Share

Bab 2

Author: Darrel Gilvano
Setelah mengonfirmasi berulang kali, Jimmy baru yakin bahwa kepala divisi keamanan itu tidak sedang mempermainkannya. Namun, dia tidak mengerti. Mengapa Direktur meminta secara khusus untuk bertemu dengan satpam kecil sepertinya?

Bahkan jika Jimmy melakukan kesalahan, seharusnya Direktur tidak perlu menanganinya secara pribadi, bukan?

Lagi pula, konon Direktur menderita strok berat sejak beberapa tahun lalu. Tidak hanya mengalami kelumpuhan separuh tubuh yang serius, dia juga kesulitan berbicara. Bagaimana seseorang dengan kondisi itu punya waktu untuk mengurusi Jimmy?

Dengan kepala penuh pertanyaan, Jimmy segera meninggalkan acara kencan buta dan naik taksi ke Rumah Sakit Diloam.

Rumah Sakit Diloam ini adalah sebuah rumah sakit elite yang terletak di pinggiran selatan. Pemandangan di sekitarnya sangat indah. Biarpun disebut rumah sakit, fungsi tempat itu lebih mirip sanatorium.

Setengah jam kemudian, Jimmy akhirnya tiba di sana. Selesai membayar dan turun dari taksi, dia tertegun kaget. Sepertinya ... itu mobil Yasmin.

Jimmy baru saja melihat ketika mobil Yasmin melaju pergi dan masih ingat pelat nomornya. Ini adalah kebiasaan yang dibawanya dari pekerjaan. Sebagai satpam, dia mengawasi banyak mobil keluar dan masuk perusahaan setiap hari. Itu sebabnya dia cukup jeli terhadap pelat nomor kendaraan.

Tidak mungkin ada kebetulan seperti ini, bukan? Meski ragu, Jimmy mencoba mendekat. Tepat ketika dia tiba di sisi mobil, jendela perlahan diturunkan. Wajah Yasmin yang cantik dan dingin terlihat di dalam.

Ternyata benar-benar wanita itu! Hanya saja, sekarang Yasmin sudah berganti pakaian. Dia kini mengenakan pakaian kasual.

"Kenapa kamu mengikutiku? Apa aku belum katakan cukup jelas? Kita dari dunia yang berbeda, jadi jangan coba-coba menggangguku," ujar Yasmin. Tatapan dingin dan tajam yang dia arahkan pada Jimmy menyiratkan sedikit rasa jijik.

Sudut bibir Jimmy berkedut. Dia lalu membalas dengan ekspresi masam, "Aku datang untuk menemui direktur perusahaanku. Aku mana tahu kalau kamu juga di sini?"

Yasmin mendengus tidak percaya dan berkata, "Aku punya janji dengan seseorang di sini, nggak punya waktu untuk meladenimu. Kalau ingin minta bantuanku, kamu bisa sampaikan di telepon nanti!"

Bantuan? Siapa yang butuh? Ketika hendak bicara lagi, Jimmy tiba-tiba teringat sesuatu dan segera mengubah pertanyaannya, "Pertunangan apa yang sebenarnya kamu katakan? Apa kita saling kenal?"

"Sudah kubilang, saat ini aku lagi sibuk!" ujar Yasmin. Ekspresinya langsung berubah dingin. "Pulanglah dan tanyakan pada kakekmu."

Kakek? Jimmy mengangkat bahu, berucap sambil tersenyum pahit, "Kakekku sudah meninggal."

Eh? Kakeknya sudah meninggal? Yasmin terkejut dan segera bertanya, "Kapan?"

"Sekitar lima tahun lalu." Jimmy menghela napas dan melanjutkan, "Sebenarnya aku nggak ingat apa pun tentang kakekku. Beberapa tahun lalu aku jatuh ke laut dan mengalami amnesia. Aku nggak punya ingatan tentang apa yang terjadi dan orang-orang di masa laluku. Orang yang menyelamatkanku hanya berkata kalau kakekku terseret ombak waktu mencoba menyelamatkanku ...."

