Share

Kebangkitan Mantan Istri Miliarder yang Dikhianati
Kebangkitan Mantan Istri Miliarder yang Dikhianati
Penulis: Miss Queen Mikayla

Bab 1

last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-10 08:15:29

"Sayang, kamu benar-benar anugerah untuk keluarga ini." Suara lantang Margaret Lancaster, ibu mertua Elena, memenuhi ruangan. "Akhirnya Damian menemukan wanita yang bisa memberinya seorang pewaris."

Senyum di wajah Elena perlahan memudar saat mendengar suara dari dalam ruangan. Padahal, ia berniat memberikan kabar terbaik dalam hidupnya kepada Damian—suaminya selama sepuluh tahun.

Tangan Elena menggenggam erat amplop berisi hasil pemeriksaan dokter. Ia sedang mengandung anak keempatnya.

Elena terhenti di ambang pintu. Matanya membeku melihat pemandangan di depannya. Seorang wanita berambut pirang dengan tubuh sempurna duduk anggun di sofa. Dia begitu sempurna. Dialah Isabella Monroe.

Seorang model papan atas yang sering menghiasi majalah fashion. Dan sekarang, ia duduk percaya diri di rumah Elena, di tengah keluarganya.

"Ah, Tante, berlebihan sekali," Isabella tertawa kecil, suaranya lembut namun penuh kepuasan.

"Jangan panggil aku tante, sayang. Sekarang kamu adalah menantuku."

"Benar, panggil kami Mommy dan Daddy." Kali ini, suara berat datang dari Charles Lancaster, ayah mertua Elena. "Daddy sangat senang. Daddy akhirnya punya pewaris laki-laki!"

Dada Elena terasa sesak. Saat itu juga, Damian menoleh padanya. Seolah baru menyadari kehadirannya, ia berdiri dari kursinya dan memasukkan kedua tangan ke saku dengan santai.

"Kamu sudah pulang?" ucapnya santai, seakan tidak ada yang aneh dengan situasi itu.

Elena menatapnya tak percaya. Lalu ia mendekat. "Damian, apa maksud semua ini?"

Isabella berdiri perlahan, lalu berjalan mendekati Damian sebelum melingkarkan tangannya di tubuh pria itu. "Sayang, kamu belum bilang ke istrimu?" tanyanya manja.

Kepala Elena terasa berdenyut. Tangannya menggenggam amplop itu semakin kuat. "Damian, tolong katakan sesuatu."

Pria itu menghela napas, lalu tersenyum miring. "Elena, aku akan bicara terus terang. Aku dan Isabella sudah menjalin hubungan selama dua tahun. Dia memberiku sesuatu yang bahkan kamu tidak bisa berikan."

"Maksudmu apa?" bisik Elena, hatinya mulai merosot.

Damian menatap tajam padanya. "Isabella telah memberiku seorang putra. Ini foto putraku bersama Isabella, usianya baru dua bulan."

Sekejap, mata Elena membelalak kaget mendengar pengakuan suaminya.

"Kamu sudah memberiku tiga anak. Tapi semua anak yang kamu lahirkan selalu perempuan. Kamu tahu kan? Aku sangat menginginkan keturunan laki-laki."

Elena hanya bisa menggeleng tak percaya.

"Dan Olivia, Katty, serta Delya akan tetap menjadi milikmu. Mereka juga tidak akan mendapat sepeser pun harta. Elena, kamu tahu bagaimana tradisi keluarga ini, kan? Seorang pewaris laki-laki selalu lebih berharga."

"Apa yang Damian katakan itu benar," lanjut Lady Margaret. "Tiga putrimu itu tidak akan pernah mewarisi. Mereka tidak layak. Dan aku sangat bersyukur Isabella datang ke hidup Damian untuk memberinya seorang putra. Sepuluh tahun menikah, dan kamu hanya bisa memberinya tiga anak perempuan?"

