Share

Bab 3

Author: Darrel Gilvano
Begitu Jimmy memasuki area timur sanatorium, Bisma langsung menariknya masuk.

"Kak Bisma, aku belum pernah ketemu Direktur sebelumnya. Ada apa dia mencariku?" tanya Jimmy dengan gelisah.

Meskipun Bisma Salim adalah kepala divisi keamanan, dia tidak sombong dan berhubungan baik dengan semua orang. Dia adalah salah satu dari sedikit teman yang dimiliki Jimmy.

"Aku mana tahu!" Bisma berucap dengan senyum kecut di wajah, "Aku hanya dengar Direktur melihatmu di televisi, lalu dia menunjuk-nunjukmu sambil meracau tanpa henti. Setelah Bu Laura berkata akan menyuruhmu datang, Direktur baru tenang ...."

Dirinya muncul di televisi? Jimmy tertegun sejenak, lalu segera mengerti. Sepertinya acara kencan buta tadi memang disiarkan langsung oleh reporter lokal Bataram.

Apa jangan-jangan ... Direktur pernah bertemu dengannya lima tahun lalu? Dengan hati bingung, Jimmy mengikuti Bisma ke kamar pasien sang Direktur, Yahya Sucipto.

Hampir semua anggota Keluarga Sucipto ada di sana, berdiri mengelilingi ranjang Yahya.

"Cepat ke sini!" desak Laura sebelum Jimmy sempat menyapa semua orang.

Laura adalah cucu sulung Yahya sekaligus manajer umum di Grup Sucipto saat ini. Di samping itu, dia adalah wanita yang terkenal dengan kecantikannya di Bataram. Bisa dibilang, Laura adalah dewi idaman semua karyawan lajang di Grup Sucipto.

Jimmy mendekat, menatap Yahya di ranjang rumah sakit dengan raut bingung. Saat ini, kepala ranjang telah disandarkan membentuk sudut empat puluh lima derajat.

Begitu melihat Jimmy, Yahya yang sedang berbaring mulai mengoceh tidak jelas. Wajahnya terlihat sangat bersemangat. Hanya saja, tidak ada yang mengerti apa yang dikatakannya.

Tiga tahun lalu, Yahya tidak sengaja terjatuh dari tangga. Akibatnya, dia menderita strok parah dan gangguan bicara. Jangankan Jimmy, bahkan anggota keluarganya pun gagal memahami racauannya.

Dengan hati tercekat, Jimmy berjalan mendekat. Dia bertanya pada Yahya apakah mereka pernah bertemu sebelumnya.

Yahya mengedipkan matanya dengan kuat, jelas mengenali Jimmy. Tujuh tahun lalu, dia dan beberapa pebisnis lainnya diculik di luar negeri. Dengan kekuatannya yang luar biasa, pria laksana dewa inilah yang membunuh para penculik itu tanpa belas kasihan.

Namun, Yahya tidak mengerti bagaimana sosok sehebat itu bisa menjadi satpam di perusahaannya.

Ternyata Yahya memang mengenalnya! Rasa gembira terbit di hati Jimmy. Dia lalu menunjuk dirinya sendiri dan menjelaskan, "Aku mengalami kecelakaan lima tahun lalu dan melupakan banyak hal ...."

Yahya terdiam, mencerna kata-kata Jimmy. Kemudian, dia mulai meracau tidak jelas lagi. Tangannya dia angkat dengan susah payah, menunjuk gemetar ke arah Laura.

Melihat ini, Laura buru-buru maju dan menggenggam tangan Yahya. Katanya, "Kakek, tenanglah, Kek ...."

Tanpa menunggu Laura selesai bicara, Yahya berusaha sekuat tenaga menarik tangan cucunya untuk disatukan dengan tangan Jimmy.

Ketika tangan mereka bersentuhan, Laura langsung menariknya kembali seolah tersengat listrik. Matanya menatap sang kakek tidak percaya.