Jatuh ke laut dan amnesia? Yasmin menatap Jimmy dengan raut terkejut. Jadi, pria ini sama sekali tidak tahu tentang pertunangan mereka? Apa mungkin dia hanya berpura-pura menyedihkan untuk menarik simpatinya?

"Karena kamu amnesia, nggak perlu banyak tanya tentang pertunangan itu. Intinya, nggak peduli kamu amnesia atau nggak, pertunangan kita sudah berakhir!"

Yasmin mengibaskan tangannya dan melanjutkan dengan tidak sabar, "Sudah, itu saja. Cepat pergi, jangan ganggu aku lagi atau kamu akan tahu akibatnya!"

Seiring terlontarnya kata-kata Yasmin, jendela mobil perlahan bergerak naik. Jelas sekali, dia tidak ingin bicara lebih lama dengan Jimmy.

Sadar tidak bisa menang dari wanita itu, Jimmy hanya bisa mengumpatnya dalam hati sebelum melanjutkan langkah menuju rumah sakit.

Begitu Jimmy pergi, sebuah mobil lain menepi dan berhenti. Melihat mobil itu, Yasmin bergegas keluar. Dia segera menghampiri pria paruh baya yang baru turun dari mobil dan menyapa, "Salam, Raja Perang!"

Arya Sudirman alias Raja Perang Burung Vermilion. Berpenampilan gagah dan memiliki aura yang luar biasa. Yasmin tidak hanya menghormati pria ini, tetapi juga mengaguminya. Setiap praktisi bela diri mengagumi sosok yang lebih kuat. Dia pun tidak terkecuali.

Arya melambaikan tangannya dengan santai. Ketika hendak bicara, sudut matanya sekilas menangkap profil Jimmy. Sekujur tubuhnya seketika bergetar antusias.

Tujuh tahun lalu, saat dirinya berada di luar negeri, Arya disergap dan diserang oleh belasan pendekar asing hingga hampir kehilangan nyawanya. Pada momen kritis, seorang pendekar muda dari Nagarai tiba-tiba muncul. Dengan kekuatan yang luar biasa, dia membunuh belasan pendekar asing itu sebelum melenggang pergi dengan santai.

Selama bertahun-tahun, Arya selalu menyesal karena tidak sempat menjalin pertemanan dengan pendekar muda itu. Tak disangka, dia akan melihatnya lagi hari ini!

Merasa aneh dengan reaksi Arya yang tidak biasa, Yasmin langsung bertanya dengan raut cemas, "Raja Perang? Ada apa?"

Alih-alih menjawab, Arya buru-buru melangkah memasuki rumah sakit. Sayangnya, saat dia tiba di dalam, Jimmy sudah tidak terlihat.

Napas Arya memburu, matanya memindai sekeliling, mencari sosok Jimmy. Namun, rumah sakit itu memiliki banyak koridor, mustahil mengetahui ke mana dia pergi.

Saat Yasmin mengikutinya masuk, Arya buru-buru memerintahnya, "Segera isolasi rumah sakit!"

"Hah? Kenapa harus isolasi rumah sakit?" tanya Yasmin sambil menatap Arya dengan bingung.

Tubuh Arya bergetar penuh semangat saat berkata, "Barusan aku melihat seorang teman lama masuk. Aku belum menemukannya, tapi dia pasti masih di rumah sakit ini!"

"Teman lama? Maksud Raja Perang, yang barusan masuk itu?" tanya Yasmin sambil mengenyit.

"Tepat!" sahut Arya sambil mengangguk berulang kali.

Yasmin tiba-tiba tertawa dan berkata, "Dia hanya seorang satpam, mana mungkin dia adalah teman lama Raja Perang?"

"Sa ... satpam?" Arya tertegun, lalu bertanya, "Kamu yakin?"

Yasmin mengangguk tegas, lalu berdiri dengan lebih tegak dan menjawab, "Aku berani jamin dengan kepalaku sendiri!"

Terkejut, Arya lalu tersenyum getir dan berucap penuh sesal, "Kalau begitu, aku pasti salah lihat."

Arya tentu tidak meragukan perkataan Yasmin. Apalagi, wanita itu terdengar begitu yakin. Memang tidak masuk akal. Bagaimana mungkin pendekar dengan kekuatan semenakjubkan itu bisa bekerja sebagai satpam?