Tangan Elena terkepal. "Jadi… hanya karena aku melahirkan anak perempuan, kamu pikir aku tidak berguna?"

Isabella terkekeh. "Elena, kamu memang pintar."

Damian menoleh ke Isabella, menatapnya penuh kelembutan—tatapan yang dulu selalu ia berikan kepada Elena. "Elena, ini adalah keputusan terbaik. Aku akan pastikan kamu dan ketiga putrimu hidup dengan nyaman. Aku bahkan mau memberimu rumah baru, jauh dari sini."

Rumah baru? Seperti membuang sampah yang tidak diinginkan?

Elena menatap pria yang dulu begitu ia cintai, pria yang pernah berjanji akan menemaninya dalam suka dan duka. "Lalu aku?" suaranya terdengar rapuh. "Apakah aku pernah berarti bagimu, Damian? Aku yang menemanimu selama sepuluh tahun ini. Aku yang membantumu sampai bisa setara dengan para bangsawan. Kamu membuangku hanya karena ini?"

Damian tidak menjawab. Itu saja sudah cukup bagi Elena.

Dengan tangan bergetar, ia perlahan membuka amplop yang digenggamnya, mengeluarkan selembar kertas dari dalam. Dengan suara tenang, ia berkata, "Hari ini aku berniat memberitahumu kalau aku sedang hamil."

Alis Damian terangkat. "Hamil?"

Elena menatapnya lurus, tanpa gentar. "Ya, aku hamil!"

Mata Margaret membesar. Charles mengernyit, seolah berita itu adalah kabar buruk. Isabella hanya tersenyum tipis, sama sekali tidak terlihat terkejut.

"Halah, paling-paling kamu akan melahirkan anak perempuan lagi!" ujar Lady Margaret.

Elena mengangkat dagunya, menatap ibu mertuanya.

Sejenak, ekspresi Damian berubah. Namun sebelum Elena bisa menangkapnya jelas, senyum sinis kembali muncul di wajah pria itu. "Dan kamu pikir kehamilanmu yang tidak penting itu akan mengubah keadaan?"

Elena terdiam. Air matanya hampir jatuh, namun ia menahannya.

Damian terkekeh, lalu menoleh ke Isabella seakan berbagi lelucon. "Kehamilanmu tidak akan pernah mengubah keputusanku, Elena. Isabella akan tetap menjadi Ny. Damian."

Isabella tersenyum mengejek ke arah Elena.

Elena menggenggam lembar kertas di tangannya erat-erat.

Margaret menyilangkan tangan. "Kami tidak mau membuang waktu. Lebih baik kamu gugurkan janin di perutmu itu!"

Darah Elena mendidih. "Bagaimana kalau anak ini laki-laki?"

Charles menyeringai. "Tidak mungkin! Anak itu pasti perempuan!"

Hati Elena terasa remuk berkeping-keping. Matanya mulai panas, tetapi ia menolak menunjukkan kelemahan di hadapan mereka.

Damian mendekat, menatapnya tanpa emosi. "Elena, anggap saja ini kesepakatan bisnis. Aku akan memberimu kompensasi yang layak. Kamu bisa pergi dengan tenang."

Air matanya hampir jatuh, tapi ia menahannya sekuat tenaga. Ia tidak akan membiarkan mereka melihat dirinya hancur.

Mengambil napas panjang, Elena menegakkan bahunya. Dengan tangan mantap, ia merobek lembar hasil tes kehamilannya.

