu namanya kan? Kalian satu kantor bukan?’

Hanna menghapus air mata yang jatuh.

Kemampuan Hanna menyelidiki selingkuhan suaminya bahkan lebih cepat dari agen rahasia sekalipun.

Sekarang tinggal tunggu waktu saja, Hanna akan bertindak dan mengungkap perselingkuhan mereka.

‘Tadi hanya sekedar pembukaan, Putra. Aku akan memberi kalian pelajaran berharga!’

Kuku panjang Hanna menusuk permukaan kulitnya. Namun bukan rasa sakit yang dia rasakan, melainkan amarah membara yang bergumul di dadanya.

*

“Aku hampir kehabisan napas!”

Marcella menyeruak keluar dari lemari pakaian. Pelipisnya berkeringat dan napasnya kembang-kempis.

“Kenapa dia bisa tiba-tiba datang sih?!” keluh Marcella lagi, mengipasi dirinya.

“Untung kamu bersembunyi di sini,” Putra menarik napas lega. “Kalau tidak, bisa gawat! Jantungku rasanya mau copot saat Hanna membuka pintu kamar mandi!”

“Instingku bilang kalau dia bakalan ngecek kamar mandi, Mas. Makanya aku inisiatif ngumpet di lemari. Tapi aku hampir mati, tau!”

Putra tertawa mendengarnya.

“Kamu kok malah senang sih?” Bibir Marcella mengerucut kesal.

“Uh, jangan ngambek gitu dong, Sayang…” Putra segera merangkul selingkuhannya itu. “Lucu aja, ngebayangin kamu meringkuk di dalam lemari.”

Marcella memutar kedua bola matanya jengkel.

“Nah, sekarang istriku sudah benar-benar pergi. Jadi….”

Putra menarik tubuh wanita itu kembali ke atas ranjang.

“Kita lanjutkan yang tadi,” Putra tersenyum nakal.

“Tunggu, kamu yakin istrimu enggak bakalan datang lagi?” sergah Marcella.

“Iya, tadi dia cuma ngambil sabun cuci mukanya yang ketinggalan. Aku benar-benar melepas kepergiannya sampai taksinya menghilang di ujung jalan,” terang Putra.

Lantas, Marcella menarik leher Putra, mendekatkan wajah tampan pria itu ke hadapannya.

“Kalau begitu, buat aku menjerit, Sayang… Buat aku berteriak tanpa ampun…” Marcella mendesah dengan menggoda.

“Tentu, Manis. Kamu tahu kekuatanku kan…”

Bibir Putra langsung melumat bibir merah Marcella.

Ciuman mereka bergulir begitu liar. Tubuh mereka pun menggeliat di atas ranjang.

Tidak ada siapa-siapa lagi di rumah ini, hanya mereka berdua. Desahan Marcella semakin menjadi-jadi.

Jantung wanita itu kini berdetak dua kali lebih cepat.

Kedua tangan Marcella mulai bergerak tidak karuan sampai akhirnya satu tangannya tidak sengaja menyenggol bingkai foto yang ada di atas nakas.

Prang!

Kepala Putra yang tadinya terbenam di antara kedua kaki Marcella, sontak menengadah.

“Ya ampun, Mas! Sorry…”

Bingkai foto itu jatuh ke lantai. Kacanya pecah.

Bergegas, Putra beranjak dan mengambilnya. Dipandanginya sesaat foto dirinya dengan Hanna yang tersenyum bahagia di depan Gunung Fuji.

Foto bulan madu mereka, tiga tahun yang lalu.

“Sorry…” ucap Marcella dengan lirih.

“Enggak apa-apa. Foto ini enggak penting.”

Putra menaruh bingkai foto itu di laci nakas.

“Yang penting sekarang ini adalah kamu, Cella…” suara berat Putra langsung membuat Marcella kembali bergairah.

Jujur, wanita itu sudah tidak sabar untuk menodai ranjang pernikahan Putra dan Hanna.

“Mas, langsung saja… aku udah enggak tahan. Dan, enggak perlu pakai pengaman. Aku lagi enggak subur kok.”

“Be-benarkah? Tapi… kurasa itu agak beresiko.”

Marcella menggeleng sambil menatap Putra dengan manja. “Tenang saja, aku enggak akan hamil. Rasanya pasti menyenangkan kalau milikmu melebur di dalam tubuhku, Sayang…”

Namun, Putra nampak sedikit termenung.