"Siapa teman lama ini? Kenapa Raja Perang sampai begitu bersemangat?" tanya Yasmin dengan raut ingin tahu. Dia telah melihat reaksi Arya tadi. Ini adalah pertama kalinya pria itu kehilangan ketenangannya.

"Teman lama hanyalah caraku menyebutnya." Arya menggeleng, meneruskan dengan nada merendah, "Setidaknya, dia pasti nggak menganggapku sebagai teman lama. Tepatnya, aku nggak pantas menjadi teman lamanya."

"Hah?" Yasmin terkejut, menatap Arya tidak percaya. Raja Perang Burung Vermilion Selatan bahkan tidak pantas untuk menjadi teman lama orang itu? Sehebat apa sebenarnya teman lama yang dibicarakannya?

"Ayo, kita ngobrol sambil jalan." Arya melambaikan tangannya, lalu menghela napas panjang dan berkata, "Kita jenguk Pak Fahri dulu ...."

Meski tidak menduduki jabatan tinggi, Fahri Irawan adalah pahlawan perang kelas khusus. Dia telah dianugerahi banyak sekali medali penghargaan.

Dari perang berdarah terdahulu hingga beberapa perang berikutnya setelah berdirinya negara, Fahri tidak pernah sekali pun absen. Tidak banyak veteran penuh jasa sepertinya di seluruh negeri. Hari ini, Arya dan Yasmin datang mewakili atasan mereka mengunjungi pahlawan tua yang sedang mengidap sakit parah itu.

Dalam perjalanan ke kamar pasien Fahri, Arya bercerita tentang pengalaman menegangkan di luar negeri bertahun-tahun lalu itu pada Yasmin.

"Apa dia sungguh sehebat itu?" tanya Yasmin dengan kaget. Dia tahu betul, mampu mengalahkan belasan pendekar asing saja sudah membuat seseorang dianggap pendekar tingkat tinggi. Namun, orang itu membunuh belasan pendekar? Kekuatannya pasti sangat mengerikan!

"Bukan hanya hebat," desah Arya. "Dia adalah pendekar terkuat yang pernah kutemui seumur hidupku. Apalagi, saat itu dia masih sangat muda, bahkan mungkin lebih muda darimu!"

Yasmin terkesiap kaget. Ya Tuhan! Pendekar itu lebih muda darinya, tetapi Raja Perang menilainya sebagai orang terkuat yang pernah ditemuinya? Monster macam apa itu?

Melihat reaksi Yasmin, Arya menasihatinya dengan serius, "Yasmin, aku tahu kamu sangat bangga dengan pencapaianmu. Tapi, dibandingkan dengan orang itu, kamu sama sekali nggak punya alasan untuk sombong. Berlatihlah dengan giat, jalanmu masih panjang. Prestasimu di masa depan pasti akan melampauiku!"

Yasmin mengangguk patuh, lalu bertanya penuh harap, "Siapa namanya? Kalau ada kesempatan, aku ingin berkenalan dengan pendekar itu dan meminta bimbingannya dalam seni bela diri."

Terhadap seorang pendekar dengan kekuatan seluar biasa itu, bagaimana Yasmin tidak merasa kagum?

"Aku nggak tahu." Arya menggeleng pelan sambil berkata penuh rasa sesal, "Dia hanya berkata dirinya juga orang Nagarai, lalu pergi tanpa berkata lebih banyak."

Begitu ya? Wajah Yasmin berubah muram dan diwarnai kekecewaan.

Saat mereka memasuki area sanatorium, Arya tiba-tiba berhenti melangkah. Dia menoleh menatap Yasmin dan bertanya, "Ngomong-ngomong, kudengar tadi kamu mendatangi tunanganmu dan membatalkan pertunangan secara pribadi?"

Yasmin mengangguk dan meringis malu.

"Boleh-boleh saja kalau kamu mau membatalkan pertunangan, tapi kenapa harus di depan umum?" Arya mendelik tajam ke arah Yasmin sambil melanjutkan, "Waktu aku tiba, kudengar hal ini sudah menyebar di internet. Segera hubungi departemen yang bisa membantu dan hapus semua informasi tentang masalah ini. Jangan sampai timbul dampak negatif karenanya."