Elena menatap Damian dengan tatapan tajam. "Kamu benar, Damian. Aku memang harus meninggalkan rumah ini. Aku tidak akan membiarkan anak-anakku tumbuh di keluarga yang menilai harga diri seseorang hanya dari jenis kelamin. Mari kita bercerai, Tuan Damian Lancaster."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Nova Ugara
mantap elena....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Kebangkitan Mantan Istri Miliarder yang Dikhianati    Bab 100

    106-107“Sekali lagi, Damian…” Nathan berdiri di depan pria yang bersandar di dinding, wajahnya penuh lebam. “Di mana Elena?”Damian mengusap darah di sudut bibirnya, lalu menatap kosong ke arah Nathan. “Aku sudah bilang… aku tidak tahu.”Nathan meraih kursi kayu dan melemparkannya ke sudut ruangan. “Jangan bohong!”Damian tetap diam. Napasnya berat, dadanya naik-turun, tapi matanya tetap menantang.Rendi berdiri di sudut ruangan, cemas. “Tuan Nathan, sebaiknya kita jangan—”“Minggir, Rendi!” Nathan berbalik, wajahnya merah. “Kalau dia tidak mau bicara, aku akan cari buktinya sendiri.”Nathan mengeluarkan ponselnya dan menekan nomor. “Iwan? Aktifkan tim IT sekarang juga. Aku ingin semua lokasi yang dikunjungi Damian Lancaster dalam dua hari terakhir. Termasuk mobil ibunya, Margaret.”Suara cepat terdengar di seberang. “Siap, Tuan Nathan. Kami mulai pelacakan sekarang.”Nathan menutup telepon, lalu kembali menatap Damian. “Kalau kau pikir aku akan menyerah begitu saja, kau salah besar.

  • Kebangkitan Mantan Istri Miliarder yang Dikhianati    Bab 99

    104-105“Aku akan bertanya sekali lagi, Damian…” Nathan menatap tajam sambil menunjuk layar iPad yang masih menyala. “Kenapa mobil ibumu ada di lokasi terakhir kali Elena terlihat?”Damian berdiri tegak, tapi tubuhnya mulai menegang. “Aku tidak tahu. Mungkin mobil itu hanya kebetulan lewat. Jangan terburu-buru menuduh aku atau ibuku, Nathan.”“Jangan mengelak, Damian!” bentak Nathan. “Itu mobil ibumu! Plat nomornya cocok. CCTV jelas terlihat!”Damian mengangkat tangannya. “Aku mengerti kamu panik, Nathan, tapi jangan membuat tuduhan. Aku sama sekali tidak tahu tentang hilangnya Elena.”Nathan mendekat, wajahnya sudah memerah karena emosi. “Aku sudah menggeledah seluruh tempat. Satu-satunya petunjuk yang kutemukan—itu mobil ibumu! Dan kamu masih bisa bilang tidak tahu apa-apa?”“Lalu kamu mau aku bilang apa? Aku benar-benar tidak tahu!” Damian tetap bersikeras. Bagaimanapun juga, pria itu tidak akan pernah mengaku.Nathan menarik napas dalam, tapi amarahnya tak lagi bisa ditahan. Tiba-

  • Kebangkitan Mantan Istri Miliarder yang Dikhianati    Bab 98

    102-103Langkah kaki bergema di sepanjang lorong gelap menuju ruang bawah tanah. Margareth, yang duduk dekat pintu, menoleh.“Lama sekali,” gumamnya kepada pria yang muncul dari balik bayangan.Damian Lancaster melangkah masuk tanpa suara. Setelan hitamnya tampak kontras dengan dinding batu yang dingin dan kotor. Matanya langsung tertuju pada Elena, yang masih terikat di kursi. Wajahnya lebam, tetapi tatapannya menyala penuh amarah.“Tinggalkan kami,” ucap Damian dingin kepada ibunya.Margareth mengangkat alis. “Kau mengusirku, Damian?”“Aku bilang, keluar,” ulangnya tanpa sedikit pun menoleh.Dengan dengusan pelan, Margareth berdiri dan berjalan keluar. “Baiklah. Hanya saja jangan terlalu kasar, Nak. Kita masih membutuhkannya.”Pintu berderit menutup di belakangnya, menyisakan Damian dan Elena berdua.Keheningan kembali turun.Damian perlahan melangkah mendekat, berhenti tepat di depannya. Ia berjongkok, memiringkan kepalanya, lalu mencengkeram dagu Elena dengan kasar.“Masih secant

