Home / Fantasi / Kebangkitan Klan Phoenix / Pedang Bintang Melawan Kutukan Mandrazath

Share

Pedang Bintang Melawan Kutukan Mandrazath

Author: Jimmy Chuu
last update Last Updated: 2025-03-12 14:51:33

ROARR!

Mandrazath memekik keras, suaranya menggema membelah keheningan malam, membuat langit seolah terbakar oleh amarahnya. Dentuman naga itu mengoyak udara, disusul semburan api iblis berwarna kehitaman yang menyala-nyala, seakan ingin melahap segalanya.

"Kurang ajar! Sihir kelas rendah semacam itu berani menandingi dentuman naga, api terkutuk yang disertai api neraka? Tak mungkin!" Desis Onimur, sang Dark Elf, dalam kemarahan yang membara, tatapannya dipenuhi kebencian.

Langit yang semula hitam pekat pada saat itu berubah menjadi terang, kebiru-biruan, seolah-olah alam semesta turut merasakan gejolak pertempuran.

Onimur langsung melantunkan sebuah lagu, lagu sihir kuno yang membangkitkan roh-roh dan mengendalikan mayat-mayat hidup, kekuatan yang hanya dimiliki oleh mereka yang menguasai sihir gelap.

SUIIIT

Nada suara yang kadang tinggi melengking dan kadang rendah mengalun, terdengar tidak indah namun membuat bulu kuduk berdiri, merambat di setiap tulang. Suara itu seperti bisikan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Transformasi Sang Phoenix

    Api dari Pedang Bintang melesat dengan kecepatan luar biasa, membelah kegelapan malam yang pekat. Mantra "Ignis Morsus" yang diucapkan Kiran, menghasilkan ledakan api yang dahsyat, mengarah langsung ke Onimur dan Mandrazath, membakar udara di sekitarnya.Namun, Onimur, panglima perang Dark Elf yang licik, bukanlah lawan sembarangan. Dengan gerakan tangan yang cepat dan penuh perhitungan, ia menciptakan perisai hitam pekat, menyerap sebagian besar serangan api Kiran, meminimalkan dampaknya."Kau pikir api kecil seperti itu bisa mengalahkanku?" ejek Onimur, suaranya yang dingin dan menghina bergema di seluruh Lembah Mystral, menantang Kiran. "Kau masih terlalu hijau, bocah Phoenix! Kekuatanmu belum seberapa!"Mandrazath, naga hitam terkutuk itu, mengaum, suaranya menggetarkan bumi, mengguncang segalanya. Naga itu membuka mulutnya lebar-lebar, mengeluarkan semburan api yang jauh lebih besar dan lebih panas dari sebelumnya, sebuah gelombang kehancuran. Api hitam kebiruan itu bergerak sepe

    Last Updated : 2025-03-12
  • Kebangkitan Klan Phoenix   Sebuah Luka Yang Mendalam

    Kiran merasakan panas yang aneh menjalar dari dadanya, menyebar ke seluruh tubuhnya, memberikan kekuatan yang luar biasa. Bukan rasa panas yang menyakitkan, melainkan kehangatan yang familiar—seperti yang ia rasakan saat bertemu The Flame di Hutan Ternola, kekuatan yang telah lama ia cari.Tanpa peringatan, tubuh Kiran diselimuti api, kekuatan yang luar biasa. Tablet naga di bawah kakinya hancur berkeping-keping, tidak lagi berguna, namun ia tidak jatuh, ia tetap melayang. Ia terangkat, diangkat oleh kekuatan yang tidak ia pahami, kekuatan yang tak terduga.Api itu berubah bentuk, membesar, membentuk sosok burung raksasa dengan sayap yang membentang lebar, simbol kekuatan. Kiran tidak lagi terlihat—ia telah menjadi satu dengan api itu, menjadi Phoenix - The Flame yang legendaris, kekuatan yang luar biasa.Di bawah, pertempuran terhenti, semua terdiam. Zombie-zombie berhenti menyerang, seolah-olah merasakan kekuatan yang luar biasa, tak berani bergerak. Para kurcaci menurunkan senjata