Semua anggota Keluarga Sucipto juga melongo dengan wajah terkejut. Apa maksud Yahya masih kurang jelas? Dia jelas-jelas ingin Laura dan Jimmy bersama!

Jimmy juga dibuat tertegun. Untuk sesaat, otaknya seperti tidak bekerja.

"Apa Ayah sudah linglung?" sergah Ervina Kuncoro dengan marah. "Ada banyak sekali pria yang berbaris mengejar Laura dan Ayah malah menyuruhnya bersama seorang satpam?"

Laura menatap Yahya dengan perasaan malu sekaligus kesal. Dia pun menimpali, "Kakek, jangan asal jodoh-jodohkan. Aku dan dia sama sekali nggak cocok."

Mendengar protes Laura dan Ervina, Yahya mulai berseru-seru heboh lagi. Mata sipitnya dipenuhi amarah. Tidak peduli seberapa keras mereka mencoba, tidak ada yang bisa menenangkannya.

Melihat situasi ini, Marcus Sucipto terkekeh dan berkata pada keponakannya, "Laura, maksud kakekmu sudah sangat jelas, kamu turuti sajalah! Kalau emosinya naik dan terjadi sesuatu padanya, kamu akan menjadi pendosa di keluarga kita."

Mendengar ini, Ervina langsung membalasnya dengan galak, "Kenapa kamu nggak suruh Zisel saja yang menikah dengannya?"

Ervina tahu betul, Marcus selalu berharap Laura menikah dengan pria yang derajatnya lebih rendah. Dengan begitu, keluarganya akan memiliki kesempatan untuk merebut kekuasaan di perusahaan.

"Ini bukan ideku, tapi permintaan Ayah," ujar Marcus sambil menyeringai. Kemudian, dia menoleh pada kakaknya, Andra Sucipto. "Kak, kamu yang putuskan!"

Andra hening sejenak, lalu maju dan meraih tangan Yahya sambil berkata, "Ayah, gimana kalau kita biarkan Laura dan Jimmy saling mengenal dulu?"

Sambil bicara, Andra mengedipkan mata penuh arti ke arah putrinya dan Jimmy. Bagaimanapun, Yahya tidak bisa bergerak. Yang terpenting sekarang adalah menenangkan emosinya terlebih dahulu. Adapun hal lainnya, itu bisa diurus belakangan.

Yahya mengabaikan anjuran putranya dan masih tidak berhenti berteriak. Matanya memelotot, seolah hendak keluar dari rongganya.

"Apa Ayah ingin Laura dan Jimmy membuat akta nikah lebih dulu?" tanya Marcus, seakan bisa mengerti maksud ayahnya.

Yahya tiba-tiba terdiam. Memang itulah yang diinginkannya! Meski menderita strok, otaknya masih berfungsi normal. Dia tidak akan bisa dibodohi dengan mudah.

Di mata Yahya, pria sehebat Jimmy hanya bisa diikat dengan Keluarga Sucipto saat dia tengah amnesia. Jika ingatannya kembali, mungkinkah dia akan melirik cucunya?

Laura sekeluarga masih menyampaikan protes, tetapi Yahya teguh pada keputusannya. Dia terus histeris hingga orang-orang Keluarga Sucipto terpaksa meminta dokter memberinya obat penenang.

Andra baru bisa menghela napas lega saat Yahya sudah terlelap. Setelah duduk memikirkannya sejenak, dia menarik Jimmy keluar dan berkata, "Ayahku pasti mengenalmu. Kalau kamu nggak keberatan, pergilah daftar akta nikah dengan Laura."

Serius nih? Jimmy menatap Andra, tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Jika harus jujur, mengingat situasinya sekarang, bisa menikahi Laura akan seperti mendapat rezeki nomplok.

Yang paling penting, Yahya mengenal dirinya. Jimmy tidak berharap muluk-muluk akan menjadi pria kaya dan sukses melalui pengaruh Keluarga Sucipto. Namun, dia ingin mencari tahu lebih banyak perihal amnesia yang diidapnya.

