Share

6 - Keinginan Marcella

Author: Poepoe
last update Last Updated: 2025-02-05 23:37:42

“Nak, kamu belum transfer uang bulanan Ibu ya? Jangan lupa, uang semesterannya adikmu juga harus dibayarkan bulan ini lho. Ibu sudah kehabisan uang. Harga-harga sekarang pada naik semua, belum lagi Ibu harus bayar uang arisan. Jadi, kapan kamu mau transfer, Putra?”

Nena mengoceh panjang lebar dari seberang sana.

Putra melirik ke kalender kecil yang ada di atas nakas. Dia lupa, seharusnya kemarin dia mentransfer uang bulanan untuk ibunya sekaligus uang semesteran adiknya.

“Aku transfer sekarang, Bu. Kemarin kerjaanku lagi banyak-banyaknya,” balas Putra.

“Ibumu?” Tanya Marcella tanpa bersuara. Tak bisa dipungkiri wajah wanita itu nampak jengkel saat Putra mengangguk.

Baru saja mereka hendak bergumul panas di atas ranjang, gangguan kembali datang.

Marcella lalu menghela napas keras sambil bersandar di kepala ranjang.

“Putra,” sahut Nena lagi, “soal program bayi tabung itu…”

“Kenapa soal itu, Bu?”

“Apa enggak sebaiknya kamu mempertimbangkannya lagi? Delapan puluh juta, Putra. Itu uang yang sangat banyak!”

“Tapi Ibu kan yang ngebet punya cucu,” balas Putra heran.

Terdengar helaan napas berat Nena. “Memang, tapi maksud Ibu enggak usah pakai acara bayi tabung segala, Putra. Masih mending kalau Hanna pakai uangnya sendiri. Suruh dia kerja lagi dan membiayai program bayi tabungnya itu.”

“Ya enggak bisa gitu dong, Bu. Aku kan suaminya.”

“Kalau kalian mulai program itu… apa uang bulanan Ibu bakal kamu pangkas?” Tanya Nena sedikit cemas.

“Astaga, jadi Ibu cemas soal itu?”

“Ibu sudah enggak kerja lagi, Putra. Dan hanya bisa mengandalkanmu. Adikmu juga masih membutuhkanmu. Jangan egois begitu, terlalu mementingkan kebutuhan Hanna, sementara Ibu dan adikmu ditelantarkan.”

Putra mengusap tengkuknya. “Siapa yang menelantarkan kalian? Mungkin, uang bulanan Ibu akan berkurang sedikit. Aku harus menyisihkan lebih banyak dari gajiku untuk program bayi tabung itu. Semua kan demi Ibu yang kepengen punya cucu juga.”

“Hah, Ibu enggak nyangka kalau pada akhirnya Hanna akan jadi istri yang membebanimu seperti ini. Sudahlah, Putra, kalau dia memang mandul, ceraikan saja dan nikahi wanita yang bisa memberimu keturunan. Lagi pula, kamu masih muda, karir cemerlang. Pasti banyak wanita di luar sana yang mau sama kamu.”

“Aku lagi enggak kepengen bahas soal itu, Bu. Sudah dulu ya, akan kutransfer uangnya sekarang.”

“Ada masalah apa?” Tanya Marcella penuh selidik begitu Putra memutus sambungan telepon dengan ibunya, Nena.

“Biasa, masalah bayi tabung. Ibuku enggak setuju. Mahal katanya,” Putra segera membuka m-banking di ponselnya.

“Memang mahal sih. Sayang uangnya…” balas Marcella. “Tapi seperti yang kubilang, aku selalu siap jadi penggantinya.”

“Maksudmu?” Tanya Putra tanpa mengalihkan pandangannya dari layar ponsel.

“Maksudnya… kamu hamilin aku aja, Sayang…” 

“Heh?” Kedua bola mata Putra sontak melebar.

“Kenapa kamu kaget sih, Sayang. Katanya kamu cinta sama aku?”

“Ta-tapi, aku suaminya Hanna, Cella. Mana mungkin aku menghamili wanita lain??”

“Sudah kubilang, ceraikan saja dia. Alasannya karena enggak bisa memberikanmu keturunan.” Marcella mengedikkan bahunya dengan entang.

“Astaga, kamu sama saja dengan Ibuku.”