    Last Updated : 2025-03-12
  • Kebangkitan Klan Phoenix   Duka di Ironhold

    Denting logam yang biasanya memenuhi Kota Ironhold, irama palu yang tak kenal lelah, kini digantikan oleh bisikan-bisikan penuh kecemasan, seperti air yang mengalir di antara bebatuan. Lorong-lorong batu yang biasanya ramai oleh aktivitas para kurcaci penempa, suara langkah kaki yang berderap, kini dipenuhi kerumunan yang berbisik-bisik, menatap rombongan yang baru tiba dengan tatapan iba, penuh duka.Kiran berjalan dengan langkah berat, setiap pijakan terasa seperti beban yang tak terhingga. Wajahnya pucat pasi, kehilangan semua warna kehidupan. Matanya merah dan bengkak, bukti tangis yang tak henti-hentinya. Di belakangnya, beberapa kurcaci yang kuat dan tegap membawa dua tandu yang ditutupi kain putih, sebuah pemandangan yang memilukan."Beri jalan! Beri jalan!" teriak Skarfum, suaranya yang biasanya lantang kini terdengar berat dan penuh kesedihan. Ia telah bertemu rombongan itu di pintu gerbang, dan kini memimpin mereka melewati kerumunan kurcaci yang semakin bertambah, sepert

    Last Updated : 2025-03-13
  • Kebangkitan Klan Phoenix   Pemakaman DI Sungai Gibna

    Tubuh Nethon terbaring di perahu pertama, dibalut jubah sutra biru tua, warna kebanggaan para penyihir api, simbol kekuatan dan semangat. Cambuk sihirnya diletakkan di atas dadanya, siap menemaninya dalam perjalanan terakhir, menjadi teman setia. Wajahnya yang tenang seolah hanya tertidur, menunggu untuk terbangun di dunia yang lebih baik, di tempat yang lebih damai.Di perahu kedua, tubuh Malven dibaringkan dengan khidmat, penuh penghormatan. Busur dan anak panahnya tersusun rapi di sampingnya, simbol keahlian dan ketangkasan. Rambut pirang keemasannya yang panjang dihiasi dengan daun-daun perak, simbol kehormatan tertinggi bagi kaum Elf, menunjukkan keagungannya. Bahkan dalam kematian, keanggunan seorang Elf tetap terpancar dari sosoknya, keindahan yang tak lekang oleh waktu.Emma berdiri di tepi sungai, tangannya menggenggam sebuah lampion kecil berbentuk bunga teratai, simbol harapan dan cinta. Air matanya jatuh ke permukaan air, seolah menciptakan riak-riak kecil yang berkilaua

    Last Updated : 2025-03-13
  • Kebangkitan Klan Phoenix   Duka yang Membekas di Ironhold

    Malam semakin larut di Kota Ironhold, kegelapan merangkul lorong-lorong batu yang kokoh. Obor-obor di sepanjang jalan, yang biasanya menyala terang, kini mulai meredup, seolah ikut merasakan kesedihan yang mendalam. Kiran, Emma, Chen, dan Pigenor berjalan dalam diam, langkah mereka berat dan penuh kesedihan, melewati jalan-jalan yang kini sepi setelah upacara pemakaman yang menyayat hati di kedalaman Sungai Gibna, tersembunyi di perut bumi, tempat peristirahatan terakhir.Mereka tiba di penginapan, tempat mereka biasa berbagi tawa dan cerita. Ruangan itu terasa lebih luas sekarang, lebih kosong, tanpa kehadiran Nethon dan Malven, dua sahabat yang telah pergi. Dua tempat tidur di sudut ruangan masih rapi, selimutnya terlipat sempurna, seolah menunggu pemiliknya kembali, sebuah pengingat yang menyakitkan.Emma duduk di tepi tempat tidurnya, menatap kosong ke arah lantai batu yang dingin, pikirannya melayang jauh. Chen berdiri di dekat dinding, tubuhnya tegak namun pikirannya masih m

