Perjalanan dari Gunung Rotos menuju Kota Shanggu bukanlah perjalanan yang mudah. Kelompok Kiran memutuskan untuk menghindari jalur utama yang mengarah langsung ke Kota Qingchang, memilih rute memutar yang lebih panjang namun lebih aman bagi lima buronan dengan harga tinggi di kepala mereka.Mereka menyusuri kaki Pegunungan Rotos ke arah timur, melewati lembah-lembah tersembunyi dan hutan-hutan lebat yang jarang dijamah manusia.Gallileon, monster iblis yang setia, membawa Kiran dan Emma melewati medan yang sulit dengan langkah pasti. Jasper, Chen, dan Pigenor mengikuti di belakang dengan kuda-kuda gunung tangguh pemberian kurcaci, sementara Burs dan Kon dengan keledai mereka sering tertinggal dan harus diingatkan untuk bergegas."Kita harus menghindari Lembah Mystral," ucap Kiran suatu pagi, saat mereka berkemah di tepi sungai kecil.Ia membentangkan peta pemberian Roric, menunjuk jalur berkelok yang menjauh dari lembah tersebut. "Terlalu banyak kenangan di sana."Emma, yang kini tamp
Mereka menunggu hingga sore, bersembunyi di balik pepohonan di tepi Padang Rumput Perak. Saat matahari mulai condong ke barat, mereka bergerak mendekati gerbang, bergabung dengan pedagang-pedagang dan petani yang juga ingin masuk ke kota sebelum gerbang ditutup pada malam hari.Gerbang Timur Kota Shanggu adalah struktur besar dari batu dan besi, dengan dua menara pengawas di kedua sisinya. Penjaga bersenjata berdiri di sepanjang tembok, sementara petugas pemeriksaan berdiri di depan gerbang, memeriksa setiap orang yang ingin masuk.Yang membuat Kiran dan kelompoknya waspada adalah papan pengumuman besar di samping gerbang, dipenuhi selebaran "DICARI" dengan gambar wajah mereka—wajah asli mereka, sebelum mengenakan Topeng Spiritual.Hadiah yang ditawarkan untuk penangkapan mereka sangat besar, cukup untuk membuat siapapun tergoda untuk mengkhianati mereka."Jangan panik," bisik Kiran pada teman-temannya saat mereka semakin dekat dengan pemeriksaan. "Bersikaplah wajar. Kita hanya pedaga
Malam telah merayap di atas Kota Shanggu, membawa kegelapan yang hanya sedikit diusir oleh lentera-lentera yang bergoyang di tiap sudut jalan.Kiran dan kelompoknya bergerak dengan hati-hati menyusuri jalan-jalan yang semakin sepi, berusaha tidak menarik perhatian patroli penjaga yang sesekali lewat."Kita tidak bisa menginap di penginapan biasa," bisik Kiran, matanya yang kini berwarna biru cerah mengamati sekeliling dengan waspada. "Terlalu berisiko. Banyak mata-mata Kekaisaran di sana."Jasper mengangguk setuju. "Ada tempat yang lebih aman di kawasan selatan kota. Pasar Gelap Alphaworks.""Pasar Gelap?" Emma mengerutkan kening, tidak menyukai ide tersebut. "Bukankah itu lebih berbahaya?""Justru sebaliknya," jawab Jasper, suaranya yang kini lebih dalam terdengar yakin. "Di sana, tidak ada yang peduli siapa kau sebenarnya, selama kau punya koin untuk membayar. Dan penjaga Kekaisaran jarang berpatroli di sana.""Karena mereka takut," tambah Chen, janggut peraknya bergoyang saat ia me