Selama ini dia selalu memakai pengaman dan bermain aman dengan Marcella.

“Plis, Sayang… buktikan kalau kamu benar-benar sayang sama aku…” ucap Marcella dengan nada memohon.

Akhirnya, Putra menyunggingkan senyumnya.

“Tentu saja aku mencintaimu, Sayang. Sayangku, Marcella…”

Putra kembali melakukan aksinya.

Tetapi suara ponsel yang tiba-tiba berdering kencang membuyarkan suasana romantis mereka.

“Ah!”

Putra dan Marcella memekik kesal berbarengan.

“Siapa lagi sih, Mas?!”

Dengan enggan, Putra melirik ponselnya di atas nakas. Dia mengeluh pelan begitu melihat nama peneleponnya.

Mau tidak mau, dia harus mengangkatnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kebangkitan Istri yang Kau Khianati   65 - Alasan Marcella

    Marcella melangkah ke dalam rumahnya dengan sedikit gugup. Dia berharap suaminya belum pulang dari kantor.Satu tangan wanita itu menenteng kantong plastik berisi barang belanjaan yang sengaja dia siapkan sebagai alibi.“Cella, dari mana saja?” Suara Putra di ruang tengah sontak menghentikan langkahnya. Pria itu duduk di sofa sambil menatap tajam ke arah istrinya.“Kamu sudah pulang, Mas? Kupikir masih lembur,” Marcella memaksakan senyumnya walaupun jantungnya kini berdetak keras.“Aku bisa menyelesaikan pekerjaanku dengan cepat,” tandas Putra, masih memperhatikan Marcella yang kini menaruh belanjaannya di atas meja.“Oh, baguslah…”“Kamu belum menjawab pertanyaanku,” sela Putra. Marcella menarik napasnya pelan. Sebisa mungkin dia memasang ekspresi wajar dan tenang. “Kamu tahu kan, ini hari terakhirku di bekerja. Jadi… yah, aku menghibur diriku sendirian, makan di restoran sekalian cuci mata. Aku juga mampir ke supermarket sebentar.”“Sampai pukul sepuluh malam?” Satu alis Putra naik

  • Kebangkitan Istri yang Kau Khianati   64 - Taktik Licik

    Mobil Marcella masih terparkir di pinggir jalan yang sepi.Lampu jalan yang remang mulai menyala, menerangi malam yang merayap datang.Sementara itu, Jordan memamerkan deretan giginya saat dia tertawa lepas setelah mendengar ucapan Marcella yang akan membunuhnya.“Ck, ck, ck… Marcella, sebelum kamu membunuhku, aku pastikan suamimu sudah mengetahui kebenarannya bahwa dia mandul dan Jordan ternyata anakku!”Jordan kembali tertawa, tawa melengking yang semakin membuat amarah Marcella mendidih.“Akui saja, sekarang akulah yang memegang kendali,” lanjut Jordan dengan jumawa.Marcella tertunduk dalam dengan kedua tangan yang mengepal erat. Ingin rasanya dia mencekik leher Jordan, tapi tubuh pria itu jauh lebih besar darinya.Tiba-tiba pundak Marcella berguncang sambil menutupi wajahnya dengan tangan. Terdengar isakan pelan dari mulutnya.“Jordan, tolong…” suara Marcella bergetar, nyaris tak terdengar. “Jangan ganggu kehidupan anak itu. Biarkan dia tumbuh tanpa tahu siapa ayah kandungnya. It

  • Kebangkitan Istri yang Kau Khianati   63 - Rahasia Marcella

    Mulut Marcella menganga lebar. Tangannya yang sedari tadi menggenggam setir kini gemetar saat menangkap jelas sosok di balik kaca mobilnya.“Jo-Jordan?!” Dada Marcella menggebu dalam kepanikan.Pria itu menatap tajam kedua bola mata Marcella yang membelalak. Wajahnya mengeras dengan jenggot yang menghiasi sekitar dagunya.“Buka,” titahnya.Marcella menelan ludah dalam-dalam. Dia bisa saja langsung tancap gas, tapi tidak. Bisa-bisa Jordan melakukan hal bodoh, misalnya menampakkan diri di depan Putra.Tok, tok! Kali ini Jordan mengetuk kaca mobil dengan keras dan mendesak.Mau tak mau, Marcella menurunkan kaca mobilnya. “Mau apa kamu ke sini?!” Bisik Marcella sambil celingukkan. Jordan menunduk sambil mengusap-usap dagunya. “Ada hal penting yang harus kubicarakan.”“Apa lagi?! Seharusnya kamu sudah keluar dari negara ini! Ingat, aku sudah memberimu uang, brengsek!” Mata Marcella melotot sambil berbisik. “Sekarang, cepat pergi!”Namun Jordan bergeming. Pria itu terus menatap Marcella de