    Last Updated : 2025-03-14
  • Kebangkitan Klan Phoenix   Orchid Altaalaite

    Ketegangan perlahan mereda, seperti badai yang berlalu, meninggalkan langit yang lebih cerah. Emma menurunkan Pedang Air, senjata itu berubah menjadi butiran air yang jatuh ke lantai batu sebelum menghilang sepenuhnya, kembali ke wujud aslinya.Matanya masih menyiratkan kemarahan, namun kata-kata Kiran, yang penuh kebijaksanaan, telah menyadarkannya, menghentikan amarahnya."Bicaralah," kata Kiran kepada Roric, suaranya masih tegang, namun lebih terkendali, mencoba menenangkan diri. "Apa tujuanmu datang kemari, apa yang kau inginkan?"Roric menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri setelah nyaris kehilangan nyawa, sebuah pengalaman yang mengerikan. Ia melangkah masuk ke dalam ruangan dengan hati-hati, masih waspada terhadap Emma yang menatapnya tajam, penuh curiga."Aku datang dengan berita," ujar Roric, suaranya serius, "dan sebuah tawaran, sebuah kesempatan."Pigenor mengangkat alis, menunjukkan rasa ingin tahunya, tertarik dengan apa yang akan dikatakan Roric. "Berita ap

    Last Updated : 2025-03-14
  • Kebangkitan Klan Phoenix   Perpisahan di Puncak Rotos

    Angin dingin berhembus kencang di Puncak Gunung Rotos, membelai wajah mereka dengan sentuhan es. Awan-awan kelabu bergerak cepat di langit, seperti kawanan serigala yang berlari, seolah terburu-buru menghindari badai yang akan datang, memberikan kesan yang mencekam.Di gerbang Pintu menuju Kota Ironhold, di tepi tebing yang menjulang, Kiran, Emma, Pigenor, dan Chen berdiri menghadap tiga kurcaci yang telah menemani mereka selama beberapa hari terakhir, menjadi saksi perpisahan.Skarfum, Roric, dan Gladgrik—tiga kurcaci dengan perawakan dan karakter berbeda, namun dipersatukan oleh satu harapan: kesuksesan misi pencarian Orchid Altaalaite, permata yang akan mengubah segalanya."Perjalanan ke Tambang Tartaf tidak akan mudah, kalian harus bersiap," kata Gladgrik, suaranya berat dan serius, seperti gema di pegunungan. Janggut panjangnya bergerak tertiup angin, memberikan kesan kebijaksanaan."Kalian harus melewati Lembah Mystral lagi, tempat di mana Onimur dan Mandrazath menyerang kawan

    Last Updated : 2025-03-15
  • Kebangkitan Klan Phoenix   Lembah Mystral - Kenangan dan Ancaman

    Matahari perlahan tenggelam di ufuk barat, seperti bola api yang memudar, menyisakan semburat jingga kemerahan yang memudar dengan cepat di langit, memberikan kesan waktu yang berlalu.Perjalanan dari Puncak Rotos menuju Lembah Mystral memakan waktu enam jam yang melelahkan.Bayangan panjang kelompok itu terbentuk di tanah saat cahaya terakhir matahari menerangi punggung mereka, menciptakan siluet empat penunggang yang bergerak menuju Tenggara, menuju bahaya yang tersembunyi.Ketika akhirnya kegelapan malam menyelimuti langit, seperti selubung yang tak kasat mata, mereka telah mencapai pinggiran Lembah Mystral, tempat yang tak terlupakan. Bulan sabit menggantung di langit, memberikan penerangan samar, seperti mata yang mengawasi, yang memperlihatkan hamparan luas ladang gandum dan sorgum yang bergoyang pelan ditiup angin malam, memberikan kesan keindahan yang menenangkan."Kita sudah sampai, kita telah kembali," kata Kiran pelan, suaranya penuh makna, menarik tali kekang Gallileonnya

    Last Updated : 2025-03-15

Latest chapter

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Kematian yang Tidak Sendirian.