“Tuh kan Ibumu juga berpikiran seperti itu. Jadi, wajar dong kalau aku ngomong begitu.”

Putra hanya terdiam dan terlihat gusar.

“Kamu benar-benar mencintai Hanna?” Mata Marcella sedikit menyipit. “Kenapa kamu begitu sulit untuk melepasnya? Apa aku enggak sebaik Hanna?”

Putra mengembuskan napas pendek. “Bukan begitu. Sebenarnya… aku sudah berjanji pada mendiang ayahnya Hanna, untuk menjaga putrinya dengan baik sepanjang hidupku.”

“Namanya juga kehidupan, Sayang, selalu ada masalah yang enggak terduga. Lagian, ayahnya Hanna juga sudah enggak ada kan? Dia enggak bakalan tahu kalau kalian bercerai.”

“Tapi… ayahnya Hanna begitu mempercayaiku, Cella. Dia sampai menjual tanahnya yang seribu hektar itu demi membiayai pernikahan kami. Rumah ini serta mobil yang kami miliki adalah hasil dari uang ayahnya Hanna. Sayang, ayahnya enggak bisa menjadi wali nikah Hanna karena sebulan sebelum kami menikah, ayahnya meninggal,” terang Putra.

“Jadi, semua ini milik Hanna?”

“Bisa dikatakan begitu. Dan semenjak aku menikah dengan Hanna, rezekiku semakin lancar. Aku diterima di Beauty Inc. dan bisa dapat promosi dalam dua tahun jadi asisten manajer. Kurasa semua berkat doa-doa istriku…”

Marcella berdecak pelan. “Itu semua karena usahamu, Putra. Bukan karena wanita itu.”

“Lho, Cella. Mau kemana?”

Putra bergegas turun dari ranjang dan mengejar Marcella yang ngambek.

*

Seharian, Putra membujuk Marcella agar tidak marah padanya. Pria itu berjanji enggak akan mengungkit soal Hanna lagi di depan Marcella.

Dan saat malam menjelang, akhirnya kedua sejoli itu kembali mesra di sofa ruang tengah.

“Aku mencintaimu, Putra…” ucap Marcella, mengusap dagu Putra yang sedikit kasar. “Itu kenapa aku cemburu kalau kamu selalu memuji Hanna.”

“Aku tahu. Maafkan aku ya,” Putra mengecup kilat ujung hidung Marcella.

“Hah… Andai aku bertemu denganmu lebih dulu daripada Hanna, pasti kita sudah hidup bahagia dengan banyak anak,” mata Marcella nampak menerawang.

Putra mengusap rambut halus wanita itu. Dia tak tahu harus menjawab apa.

“Aku bahkan rela hamil dua belas kali demi kamu, Putra.”

Putra tertawa mendengarnya.

“Aku enggak pengen punya anak selusin, Sayang.”

Marcella beringsut dari dekapan Putra. “Gimana kalau kita nikah siri aja? Aku rela kok jadi istri keduamu.”

Lagi-lagi Putra tak bisa menahan keterkejutannya.

Dia pikir, awal hubungannya dengan Marcella hanya untuk bersenang-senang belaka, tanpa harus melibatkan perasaan lebih jauh. Namun nampak wanita itu menganggap hubungan mereka lebih dari itu.

Marcella mencintainya dan anehnya Putra juga merasakan hal yang sama.

“Sayang?”

“Eh, iya?”

“Kenapa jadi bengong gitu? Gimana soal usulku tadi?”

“Soal itu… kurasa boleh juga. Tapi yang pasti,” Putra mencondongkan wajahnya, “aku menginginkanmu malam ini, Sayang. Sudah enggak ada hambatan lagi.”

“Ah… Sayang… geli…” Marcella tekikik senang begitu Putra mulai menggerayangi tubuhnya. 

Tawa Marcella berubah jadi desahan berat seiring dengan sentuhan Putra yang menggila.

Tubuh bidang Putra menindih tubuhnya, membuatnya susah bernapas. Namun di saat yang bersamaan bulu-bulunya meremang.

Layar televisi itu dibiarkan menyala begitu saja, sementara dua sejoli itu mulai bergulat panas di atas sofa.

*

Selain lampu jalan yang berpendar remang, cahaya bulan di atas sana ikut menerangi malam yang gelap.