"Siap, laksanakan!" sahut Yasmin, segera mengeluarkan ponselnya dengan patuh.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kebangkitan Pendekar Amnesia   Bab 50

    Setengah jam kemudian, Jimmy yang menaiki taksi sampai di Rumah Sakit Diloam. Kala ini, keluarga Andra dan Marcus sudah menunggu di depan pintu rumah sakit.Begitu Jimmy turun dari taksi, Zisel yang tidak puas mengeluh kepada Laura, "Suamimu ini benar-benar sombong, padahal dia itu cuma satpam! Masa kita semua harus menunggunya di sini?"Marcus menimpali sembari mengangguk, "Benar! Kak Jimmy, nanti kamu harus tegur menantumu. Dia nggak punya keahilan apa-apa, tapi suka sok hebat! Apa dia kira Jenderal Yasmin masih berutang budi padanya?"Mendengar ucapan Marcus dan Zisel, ekspresi Ervina menjadi muram. Dia memandang Jimmy dengan geram. Sebelum Ervina sempat marah-marah, Andra sudah memelototinya.Andra malas berdebat dengan mereka. Dia hanya memperingatkan, "Tutup mulut kalian! Aku tegaskan lagi, kita akan segera bertemu dengan Ayah. Mungkin Ayah malas gerak kalau aku memintanya pukul kalian. Tapi, kalau Jimmy yang suruh Ayah pukul kalian, aku rasa dia akan berjuang mati-matian untuk m

  • Kebangkitan Pendekar Amnesia   Bab 49

    Jimmy menolak tanpa ragu sedikit pun, "Aku nggak tertarik! Terserah kalau kamu mau menunggu, tapi berdiri di samping. Jangan halangi pintu dan jangan pengaruhi citra perusahaan kami!"Dua puluh juta? Jimmy bahkan menolak uang 2 miliar yang diberikan Laura, mana mungkin dia tertarik pada uang 20 juta yang diberikan Rafael?"Kamu ...," ucap Rafael. Dia tertegun sejenak, lalu berteriak dengan geram, "Jangan keterlaluan!"Jimmy memandang Rafael dengan ekspresi muram dan mengancam, "Jangan macam-macam! Kamu mau berdiri di samping atau kami pakai kekerasan?"Rafael menggertakkan giginya saking kesalnya, tetapi dia tidak berani membuat onar. Rafael hanya bisa menahan amarahnya seraya berjalan ke samping. Jika tidak boleh masuk, Rafael terpaksa menunggu Abizar di sini.Melihat Rafael tahu diri, Jimmy baru mengecas skuter listriknya. Kemudian, dia mulai menyusuri tembok perusahaan untuk melakukan pemeriksaan. Jimmy ingin memastikan tidak ada masalah keamanan di perusahaan.Saat sedang melakukan

  • Kebangkitan Pendekar Amnesia   Bab 48

    Sesudah kembali ke vila, Jimmy terus duduk di halaman. Jantungnya mulai berdegup kencang saat memikirkan momen dia membunuh orang tadi.Jimmy bukan takut, melainkan antusias. Bahkan dia makin antusias setiap memikirkannya, seakan-akan naluri membunuh yang sudah tidur sangat lama kembali dibangkitkan.Perlahan-lahan, Jimmy merasakan sebuah kekuatan tiba-tiba masuk ke dalam tubuhnya. Kekuatan yang muncul mendadak ini membuat tubuhnya yang disegel lima tahun sedikit tidak terbiasa. Jimmy ingin meluapkan kekuatan ini.Bam! Jimmy yang gusar memukul meja batu di depan dengan kuat.Bruk! Seiring dengan suara yang keras, meja batu langsung terbelah dua dan hancur. Jimmy segera mundur dan melihat telapak tangannya yang tidak terluka sedikit pun dengan ekspresi kaget.Apa ... kekuatan Jimmy memang tiba-tiba meningkat pesat? Apa dia langsung menjadi ahli bela diri dalam legenda?Syamsul dan Burhan menggeleng sambil tersenyum getir ketika melihat Jimmy melamun. Tidak disangka, pembunuhan biasa itu