Di tengah lorong Sunny Row, di antara toko ramuan terlarang dan kios penjual jimat kutukan, berdiri sebuah toko dengan papan nama yang hampir tidak terlihat: "Crafty Chimera". Toko itu tampak lebih terawat dibandingkan toko-toko lain di sekitarnya, dengan jendela yang bersih meski ditutupi tirai tebal dan pintu kayu yang diukir dengan simbol-simbol perlindungan."Ini tempatnya," ucap Jasper. "Crafty Chimera menjual segala macam perlengkapan sihir, termasuk peta dan informasi. Pemiliknya dikenal tidak pernah bertanya terlalu banyak."Kiran mengangguk, dan mereka melangkah masuk ke dalam toko. Lonceng kecil berdenting saat pintu terbuka, mengumumkan kedatangan mereka.Interior Crafty Chimera jauh lebih luas dari yang terlihat dari luar, dengan rak-rak tinggi berisi buku-buku kuno, botol-botol ramuan berwarna-warni, kristal sihir berbagai ukuran, dan berbagai artefak yang berkilauan di bawah cahaya lentera.Udara di dalam toko terasa hangat dan berbau seperti perkamen tua, lilin, dan rem
Ruangan belakang toko Crafty Chimera terasa jauh lebih hangat dibandingkan ruang depan. Dinding-dindingnya dilapisi kayu gelap dengan ukiran-ukiran rumit, dan rak-rak berisi buku-buku kuno dan artefak langka berjajar rapi.Sebuah meja bundar dari kayu mahoni berdiri di tengah ruangan, dikelilingi oleh empat kursi berukir dengan bantalan beludru merah.Lila menggerakkan tangannya dalam pola rumit, dan simbol-simbol bercahaya muncul sejenak di dinding sebelum memudar. Udara di ruangan itu terasa bergetar pelan, lalu kembali tenang."Mantra kedap suara," jelas Lila, berbalik menghadap mereka. "Tidak ada yang bisa mendengar percakapan kita sekarang."Kiran, Jasper, dan Chen berdiri dalam diam, masih terkejut dengan pertemuan tak terduga ini. Lila menatap mereka dengan tatapan menilai, lalu mengisyaratkan mereka untuk duduk di kursi-kursi yang mengelilingi meja."Jadi," Lila memulai, suaranya tenang dan profesional, "kalian bisa mengungkapkan keinginan kalian sebenarnya sekarang. Aku akan
"Apa yang terjadi?" tanya Chen, menyadari ketegangan dalam suara Lila.Lila menatap sekeliling dengan waspada, seolah takut dinding pun bisa mendengar. "Kekaisaran semakin paranoid. Mereka tahu ada gerakan bawah tanah yang mendukung pemberontakan. Mata-mata ada di mana-mana, bahkan di tokoku.""Termasuk pelanggan-pelanggan di luar?" tanya Jasper, mengedikkan kepala ke arah pintu.Lila mengangguk. "Terutama pria bertudung di dekat konter. Dia adalah mata-mata Kekaisaran, berpura-pura sebagai pembeli biasa.""Bagaimana kau bisa bertahan?" tanya Kiran, kagum dengan keberanian temannya."Dengan berhati-hati," Lila tersenyum tipis. "Dan dengan menjual informasi ke kedua belah pihak. Kekaisaran mengira aku mata-mata mereka, sementara pemberontak mengira aku mendukung mereka.""Dan kenyataannya?" tanya Chen.Lila menatap mereka satu per satu, lalu berbisik, "Aku mendukung siapapun yang bisa menghentikan perang yang akan datang."Ia melipat peta itu dengan hati-hati dan menyerahkannya pada Ki
Malam di Kota Shanggu terasa mencekam saat kelompok Kiran bergegas keluar dari penginapan The Sleeping Dragon. Kristal-kristal di langit-langit gua masih redup, memberikan penerangan minim yang justru menguntungkan mereka.Pasar Gelap Alphaworks yang biasanya ramai kini lengang, hanya beberapa sosok mabuk dan pedagang malam yang masih berkeliaran."Kita harus bergerak cepat," bisik Kiran, menarik tudung jubahnya lebih rendah untuk menutupi wajah. "Jika Jasper benar-benar pergi ke Hutan Cemara, dia dalam bahaya besar."Emma mengangguk, wajahnya yang kini berambut hitam dengan mata hijau terlihat tegang. "Klan Stormhowl tidak akan bermurah hati pada anggota Klan Moonfire yang tersisa.""Terutama jika mereka tahu Jasper adalah keponakan Forester," tambah Chen, janggut peraknya bergetar saat ia berbicara.Mereka bergegas menuju kandang hewan di belakang penginapan.Gallileon, monster iblis berbentuk beruang besar dengan bulu hitam kemerahan, mendengus tidak sabar saat melihat Kiran. Di sa