Hanna berdiri di depan rumahnya dengan angin malam yang berembus pelan yang menggerakkan helaian rambutnya.

Perlahan Hanna membuka gerbang dengan kunci duplikat miliknya. Dada berdebar tidak karuan saat dirinya kini berada di teras.

Tubuhnya seketika membeku begitu mendengar desahan dari dalam.

“Ah… Mas… terus, Mas…”

Gigi Hanna bergemeletuk menahan emosi.

Ingin rasanya dia memanggil warga dan menggerebek pasangan selingkuh ini.

Tapi, tidak. Dia harus menahan diri karena dia punya rencana lain.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kebangkitan Istri yang Kau Khianati   65 - Alasan Marcella

    Marcella melangkah ke dalam rumahnya dengan sedikit gugup. Dia berharap suaminya belum pulang dari kantor.Satu tangan wanita itu menenteng kantong plastik berisi barang belanjaan yang sengaja dia siapkan sebagai alibi.“Cella, dari mana saja?” Suara Putra di ruang tengah sontak menghentikan langkahnya. Pria itu duduk di sofa sambil menatap tajam ke arah istrinya.“Kamu sudah pulang, Mas? Kupikir masih lembur,” Marcella memaksakan senyumnya walaupun jantungnya kini berdetak keras.“Aku bisa menyelesaikan pekerjaanku dengan cepat,” tandas Putra, masih memperhatikan Marcella yang kini menaruh belanjaannya di atas meja.“Oh, baguslah…”“Kamu belum menjawab pertanyaanku,” sela Putra. Marcella menarik napasnya pelan. Sebisa mungkin dia memasang ekspresi wajar dan tenang. “Kamu tahu kan, ini hari terakhirku di bekerja. Jadi… yah, aku menghibur diriku sendirian, makan di restoran sekalian cuci mata. Aku juga mampir ke supermarket sebentar.”“Sampai pukul sepuluh malam?” Satu alis Putra naik

  • Kebangkitan Istri yang Kau Khianati   64 - Taktik Licik

    Mobil Marcella masih terparkir di pinggir jalan yang sepi.Lampu jalan yang remang mulai menyala, menerangi malam yang merayap datang.Sementara itu, Jordan memamerkan deretan giginya saat dia tertawa lepas setelah mendengar ucapan Marcella yang akan membunuhnya.“Ck, ck, ck… Marcella, sebelum kamu membunuhku, aku pastikan suamimu sudah mengetahui kebenarannya bahwa dia mandul dan Jordan ternyata anakku!”Jordan kembali tertawa, tawa melengking yang semakin membuat amarah Marcella mendidih.“Akui saja, sekarang akulah yang memegang kendali,” lanjut Jordan dengan jumawa.Marcella tertunduk dalam dengan kedua tangan yang mengepal erat. Ingin rasanya dia mencekik leher Jordan, tapi tubuh pria itu jauh lebih besar darinya.Tiba-tiba pundak Marcella berguncang sambil menutupi wajahnya dengan tangan. Terdengar isakan pelan dari mulutnya.“Jordan, tolong…” suara Marcella bergetar, nyaris tak terdengar. “Jangan ganggu kehidupan anak itu. Biarkan dia tumbuh tanpa tahu siapa ayah kandungnya. It

  • Kebangkitan Istri yang Kau Khianati   63 - Rahasia Marcella

    Mulut Marcella menganga lebar. Tangannya yang sedari tadi menggenggam setir kini gemetar saat menangkap jelas sosok di balik kaca mobilnya.“Jo-Jordan?!” Dada Marcella menggebu dalam kepanikan.Pria itu menatap tajam kedua bola mata Marcella yang membelalak. Wajahnya mengeras dengan jenggot yang menghiasi sekitar dagunya.“Buka,” titahnya.Marcella menelan ludah dalam-dalam. Dia bisa saja langsung tancap gas, tapi tidak. Bisa-bisa Jordan melakukan hal bodoh, misalnya menampakkan diri di depan Putra.Tok, tok! Kali ini Jordan mengetuk kaca mobil dengan keras dan mendesak.Mau tak mau, Marcella menurunkan kaca mobilnya. “Mau apa kamu ke sini?!” Bisik Marcella sambil celingukkan. Jordan menunduk sambil mengusap-usap dagunya. “Ada hal penting yang harus kubicarakan.”“Apa lagi?! Seharusnya kamu sudah keluar dari negara ini! Ingat, aku sudah memberimu uang, brengsek!” Mata Marcella melotot sambil berbisik. “Sekarang, cepat pergi!”Namun Jordan bergeming. Pria itu terus menatap Marcella de