    Pigenor terkejut. Wanita ini mengenalnya."Siapa kau?" tanyanya lembut, sambil memeriksa luka-luka di tubuh wanita itu."Lila," bisik wanita itu, suaranya nyaris tak terdengar. "Letnan... Kekaisaran..."Ingatan Pigenor berputar cepat, mencari nama itu dalam benaknya. Lila... nama itu terasa familiar, tapi ia tidak bisa mengingatnya dengan jelas. Terlalu banyak wajah, terlalu banyak nama yang ia temui selama perjalanan bersama Kiran."Kau terluka parah," kata Pigenor, melihat luka bakar hitam di bahu Lila yang semakin melebar. Api hitam Ifrit, ia mengenalinya. Api yang membakar jiwa, bukan hanya daging."Aku akan membantumu."Dengan gerakan cepat, Pigenor merogoh kantung kecil di pinggangnya, mengeluarkan sebutir pil berwarna keperakan. Pil Bulan Perak, obat langka yang hanya dimiliki oleh kaum Elf Putih, mampu menyembuhkan luka paling parah dan bahkan mengembalikan seseorang dari ambang kematian."Telan ini," perintahnya, memasukkan pil itu ke mulut Lila dengan lembut.Lila menelan pi

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Nama yang Terbakar di Bibir.

    Pigenor kembali ke penginapan kecilnya dengan hati yang lebih ringan dari berminggu-minggu sebelumnya. Ia mengemas barang-barangnya yang sedikit, menyiapkan ramuan dan jimat perlindungan yang tersisa.Besok, ia akan meninggalkan Xianyang. Besok, ia akan satu langkah lebih dekat dengan teman-temannya.Malam berikutnya tiba dengan cepat. Pigenor menunggu di balik bayangan Gerbang Selatan, jubah hitamnya menyamarkan sosoknya dalam kegelapan. Tepat saat bulan berada di puncak langit, sebuah karavan kecil muncul.Lima kereta barang dengan lambang dagang Farouk, ditarik oleh kuda-kuda kuat."Naiklah ke kereta terakhir," bisik Farouk saat melewati Pigenor. "Tetap tersembunyi sampai kita melewati perbatasan."Pigenor menyelinap ke kereta terakhir, bersembunyi di antara tumpukan kain sutra dan rempah-rempah. Perjalanan dimulai dalam keheningan, hanya suara roda kereta dan langkah kuda yang terdengar di jalanan sepi.Mereka melakukan perjalanan selama tiga hari, melewati desa-desa kecil dan hut

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Perburuan Terakhir Elf Putih.

    Angin malam berbisik di antara pepohonan, membawa aroma daun basah dan tanah lembap.Pigenor bergerak tanpa suara, setiap langkahnya seringan sentuhan kupu-kupu pada kelopak bunga. Kulitnya yang pucat berkilau samar dalam kegelapan, hampir transparan saat ia memanipulasi cahaya di sekitarnya untuk menyatu dengan bayangan hutan.Sudah tiga minggu berlalu sejak pertempuran di tembok perbatasan Qingchang dan Zolia. Tiga minggu sejak kelompok mereka tercerai-berai seperti daun-daun kering tertiup badai musim gugur.Tiga minggu sejak ia terakhir melihat Kiran, Emma, Jasper, dan Chen.Pigenor menghela napas panjang, merasakan beban kesedihan dan kekhawatiran yang semakin berat di pundaknya. Sebagai Elf Putih, ia memiliki kelebihan yang tidak dimiliki teman-temannya.Kemampuan untuk menyatu dengan alam, berkamuflase hingga menjadi tak terlihat bagi mata biasa, dan menyelinap melewati penghalang yang bahkan dijaga ketat oleh penyihir-penyihir kuat.Kemampuan itulah yang membuatnya berhasil ke

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Daun-Daun Terakhir untuk Lila.