  • Kebangkitan Mantan Istri Miliarder yang Dikhianati    Bab 97

    100-101Tidak terasa waktu telah berlalu. Setelah sekian lama, akhirnya Elena memutuskan untuk menikah lagi—kali ini dengan pria yang setia mendampinginya, Nathan Drake Sebastian.Hanya tersisa tiga hari lagi sebelum pesta resepsi besar itu digelar. Semua anggota keluarga, teman, dan rekan bisnis sudah mulai menerima undangan yang dikirim langsung oleh Elena dan Nathan. Desain undangan sederhana namun elegan, berwarna putih dan emas, dihiasi dengan pita satin kecil yang memberikan kesan mewah.Pagi itu, di ruang rias rumah besar mereka, Elena berdiri di depan cermin besar mengenakan gaun pengantin putih gading yang anggun. Gaun itu jatuh sempurna di tubuhnya—tanpa terlalu banyak payet, hanya aksen renda halus pada lengan dan dada. Rambutnya ditata setengah sanggul, sisanya dibiarkan terurai lembut. Wajahnya tampak tenang, tetapi senyum kecilnya menyiratkan kegugupan.“Oh Tuhan... kamu sangat cantik,” suara lembut Nyonya Sonia terdengar dari belakang. Wanita paruh baya itu menutup mulu

  • Kebangkitan Mantan Istri Miliarder yang Dikhianati    Bab 96

    99Langit sore mulai memerah ketika mobil hitam Damian melambat dan berhenti di depan kediaman keluarga Lancaster. Pintu depan sudah terbuka sebelum ia sempat mengetuk, seolah ibunya memang sudah menunggunya sejak tadi.“Kau juga pulang,” ujar Margareth dengan ekspresi sulit terbaca. Wajahnya tetap cantik dan terawat meski usia telah bertambah. Ia mengenakan gaun satin gelap dan kalung mutiara yang menambah aura aristokratiknya.Damian masuk tanpa banyak bicara, langsung melepas jasnya dan meletakkannya di sandaran sofa. “Hari yang panjang,” gumamnya sambil menuangkan segelas wine dari botol di atas meja.Margareth menatap tajam anak semata wayangnya, lalu duduk anggun di kursi berhadapan dengannya. “Jadi? Ada perkembangan? Sudah mulai mendekati Elena?”Damian memutar gelasnya perlahan. “Aku sudah mulai mendekatinya, sedikit demi sedikit. Tapi Elena bukan tipe wanita yang mudah dibujuk dengan kata-kata manis atau hadiah mahal.”“Lalu kau pikir dia tipe wanita yang bisa ditaklukkan ha

  • Kebangkitan Mantan Istri Miliarder yang Dikhianati    Bab 95

    98Langkah Elena cepat, suara hak tingginya terdengar tegas di sepanjang lorong marmer menuju lantai paling atas gedung milik Nathan, kantor pusat yang menjulang di tengah kota. Matanya tidak menoleh ke kiri maupun ke kanan. Resepsionis berusaha menghentikannya, tapi Elena sudah terlalu yakin dengan tujuannya.“Permisi, Nona Elena, Tuan Nathan sedang—”“Aku istrinya,” potong Elena tegas. “Dan aku tidak butuh janji untuk bicara dengan suamiku.”Pintu lift terbuka. Elena masuk tanpa ragu. Tangannya mengepal, napasnya terengah oleh emosi. Bukan marah, tapi takut. Takut kalau Nathan benar-benar percaya pada foto itu. Takut kalau Damian berhasil menanamkan keraguan dalam pernikahan mereka.Sesampainya di lantai atas, dia tidak menunggu asisten membukakan pintu. Elena mendorongnya sendiri. Dengan napas tercekik, ia langsung menerobos masuk ke ruang CEO.Nathan berdiri membelakangi jendela, kedua tangannya masuk ke dalam saku celana. Tegap. Diam. Tidak jelas apa yang ada di pikirannya. Namu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status