Di tengah tanah lapang, Jasper berlutut di tanah, tubuhnya penuh luka dan darah.Pakaiannya robek di beberapa tempat, menampakkan luka bakar yang masih berasap. Wajahnya yang biasanya angkuh kini dipenuhi memar dan luka gores, namun matanya masih menyala dengan kebencian dan hasrat.Mengelilinginya dalam lingkaran besar, puluhan anggota Klan Stormhowl berdiri dengan wajah mengejek. Mereka bersorak dan bertepuk tangan setiap kali Jasper terkena serangan, seolah menikmati tontonan gladiator yang kejam.Di hadapan Jasper, dua sosok berdiri dengan angkuh. Yang pertama, pria tua bertubuh kekar dengan rambut dan janggut abu-abu, mata kuningnya berkilat kejam di bawah alis tebal.Di sampingnya, pria yang lebih muda namun tidak kalah mengintimidasi, dengan bekas luka panjang melintang di wajahnya dan tangan yang diselimuti api biru."Patriark Lothian dan Wakil Ketua Ranale," bisik Chen, mengenali kedua pemimpin Klan Stormhowl.Kiran mengangkat tangannya, memberi isyarat pada yang lain untuk t
"Kiran bisa diajak bicara," Chen bersikeras. "Dan jika kau benar-benar menyesal...""Tidak semudah itu, Chen," Lila memotong lembut. "Beberapa kesalahan tidak bisa dimaafkan begitu saja."Keheningan kembali menyelimuti kereta. Chen ingin membantah, ingin mengatakan bahwa pengampunan selalu mungkin, tapi ia tahu Lila benar. Pengkhianatan adalah luka yang sulit disembuhkan, bahkan oleh waktu.Setelah hampir satu jam perjalanan melalui hutan, kereta mulai melambat. Di kejauhan, siluet Tembok Sihir menjulang tinggi, berkilau kebiruan dalam kegelapan. Benteng raksasa itu membelah daratan seperti bekas luka pada kulit bumi, memisahkan Kekaisaran Qingchang dari Kerajaan Zolia."Kita hampir sampai," Lila berbisik, matanya waspada mengamati jalan di depan. "Pos penjagaan perbatasan ada di belokan berikutnya."Chen menelan ludah, jantungnya berdebar kencang. "Apa rencanamu?""Aku akan menggunakan otoritasku untuk melewati pos," jawab Lila."Jika ditanya, aku sedang dalam misi rahasia ke Zolia.
Roda kereta berderit pelan melawan jalanan berbatu Kota Begonia. Dua ekor kuda hitam melangkah dengan irama stabil, napas mereka mengepul dalam udara malam yang dingin.Cahaya bulan sabit nyaris tak mampu menembus awan kelabu yang menggantung rendah, menjadikan malam itu lebih gelap dari biasanya.Kereta itu bergerak perlahan, hampir tanpa suara selain detak sepatu kuda dan gemeretak roda kayu. Lambang Kekaisaran terukir di sisi kereta, berkilau samar dalam keremangan.Seorang kusir berjubah tebal duduk di depan, wajahnya tersembunyi di balik tudung yang ditarik rendah.Jalanan kota tampak kosong. Jam malam telah diberlakukan sejak matahari terbenam, memaksa penduduk mengunci diri di rumah-rumah mereka yang rapuh.Hanya sesekali terlihat bayangan prajurit patroli dengan obor di tangan, memeriksa sudut-sudut gelap dengan tatapan waspada.Kereta berbelok ke jalan utama yang mengarah ke gerbang kota. Di sana, sebuah pos penjagaan berdiri dengan obor-obor menyala terang. Enam prajurit ber
