Share

Part 4

Aku menelan ludah dengan susah payah. "Ma ... Mas Aldi? Sama Pita?"

Mas Aldi selingkuh sama Pita?

Aku langsung melangkah menghampiri mereka berdua dengan wajah geram. "Jadi begini kelakuanmu di belakang, Mbak, Pit?!"

Pita dan mas Aldi langsung menoleh secara serempak dengan wajah kaget.

"Mbak Puspa kenapa ada di sini?" tanya Pita shock.

"Parah kamu, Pit. Mbak nggak habis pikir dengan kalakuan kamu selama ini."

Sevelyn dan mas Aldi menatapku dengan mulut menganga lebar. Begitu pula dengan karyawan yang lain.

"Kamu ini lagi hamil, Pit. Bisa-bisanya sih jalan bareng sama dia." Aku menunjuk mas Aldi dengan tatapan benci.

"Asal kamu tahu, ya, selingkuhan kamu ini b*j*ngan, aku kemarin lihat dia jalan sama perempuan lain." Tanganku mulai terkepal kuat. Ingin memberi pelajaran kepada Pita.

"Mbak Puspa, maaf." Mata Pita mulai berkaca-kaca. "Kami nggak selingkuh kok."

"Halah!" Aku hendak melayangkan pukulan ke arah Pita, tapi langsung dihentikan oleh mas Aldi.

"Hey gendut, bisa jaga sikap nggak di tempat umum?" Mas Aldi melotot.

"Ini urusanku dengan adikku." Aku menatapnya tidak kalah sengit. Walau ada sedikit rasa sakit, melihat mas Aldi lebih membela adikku daripada aku mantan istrinya sendiri. Ah, aku hanyalah istri yang tidak pernah dianggap.

"Aku yang mengajak Pita ke sini."

"Dan, aku berhak melarang Pita, karena ini adalah dosa."

Sevelyn buru-buru berlari keluar, memanggil kedua bodyguard Reno yang menunggu di depan. "Hey, hewan peliharaan kalian ngamuk-ngamuk."

Kedua bodyguard langsung masuk dan menarikku menjauh dari mas Aldi dan juga Pita.

Aku meronta-ronta, kedua bodyguard itu sedikit kualahan memegangi badanku yang besar. "Awas kamu Pit, Mbak bakalan ngasih pelajaran buat kamu!" ancamku murka.

Seluruh karyawan di sini hanya geleng-geleng kepala. "Kerja baru sehari udah bikin onar," cibir mereka.

Kenapa, sih, orang yang nggak cantik atau ganteng di dunia selalu salah? Walaupun mereka sedang menegakkan kebenaran?

Aku menangis terisak-isak saat dikunci di dalam toilet. Hancur sudah perasaan ini. Ketika satu-satunya orang yang aku miliki ternyata berkhianat di belakang.

Pita, kenapa kamu jahatin, Mbak?

Ah, tidak, bukannya mas Aldi dulu menerima perjodohan karena mengira akan menikah dengan Pita? Mungkin saja aku selama ini hanya menjadi penghalang kisah cinta mereka berdua.

Tapi masalahnya Pita sekarang sedang hamil, dan dia punya suami yang namanya Fano.

Atau jangan-jangan, anak yang dikandung Pita itu adalah hasil dari perselingkuhan Pita dan mas Aldi?

Miris sekali, ketika orang yang paling aku sayangi, berhubungan dengan orang yang paling aku benci.

"Aargghhh..." Aku membentur-benturkan kepalaku ke tembok.

***

Setelah kejadian itu, mas Aldi dan Pita langsung pulang. Entah mencari tempat lain yang lebih aman, atau pulang ke rumah masing-masing. Yang jelas aku benar-benar merasa kecewa dengan kelakuan Pita.