  • Kebangkitan Istri yang Kau Khianati   62 - Ancaman Putra

    Putra melemparkan pandangan penuh tantangan ke arah Hanna. Senyum licik membingkai wajah pria itu sambil hendak merobek lembaran demi lembaran gugatan cerai.“Apa yang akan kamu lakukan, kalau aku nggak mau bercerai?” Mata Putra menyipit tajam. “Kurasa sah-sah saja kan punya dua istri?”Putra tak sabar ingin melihat Hanna yang akhirnya terjebak dalam permainan kotor yang dia buat sendiri.Tetapi, bukannya terpojok, tawa Hanna malah berderai panjang. Wanita itu bersandar di kursinya sambil menatap Putra tak percaya.“Dua istri?” Hanna masih tertawa kecil. “Kamu bahkan masih berharap aku jadi istrimu, setelah apa yang sudah kamu lakukan padaku? Ingat, Putra, aku masih menyimpan video mesum kalian dengan sangat baik.”Senyum di wajah Putra mendadak hilang. Rahangnya mengeras, mengingat ancaman itu. Ya, video perselingkuhannya dengan Marcella. Dia hampir saja melupakannya.Putra lantas menghentakkan dengan kasar dokumen itu ke atas meja. Bibirnya nyaris menggertak kesal.“Aku nggak menyan

  • Kebangkitan Istri yang Kau Khianati   61 - Konfrontasi

    Tamparan itu sontak mengagetkan beberapa orang yang melintas di lobi.Putra yang sedang menggendong Jordan nampak tersentak tak percaya, begitu pula Nena yang kedua bola matanya kini melebar.Hanna masih berdiri tegap dengan tatapan nyalang, sementara Marcella memegang pipinya yang memanas dengan bibir yang bergetar.Butuh waktu beberapa detik bagi wanita itu untuk menyadari bahwa Hanna telah menamparnya.Lantas, bola mata Marcella membelalak. “Berani sekali kamu menamparku, dasar wanita sialan…” satu tangan Marcella hendak melayang membalas tamparan tadi.Namun, gerakan itu langsung ditepis Hanna tanpa ragu.Hanna mengcengkram pergelangan Marcella begitu erat sehingga wanita itu kini nampak sedikit meringis.“Kamu nggak ingat, Marcella? Aku sekarang atasanmu. Aku bisa memecatmu kapan saja,” Hanna berujar dengan nada rendah namun dingin.Sambil mendengus keras, Marcella menghempaskan tangannya. Kini mereka saling bertukar pandang penuh kebencian.“Kamulah wanita rendahan itu, Marcella

  • Kebangkitan Istri yang Kau Khianati   60 - Rencana yang Berantakan

    Lampu-lampu di hall padam, menyisakan cahaya LED yang mulai memutarkan video.Napas Hanna tertahan. Kehadiran bocah kecil itu tak ada dalam rencananya. Astaga, apa yang harus dia lakukan?! Semuanya sudah terlambat. Tak mungkin dia berlari ke belakang panggung lalu menyuruh teknisi membatalkan semuanya!Dada Hanna berdebar semakin kencang, menunggu dengan pasrah video mesum itu muncul di layar.Namun yang terjadi adalah kemunculan wajah Abraham Julianto yang tersenyum lebar saat meresmikan pabrik pertamanya, dilanjutkan dengan potongan-potongan foto dan video perjalanan Beauty Inc. dari masa ke masa.Kening Hanna mengernyit heran. Cengkraman tangannya di lengan kursi kini berangsur terkulai. Terselip rasa lega yang begitu besar di hatinya. Sebenci-bencinya dia dengan Putra dan Marcella, dia tak mungkin menyakiti bocah itu.Video lantas diakhiri dengan tatapan Abraham Julianto ke arah kamera sambil berujar, “Untuk tahun-tahun ke depan, Beauty Inc. akan terus memancarkan cahayanya!”Hall

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status