Lila!Si Pengkhianat yang menyebabkan penangkapannya. Pengkhianat yang memisahkannya dari teman-temannya. Pengkhianat yang bekerja sama dengan Kekaisaran untuk menjebak Kiran dan kelompoknya di perbatasan.Darah Chen mendidih.Tangannya terkepal erat hingga buku-buku jarinya memutih. Ia ingin berteriak, ingin melemparkan mantra paling mematikan yang ia tahu. Tapi ia menahan diri, menunggu dengan sabar seperti predator mengintai mangsanya.Lila berjalan melalui barisan pasien, sesekali berhenti untuk berbicara dengan para penyihir terluka. Wajahnya menunjukkan keprihatinan yang tampak tulus, tapi Chen tahu lebih baik. Ia telah melihat topeng itu sebelumnya, telah mempercayainya, dan telah membayar harganya yang mahal.Saat Lila mendekat ke arahnya, Chen berbalik dan berjalan cepat menuju ruang obat di belakang balai. Ia tidak bisa menghadapinya sekarang, tidak di depan semua orang. Ia membutuhkan waktu, tempat, dan kesempatan yang tepat.Kesempatan itu datang saat senja mulai turun.Ch
Mentari muncul dengan enggan di atas Kota Begonia, cahayanya yang pucat merayap perlahan melewati puing-puing bangunan yang rusak.Chen berdiri di ambang jendela sempit Balai Pengobatan Perbatasan Qingchang, mengamati kota kelahirannya yang kini hampir tak dikenali. Udara pagi terasa dingin dan lembab, membawa aroma obat-obatan, darah, dan keputusasaan yang telah menjadi teman setianya selama berminggu-minggu.Begonia dulu adalah permata kecil di tepi perbatasan, dengan pasar-pasar ramai dan taman bunga yang indah.Kini, separuh kota telah berubah menjadi lautan puing. Rumah-rumah penduduk biasa diperbaiki seadanya dengan kayu dan kain, menciptakan labirin jalan-jalan sempit yang suram. Atap-atap miring dan dinding retak menjadi pemandangan umum di distrik bawah, tempat rakyat biasa berjuang untuk bertahan hidup.Namun, di kejauhan, di balik tembok tinggi yang memisahkan distrik kumuh dari bagian kota lainnya, menara-menara megah dengan atap keemasan berdiri angkuh.Distrik bangsawan
"Serahkan dirimu," Rustam memerintah. "Hadapi pengadilan klan.""Kita semua tahu pengadilan itu hanya formalitas," Jasper menjawab. "Kalian sudah memutuskan hukumanku.""Kau membunuh putraku!" Rustam berteriak, kesedihannya berubah menjadi kemarahan murni. "Kau pantas mati!"Dengan geraman marah, Rustam berubah menjadi serigala besar dengan bulu keperakan. Ia melompat ke arah Jasper, diikuti oleh beberapa anggota klan lainnya.Jasper tidak punya pilihan. Dengan satu gerakan cepat, ia melepaskan kekuatan barunya.Api biru keemasan menyembur dari kedua tangannya, membentuk dinding api yang mengelilinginya. Para serigala berhenti mendadak, mundur dari panas yang membakar."Aku tidak ingin membunuh siapapun lagi," Jasper berteriak di atas suara api yang berderak."Biarkan aku pergi, dan aku tidak akan pernah kembali.""Tidak akan!" Faris mengangkat tongkatnya, menggumamkan mantra kuno. Angin kencang bertiup, berusaha memadamkan api Jasper.Jasper merasakan kekuatan Faris mendorong apinya,
Reyna - gadis itu mundur, menggelengkan kepalanya."Kau... kau membunuh mereka. Kau membunuh Zahir.""Aku tidak bermaksud," Jasper mencoba menjelaskan, suaranya penuh keputusasaan. "Kekuatan ini baru. Aku tidak bisa mengendalikannya.""Kau seorang penyihir," bisik Reyna, masih mundur. "Kau berbohong pada kami semua.""Reyna, kumohon," Jasper melangkah maju, tapi gadis itu berbalik dan berlari, menghilang di antara pepohonan.Jasper tahu ia tidak punya banyak waktu. Reyna akan kembali ke perkampungan dan memberitahu semuanya. Ia harus sampai ke rumah Saraya, mengambil barang-barangnya, dan pergi sebelum seluruh klan mengejarnya.Dengan kecepatan barunya, Jasper berlari melalui hutan, melewati pohon-pohon dan semak belukar dalam gerakan kabur. Ia sampai di tepi perkampungan dalam waktu singkat, berhati-hati menyelinap di antara rumah-rumah untuk menghindari perhatian.Rumah Saraya tampak tenang saat ia masuk. Wanita itu sedang menyiapkan makanan di dapur, dan menoleh dengan terkejut saa