Jika Jimmy menjadi suami Laura, kelak dia akan bebas mengunjungi Yahya secara terbuka. Meski Yahya tidak bisa menulis atau bicara, otaknya masih berfungsi normal. Jimmy bisa pelan-pelan menebak jati diri masa lalunya dan meminta pria tua itu memverifikasinya.

Usai menimbang sejenak, Jimmy mengangguk dan berkata, "Aku nggak keberatan, tapi gimana dengan Bu Laura ...."

"Oke. Biar aku yang bicara dengan Laura," sahut Andra. Dia lalu pergi membujuk putrinya.

Laura sempat berpikir untuk membuat akta palsu hanya untuk menenangkan kakeknya. Namun, dia tahu bahwa Marcus pasti akan mengawasinya dengan ketat. Rencana akta nikah palsu itu tidak akan pernah berhasil. Setelah dibujuk baik-baik oleh Andra, Laura akhirnya setuju dengan berat hati.

Tak lama kemudian, Jimmy dan Laura tiba di Kantor Catatan Sipil. Di era ini, lebih banyak pasangan yang bercerai daripada menikah. Dalam waktu kurang dari setengah jam, mereka sudah mendapatkan akta nikah.

Menatap dokumen di tangannya, Jimmy merasa sedikit linglung.

Begitu keluar dari Kantor Catatan Sipil, Laura mengingatkan Jimmy dengan serius, "Kita hanya suami istri di atas kertas. Sebaiknya kamu camkan itu dan jangan pikir yang aneh-aneh!"

Sejak awal pikiran Jimmy tidak melenceng ke mana pun, tetapi melihat sikap Laura, dia sontak menyeringai dan bertanya, "Kamu pernah dengar satu pepatah?"

"Pepatah apa?" tanya Laura sambil mengernyit.

"Cinta datang karena terbiasa," ujar Jimmy sambil tersenyum jahil.

Cinta datang karena terbiasa? Wajah cantik Laura berkedut kesal. Dia memaki Jimmy tidak tahu malu, lalu berjalan cepat ke mobilnya.

Tanpa menunggu Jimmy masuk ke mobil, Laura melajukan mobilnya pergi dengan kecepatan tinggi.

"Kita sama-sama orang dewasa, ngapain pura-pura polos! Cepat atau lambat aku akan tidur denganmu! Kita lihat sampai kapan kamu bisa bersikap angkuh!" seru Jimmy pada mobil yang melaju pergi. Setelah itu, dia bergegas kembali ke asrama perusahaan.

Demi mengikuti acara kencan buta, Jimmy telah menyesuaikan sif kerjanya sejak beberapa hari lalu. Hari ini dia akan bekerja di sif malam, jadi dia harus segera pulang dan tidur sebentar.

Mengingat sikap Laura tadi, Jimmy tidak berharap bisa menggantungkan hidupnya pada wanita itu. Dia tetap harus pergi bekerja, menafkahi diri sendiri agar tidak hidup di bawah tekanan orang lain.

Jimmy baru tidur kurang dari dua jam ketika mimpi buruk membangunkannya. Mimpinya dipenuhi dengan adegan brutal yang mengerikan.

"Belakangan ini aku nggak nonton film horor, kenapa aku terus memimpikan hal-hal aneh begini?" gumam Jimmy sambil memijat kepalanya.

Saat Jimmy hendak minum air untuk menenangkan diri, Laura menelepon. Begitu panggilan tersambung, wanita itu langsung berkata dengan suara dingin, "Ikut aku pergi malam ini. Sebentar lagi kujemput."