  • Kebangkitan Istri yang Kau Khianati   62 - Ancaman Putra

    Putra melemparkan pandangan penuh tantangan ke arah Hanna. Senyum licik membingkai wajah pria itu sambil hendak merobek lembaran demi lembaran gugatan cerai.“Apa yang akan kamu lakukan, kalau aku nggak mau bercerai?” Mata Putra menyipit tajam. “Kurasa sah-sah saja kan punya dua istri?”Putra tak sabar ingin melihat Hanna yang akhirnya terjebak dalam permainan kotor yang dia buat sendiri.Tetapi, bukannya terpojok, tawa Hanna malah berderai panjang. Wanita itu bersandar di kursinya sambil menatap Putra tak percaya.“Dua istri?” Hanna masih tertawa kecil. “Kamu bahkan masih berharap aku jadi istrimu, setelah apa yang sudah kamu lakukan padaku? Ingat, Putra, aku masih menyimpan video mesum kalian dengan sangat baik.”Senyum di wajah Putra mendadak hilang. Rahangnya mengeras, mengingat ancaman itu. Ya, video perselingkuhannya dengan Marcella. Dia hampir saja melupakannya.Putra lantas menghentakkan dengan kasar dokumen itu ke atas meja. Bibirnya nyaris menggertak kesal.“Aku nggak menyan

  • Kebangkitan Istri yang Kau Khianati   61 - Konfrontasi

    Tamparan itu sontak mengagetkan beberapa orang yang melintas di lobi.Putra yang sedang menggendong Jordan nampak tersentak tak percaya, begitu pula Nena yang kedua bola matanya kini melebar.Hanna masih berdiri tegap dengan tatapan nyalang, sementara Marcella memegang pipinya yang memanas dengan bibir yang bergetar.Butuh waktu beberapa detik bagi wanita itu untuk menyadari bahwa Hanna telah menamparnya.Lantas, bola mata Marcella membelalak. “Berani sekali kamu menamparku, dasar wanita sialan…” satu tangan Marcella hendak melayang membalas tamparan tadi.Namun, gerakan itu langsung ditepis Hanna tanpa ragu.Hanna mengcengkram pergelangan Marcella begitu erat sehingga wanita itu kini nampak sedikit meringis.“Kamu nggak ingat, Marcella? Aku sekarang atasanmu. Aku bisa memecatmu kapan saja,” Hanna berujar dengan nada rendah namun dingin.Sambil mendengus keras, Marcella menghempaskan tangannya. Kini mereka saling bertukar pandang penuh kebencian.“Kamulah wanita rendahan itu, Marcella

  • Kebangkitan Istri yang Kau Khianati   60 - Rencana yang Berantakan

    Lampu-lampu di hall padam, menyisakan cahaya LED yang mulai memutarkan video.Napas Hanna tertahan. Kehadiran bocah kecil itu tak ada dalam rencananya. Astaga, apa yang harus dia lakukan?! Semuanya sudah terlambat. Tak mungkin dia berlari ke belakang panggung lalu menyuruh teknisi membatalkan semuanya!Dada Hanna berdebar semakin kencang, menunggu dengan pasrah video mesum itu muncul di layar.Namun yang terjadi adalah kemunculan wajah Abraham Julianto yang tersenyum lebar saat meresmikan pabrik pertamanya, dilanjutkan dengan potongan-potongan foto dan video perjalanan Beauty Inc. dari masa ke masa.Kening Hanna mengernyit heran. Cengkraman tangannya di lengan kursi kini berangsur terkulai. Terselip rasa lega yang begitu besar di hatinya. Sebenci-bencinya dia dengan Putra dan Marcella, dia tak mungkin menyakiti bocah itu.Video lantas diakhiri dengan tatapan Abraham Julianto ke arah kamera sambil berujar, “Untuk tahun-tahun ke depan, Beauty Inc. akan terus memancarkan cahayanya!”Hall

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status