Kedua bodyguard Reno masih menjagaku di dapur. Membuat kentang goreng, roti bakar, dan juga mie telur untuk beberapa pelanggan. Kafe milik Reno luamayan ramai, ada yang mengerjakan tugas, bersantai, ngobrol, dan pacaran. Selain tempatnya nyaman, harganya juga terjangkau. Apalagi ada Ben si barista kopi yang bisa meracik berbagai macam kopi.

Karyawan lain sebenarnya kagum dengan kecepatanku melayani pelanggan, tapi mereka malu mengakuinya.

Aku sudah tidak peduli dengan perutku yang lapar, yang kulakukan hanya mengabdi kepada Reno. Agar dia puas dengan kinerjaku dan tidak merasa dirugikan menanggung biaya facialku setiap weekand. Aku pengen jadi cantik.

"Persediaan gulanya habis, tolong kamu beliin dong, Pus."

Satu hal lagi yang paling menyebalkan di dunia ini. Ketika orang yang tidak terlalu cantik dan ganteng, selalu dijadikan suruhan-suruhan oleh orang yang paras wajahnya lebih memikat.

Tak apa, demi janji Reno, aku akan melakukan segalanya. Aku pengen cantik.

Setelah diberi uang oleh Melin, penjaga kasir. Aku bergegas menuju mini market.

Tadinya mau pesen ojek onlien, tapi kedua bodyguard yang masih senantiasa menunggu di teras cafe langsung merebut ponselku.

"Anda tidak boleh naik kendaraan umum."

"Emangnya kenapa, sih?" Aku berkacak pinggang.

"Boros!"

"Heh, ini aku dapat uang dari toko, bukan dari bossmu!" bentakku kesal sambil melotot.

"Kami di sini ada untuk mengawasi gerak-gerikmu untuk selalu mentaati perintah tuan Reno."

"Bosmu itu sudah gila! Ngasih peraturan yang nggak jelas."

Akhirnya aku memutuskan jalan kaki menuju mini market. Padahal tubuh ini rasanya sudah seperti remuk. Kedua bodyguard itu masih senantiasa mengikuti.

Reno membayar mereka berapa, sih? Hanya untuk mengurusi orang tidak penting sepertiku?

Langkahku terhenti, ketika melewati toko material. Melihat seorang pria yang memanggul berkarung-karung semen ke dalam mobil pick up.

Fano, adik iparku yang menyebalkan itu. Walaupun menyebalkan ternyata dia adalah pria yang bertanggung jawab. Kasihan sekali jika dia tahu bahwa Pita diam-diam selingkuh di belakangnya.

Fano-Fano, andaikan mulutmu tidak pedas kepadaku. Pasti aku akan menyelamatkan rumah tanggamu.

***

Jam 12 malam aku pulang jalan kaki. Sungguh melelahkan sekali. Bersama dua bodyguard yang nggak jelas ini.

Aku terbelalak melihat Pita ada di dalam rumah Reno. Dia tampak terkejut melihat kehadiranku.

"Mbak Puspa?"

"Pita, kok kamu ada di sini?" Aku mengerjap-ngerjapkan mata.

"Aku kerja disini, Mbak, cuma pas mbak tinggal di rumahku, aku lagi cuti."

"Kamu kerja apa?"

"Nyuci-nyuci baju sama nyetrika. Kadang juga nginep di sini kalau kemaleman." Pita tampak gugup. Dia pasti takut karena aku pergoki jalan dengan mas Aldi siang tadi.

Aku hanya geleng-geleng kepala. "Mbak benar-benar nggak nyangka dengan kamu, Pit."

"Mbak Puspa sekarang tidur di kamar aku, ya?"

Aku menelan ludah dengan susah payah. Jadi, kamar yang aku tempati sekarang adalah kamarnya Pita.

Tapi kemarin malam kok ada k*nd*m bekas? Apa benar Pita selingkuh juga dengan Reno.

Di sana?

"PITAAAAAA!!!"

"KAMU KOK KAYAK GINI, SIH?!!" teriakku kencang.

Jam 12 malam.

Bersambung...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status