Sebelum Jimmy sempat bertanya apa pun, Laura sudah menutup telepon.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kebangkitan Pendekar Amnesia   Bab 50

    Setengah jam kemudian, Jimmy yang menaiki taksi sampai di Rumah Sakit Diloam. Kala ini, keluarga Andra dan Marcus sudah menunggu di depan pintu rumah sakit.Begitu Jimmy turun dari taksi, Zisel yang tidak puas mengeluh kepada Laura, "Suamimu ini benar-benar sombong, padahal dia itu cuma satpam! Masa kita semua harus menunggunya di sini?"Marcus menimpali sembari mengangguk, "Benar! Kak Jimmy, nanti kamu harus tegur menantumu. Dia nggak punya keahilan apa-apa, tapi suka sok hebat! Apa dia kira Jenderal Yasmin masih berutang budi padanya?"Mendengar ucapan Marcus dan Zisel, ekspresi Ervina menjadi muram. Dia memandang Jimmy dengan geram. Sebelum Ervina sempat marah-marah, Andra sudah memelototinya.Andra malas berdebat dengan mereka. Dia hanya memperingatkan, "Tutup mulut kalian! Aku tegaskan lagi, kita akan segera bertemu dengan Ayah. Mungkin Ayah malas gerak kalau aku memintanya pukul kalian. Tapi, kalau Jimmy yang suruh Ayah pukul kalian, aku rasa dia akan berjuang mati-matian untuk m

  • Kebangkitan Pendekar Amnesia   Bab 49

    Jimmy menolak tanpa ragu sedikit pun, "Aku nggak tertarik! Terserah kalau kamu mau menunggu, tapi berdiri di samping. Jangan halangi pintu dan jangan pengaruhi citra perusahaan kami!"Dua puluh juta? Jimmy bahkan menolak uang 2 miliar yang diberikan Laura, mana mungkin dia tertarik pada uang 20 juta yang diberikan Rafael?"Kamu ...," ucap Rafael. Dia tertegun sejenak, lalu berteriak dengan geram, "Jangan keterlaluan!"Jimmy memandang Rafael dengan ekspresi muram dan mengancam, "Jangan macam-macam! Kamu mau berdiri di samping atau kami pakai kekerasan?"Rafael menggertakkan giginya saking kesalnya, tetapi dia tidak berani membuat onar. Rafael hanya bisa menahan amarahnya seraya berjalan ke samping. Jika tidak boleh masuk, Rafael terpaksa menunggu Abizar di sini.Melihat Rafael tahu diri, Jimmy baru mengecas skuter listriknya. Kemudian, dia mulai menyusuri tembok perusahaan untuk melakukan pemeriksaan. Jimmy ingin memastikan tidak ada masalah keamanan di perusahaan.Saat sedang melakukan

  • Kebangkitan Pendekar Amnesia   Bab 48

    Sesudah kembali ke vila, Jimmy terus duduk di halaman. Jantungnya mulai berdegup kencang saat memikirkan momen dia membunuh orang tadi.Jimmy bukan takut, melainkan antusias. Bahkan dia makin antusias setiap memikirkannya, seakan-akan naluri membunuh yang sudah tidur sangat lama kembali dibangkitkan.Perlahan-lahan, Jimmy merasakan sebuah kekuatan tiba-tiba masuk ke dalam tubuhnya. Kekuatan yang muncul mendadak ini membuat tubuhnya yang disegel lima tahun sedikit tidak terbiasa. Jimmy ingin meluapkan kekuatan ini.Bam! Jimmy yang gusar memukul meja batu di depan dengan kuat.Bruk! Seiring dengan suara yang keras, meja batu langsung terbelah dua dan hancur. Jimmy segera mundur dan melihat telapak tangannya yang tidak terluka sedikit pun dengan ekspresi kaget.Apa ... kekuatan Jimmy memang tiba-tiba meningkat pesat? Apa dia langsung menjadi ahli bela diri dalam legenda?Syamsul dan Burhan menggeleng sambil tersenyum getir ketika melihat Jimmy melamun. Tidak disangka, pembunuhan biasa itu