Jasper mengendap di balik semak belukar tebal, mengamati cekungan di hadapannya. Zahir dan lima pemburu lain berkumpul di sana, masih dalam wujud serigala mereka.Mereka tampak lelah setelah semalaman berburu tanpa hasil. Beberapa telah kembali ke wujud manusia, termasuk dua teman Zahir yang membantu menjebaknya.Tanduk perak Wendigo tergenggam erat di tangan Jasper. Bukti kemenangannya, bukti bahwa ia berhasil bertahan hidup dari rencana keji mereka.Kemarahan menyala dalam dadanya, bersama dengan energi baru yang mengalir dalam pembuluh darahnya."Kita sudah mencari sepanjang malam," salah satu pemburu yang telah kembali ke wujud manusia berkata."Tidak ada tanda-tanda Wendigo."Zahir, masih dalam wujud serigala hitamnya, menggeram rendah. Ia berputar dalam lingkaran kecil, tampak gelisah dan frustrasi."Mungkin kita harus kembali," pemburu lain menyarankan. "Patriark akan kecewa, tapi selalu ada perburuan berikutnya."Zahir berubah kembali ke wujud manusianya dalam gerakan mulus. T
Jasper tidak berhenti.Ia terus mengalirkan energi ke dalam apinya, membuat tornado itu semakin besar dan panas. Wendigo berputar dalam kesakitan, mencoba memadamkan api, tapi sia-sia.Api keemasan Jasper terlalu kuat, terlalu lapar.Dalam hitungan menit, tubuh Wendigo mulai runtuh menjadi abu. Tanduk peraknya jatuh ke tanah dengan dentingan keras, diikuti oleh sesuatu yang berkilau merah dari dalam tubuhnya yang terbakar.Saat api padam, yang tersisa hanyalah tumpukan abu dan dua benda: tanduk perak yang menjadi target Perburuan Malam, dan sebuah kristal merah sebesar ibu jari yang berkilau seperti bara api.Jasper merangkak mendekati sisa-sisa Wendigo, mengabaikan rasa sakit di kakinya.Ia mengambil tanduk perak itu, merasakan beratnya yang tidak wajar untuk ukurannya. Tapi perhatiannya lebih tertarik pada kristal merah yang berdenyut seperti jantung."Monster core," bisiknya, mengenali benda itu dari pelajarannya di Institut Sihir Magentum. "Inti api."Inti monster adalah kristalis
Sepasang mata putih tanpa pupil menatap Jasper dari kegelapan terowongan.Cahaya dari bola api kecil di tangannya menyinari sosok tinggi kurus yang perlahan melangkah maju. Kulitnya pucat seperti tulang yang lama terkubur, dengan tekstur kasar bagai kulit pohon mati. Tanduk perak mencuat dari kepalanya, berkilau dingin di bawah cahaya api.Wendigo Perak. Makhluk legenda yang menjadi target Perburuan Malam."Jadi kau nyata," bisik Jasper, mundur hingga punggungnya menyentuh dinding lubang.Makhluk itu menggeram, suaranya seperti angin musim dingin yang menyapu tulang-tulang kering. Ia membuka mulutnya, menampakkan deretan gigi setajam jarum yang tersusun dalam tiga baris.Lengannya yang panjang dan kurus berakhir dengan cakar melengkung yang tampak mampu mengoyak baja.Jasper menggenggam belati Reyna erat-erat, meski tahu senjata sekecil itu tidak akan banyak membantu. Kakinya yang terluka berdenyut nyeri, mengingatkannya bahwa ia tidak dalam kondisi untuk bertarung, apalagi melarikan