  • Kebangkitan Pendekar Amnesia   Bab 47

    Melihat sosok Jimmy yang menghilang dari pandangannya, Sabrina merasa penasaran. Jelas-jelas Jimmy adalah orang hebat, kenapa dia berpura-pura lemah? Apa tujuan Jimmy berbuat seperti itu?Orang suruhan Sabrina sangat profesional. Mereka membawa mayat-mayat itu pergi dengan cepat, bahkan noda darah di lokasi kejadian juga dibersihkan dengan teliti.Setelah meninggalkan beberapa orang untuk membersihkan lokasi kejadian, Sabrina menyuruh orang lain mengantarnya ke rumah Argani.Argani mengernyit begitu mendengar laporan Sabrina. Dia merenung sejenak, lalu memandang Sabrina dan bertanya, "Siapa yang kamu curigai?"Sabrina mengerjap. Dia menghela napas dan bertanya balik, "Bukannya Pak Argani sudah tahu jawabannya?"Argani mendesah, lalu menyahut, "Sepertinya pemikiran kita sama. Kelihatannya mereka masih nggak percaya padaku."Sabrina mengangguk. Kemudian, dia bertanya seraya mengernyit, "Tapi, aku nggak paham. Apa tujuan mereka menangkapku?""Mungkin mereka ingin tahu detail kondisiku dar

  • Kebangkitan Pendekar Amnesia   Bab 46

    Apa Sabrina benar-benar orangnya Argani? Ternyata Argani yang menyuruh Sabrina untuk mencari Jimmy?Jimmy memandang Sabrina dengan ekspresi terkejut dan bertanya, "Untuk apa dia menyuruhmu mencariku?""Tunggu sebentar, aku telepon dulu," ucap Sabrina. Kemudian, dia mengeluarkan ponsel dan menelepon seseorang, "Bawa beberapa orang kemari ...."Sabrina segera menyuruh orang untuk membereskan kekacauan di sini. Semua mayat ini harus dibereskan.Melihat mayat dua pembunuh, Sabrina menggeleng dan tersenyum getir. Dia berujar, "Alangkah baiknya kalau tadi Pak Jimmy membiarkan salah satu dari mereka hidup ...."Tindakan Jimmy terlalu cepat. Sebelum Sabrina sempat memperingatkannya, Jimmy sudah menghabisi kedua pria itu.Mendengar ucapan Sabrina, ekspresi Jimmy menjadi muram. Dia membalas, "Nyawaku sendiri sudah terancam. Mana mungkin aku masih sempat mempertimbangkan untuk membiarkan mereka hidup?"Sabrina tidak bisa berkata-kata, tetapi dia mengkritik Jimmy di dalam hati. Kenapa Jimmy terus

  • Kebangkitan Pendekar Amnesia   Bab 45

    Wanita itu mengenal Jimmy? Dia ragu untuk menyelamatkan wanita itu. Belakangan ini kemampuan bertarung Jimmy memang makin kuat, tetapi bagaimana kalau dia tidak mampu melawan kedua pria itu? Takutnya Jimmy akan kehilangan nyawanya.Akhirnya, Jimmy membuat keputusan. Dia tidak ingin sok menjadi pahlawan. Lagi pula, Jimmy merasa suara wanita itu tidak familier. Seharusnya dia tidak mengenal wanita itu.Begitu memikirkan hal ini, Jimmy segera memutar balik dan hendak kabur dengan mengendarai skuter listriknya.Melihat Jimmy tidak ingin ikut campur, wanita itu langsung berteriak panik, "Aku ini orangnya Pak Argani!"Orangnya Argani? Jimmy langsung menghentikan skuternya. Jika dia tidak menyelamatkan wanita itu, bagaimana dia menjelaskan kepada Argani?Setelah ragu-ragu sesaat, Jimmy langsung menghentikan skuternya dan melompat turun dari skuter. Pada saat yang sama, kedua pria itu hendak menerjang Jimmy dengan niat membunuh yang intens.Salah satu pria berseru, "Kita harus bertindak cepat!

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status