  • Kebangkitan Pendekar Amnesia   Bab 47

    Melihat sosok Jimmy yang menghilang dari pandangannya, Sabrina merasa penasaran. Jelas-jelas Jimmy adalah orang hebat, kenapa dia berpura-pura lemah? Apa tujuan Jimmy berbuat seperti itu?Orang suruhan Sabrina sangat profesional. Mereka membawa mayat-mayat itu pergi dengan cepat, bahkan noda darah di lokasi kejadian juga dibersihkan dengan teliti.Setelah meninggalkan beberapa orang untuk membersihkan lokasi kejadian, Sabrina menyuruh orang lain mengantarnya ke rumah Argani.Argani mengernyit begitu mendengar laporan Sabrina. Dia merenung sejenak, lalu memandang Sabrina dan bertanya, "Siapa yang kamu curigai?"Sabrina mengerjap. Dia menghela napas dan bertanya balik, "Bukannya Pak Argani sudah tahu jawabannya?"Argani mendesah, lalu menyahut, "Sepertinya pemikiran kita sama. Kelihatannya mereka masih nggak percaya padaku."Sabrina mengangguk. Kemudian, dia bertanya seraya mengernyit, "Tapi, aku nggak paham. Apa tujuan mereka menangkapku?""Mungkin mereka ingin tahu detail kondisiku dar

  • Kebangkitan Pendekar Amnesia   Bab 46

    Apa Sabrina benar-benar orangnya Argani? Ternyata Argani yang menyuruh Sabrina untuk mencari Jimmy?Jimmy memandang Sabrina dengan ekspresi terkejut dan bertanya, "Untuk apa dia menyuruhmu mencariku?""Tunggu sebentar, aku telepon dulu," ucap Sabrina. Kemudian, dia mengeluarkan ponsel dan menelepon seseorang, "Bawa beberapa orang kemari ...."Sabrina segera menyuruh orang untuk membereskan kekacauan di sini. Semua mayat ini harus dibereskan.Melihat mayat dua pembunuh, Sabrina menggeleng dan tersenyum getir. Dia berujar, "Alangkah baiknya kalau tadi Pak Jimmy membiarkan salah satu dari mereka hidup ...."Tindakan Jimmy terlalu cepat. Sebelum Sabrina sempat memperingatkannya, Jimmy sudah menghabisi kedua pria itu.Mendengar ucapan Sabrina, ekspresi Jimmy menjadi muram. Dia membalas, "Nyawaku sendiri sudah terancam. Mana mungkin aku masih sempat mempertimbangkan untuk membiarkan mereka hidup?"Sabrina tidak bisa berkata-kata, tetapi dia mengkritik Jimmy di dalam hati. Kenapa Jimmy terus

  • Kebangkitan Pendekar Amnesia   Bab 45

    Wanita itu mengenal Jimmy? Dia ragu untuk menyelamatkan wanita itu. Belakangan ini kemampuan bertarung Jimmy memang makin kuat, tetapi bagaimana kalau dia tidak mampu melawan kedua pria itu? Takutnya Jimmy akan kehilangan nyawanya.Akhirnya, Jimmy membuat keputusan. Dia tidak ingin sok menjadi pahlawan. Lagi pula, Jimmy merasa suara wanita itu tidak familier. Seharusnya dia tidak mengenal wanita itu.Begitu memikirkan hal ini, Jimmy segera memutar balik dan hendak kabur dengan mengendarai skuter listriknya.Melihat Jimmy tidak ingin ikut campur, wanita itu langsung berteriak panik, "Aku ini orangnya Pak Argani!"Orangnya Argani? Jimmy langsung menghentikan skuternya. Jika dia tidak menyelamatkan wanita itu, bagaimana dia menjelaskan kepada Argani?Setelah ragu-ragu sesaat, Jimmy langsung menghentikan skuternya dan melompat turun dari skuter. Pada saat yang sama, kedua pria itu hendak menerjang Jimmy dengan niat membunuh yang intens.Salah satu pria berseru, "Kita harus bertindak cepat!

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status