    Chen merasakan tubuhnya terhempas melalui ruang dan waktu. Sensasi seperti ditarik dan ditekan dari segala arah, membuatnya tidak bisa bernapas. Dunia berputar dalam kecepatan yang tidak masuk akal, dan kesadarannya mulai memudar."Lila!" teriaknya, tapi suaranya tertelan oleh kekosongan di sekitarnya. Ia berusaha melawan kekuatan teleportasi, berusaha kembali ke tempat Lila berdiri menghadapi kematian, tapi sia-sia. Talisman itu telah mengunci tujuannya, dan tidak ada yang bisa menghentikannya sekarang.Cahaya putih membutakan berubah menjadi berbagai warna yang berputar cepat, lalu mendadak gelap total. Chen merasakan tubuhnya jatuh, jatuh, dan terus jatuh, hingga akhirnya menghantam sesuatu yang keras dan dingin.Rasa sakit menyebar ke seluruh tubuhnya seperti gelombang, dan kegelapan segera menelannya sepenuhnya.+++Suara burung-burung berkicau perlahan menarik Chen kembali ke kesadaran. Matanya terbuka dengan berat, menyipit melawan cahaya matahari yang menembus dedaunan di atas

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Api Hitam dan Pengorbanan Terakhir.

    Eve memejamkan mata sejenak, dan ketika ia membukanya kembali, mata itu telah berubah menjadi merah menyala seperti darah segar. Ia mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi, dan mulai merapalkan mantra dalam bahasa kuno yang bahkan Chen tidak kenali.Tanah di bawah kaki mereka mulai bergetar. Retakan-retakan muncul, dan dari dalamnya, keluar asap merah yang panas. Asap itu berputar di sekitar Eve, semakin tebal hingga nyaris menutupi sosoknya."Apa yang dia lakukan?" tanya Chen, panik mulai menguasainya."Mantra pemanggilan tingkat tinggi," jawab Lila, wajahnya pucat pasi. "Dia memanggil Ifrit, iblis api dari dimensi lain."Tameng kristal Chen akhirnya pecah berkeping-keping saat naga api terakhir menghantamnya dengan kekuatan penuh.Chen terhempas ke belakang, punggungnya menghantam dinding kereta dengan keras. Rasa sakit menjalar di seluruh tubuhnya, dan ia bisa merasakan darah mengalir dari hidungnya, tanda bahwa ia telah mendorong batas kemampuan sihirnya terlalu jauh.Asap merah

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Rantai Perak dan Api Biru.

    "Berhenti! Kereta itu membawa pelarian!"Suara teriakan itu membekukan darah dalam pembuluh Chen. Ia dan Lila bertukar pandang penuh kengerian saat kereta mereka terhenti mendadak.Kuda-kuda meringkik ketakutan, seolah merasakan bahaya yang mendekat."Siapa itu?" bisik Chen, suaranya nyaris tidak terdengar.Lila mengintip dari jendela kecil kereta, wajahnya seketika memucat. "Eve Whitehouse," jawabnya dengan suara bergetar. "Penyihir pemanggil api Kekaisaran Hersen."Chen merasakan jantungnya berhenti berdetak untuk sesaat. Eve Whitehouse.Nama itu dikenal di seluruh perbatasan sebagai salah satu penyihir paling mematikan. Pengendali api dengan kemampuan sihir pesona tingkat empat, mampu membakar seluruh desa hanya dengan satu mantra.Bahkan mereka pernah bertarung melawan kelompoknya."Bagaimana dia bisa tahu?" tanya Chen, mencengkeram jubah tabibnya hingga buku-buku jarinya memutih."Dia penyihir detektor terkuat," Lila menjawab, matanya liar mencari jalan keluar. "Mantra ilusi tida

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Pengkhianatan di Balik Tembok Sihir.

    "Kiran bisa diajak bicara," Chen bersikeras. "Dan jika kau benar-benar menyesal...""Tidak semudah itu, Chen," Lila memotong lembut. "Beberapa kesalahan tidak bisa dimaafkan begitu saja."Keheningan kembali menyelimuti kereta. Chen ingin membantah, ingin mengatakan bahwa pengampunan selalu mungkin, tapi ia tahu Lila benar. Pengkhianatan adalah luka yang sulit disembuhkan, bahkan oleh waktu.Setelah hampir satu jam perjalanan melalui hutan, kereta mulai melambat. Di kejauhan, siluet Tembok Sihir menjulang tinggi, berkilau kebiruan dalam kegelapan. Benteng raksasa itu membelah daratan seperti bekas luka pada kulit bumi, memisahkan Kekaisaran Qingchang dari Kerajaan Zolia."Kita hampir sampai," Lila berbisik, matanya waspada mengamati jalan di depan. "Pos penjagaan perbatasan ada di belokan berikutnya."Chen menelan ludah, jantungnya berdebar kencang. "Apa rencanamu?""Aku akan menggunakan otoritasku untuk melewati pos," jawab Lila."Jika ditanya, aku sedang dalam misi rahasia ke Zolia.

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Pelarian di Tengah Malam.

    Roda kereta berderit pelan melawan jalanan berbatu Kota Begonia. Dua ekor kuda hitam melangkah dengan irama stabil, napas mereka mengepul dalam udara malam yang dingin.Cahaya bulan sabit nyaris tak mampu menembus awan kelabu yang menggantung rendah, menjadikan malam itu lebih gelap dari biasanya.Kereta itu bergerak perlahan, hampir tanpa suara selain detak sepatu kuda dan gemeretak roda kayu. Lambang Kekaisaran terukir di sisi kereta, berkilau samar dalam keremangan.Seorang kusir berjubah tebal duduk di depan, wajahnya tersembunyi di balik tudung yang ditarik rendah.Jalanan kota tampak kosong. Jam malam telah diberlakukan sejak matahari terbenam, memaksa penduduk mengunci diri di rumah-rumah mereka yang rapuh.Hanya sesekali terlihat bayangan prajurit patroli dengan obor di tangan, memeriksa sudut-sudut gelap dengan tatapan waspada.Kereta berbelok ke jalan utama yang mengarah ke gerbang kota. Di sana, sebuah pos penjagaan berdiri dengan obor-obor menyala terang. Enam prajurit ber

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Pengkhianatan dan Penyesalan.

    Lila!Si Pengkhianat yang menyebabkan penangkapannya. Pengkhianat yang memisahkannya dari teman-temannya. Pengkhianat yang bekerja sama dengan Kekaisaran untuk menjebak Kiran dan kelompoknya di perbatasan.Darah Chen mendidih.Tangannya terkepal erat hingga buku-buku jarinya memutih. Ia ingin berteriak, ingin melemparkan mantra paling mematikan yang ia tahu. Tapi ia menahan diri, menunggu dengan sabar seperti predator mengintai mangsanya.Lila berjalan melalui barisan pasien, sesekali berhenti untuk berbicara dengan para penyihir terluka. Wajahnya menunjukkan keprihatinan yang tampak tulus, tapi Chen tahu lebih baik. Ia telah melihat topeng itu sebelumnya, telah mempercayainya, dan telah membayar harganya yang mahal.Saat Lila mendekat ke arahnya, Chen berbalik dan berjalan cepat menuju ruang obat di belakang balai. Ia tidak bisa menghadapinya sekarang, tidak di depan semua orang. Ia membutuhkan waktu, tempat, dan kesempatan yang tepat.Kesempatan itu datang saat senja mulai turun.Ch

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status