Share

Kebangkitan Ratu Irene: Pembalasan Dendam Istri Tertindas
Kebangkitan Ratu Irene: Pembalasan Dendam Istri Tertindas
Auteur: Xyraazyn

Bab 1

Auteur: Xyraazyn
last update Dernière mise à jour: 2025-10-06 00:24:39

“Brengsek kau Erald!”

Pria yang dituju berdecih melihat tatapan tajam penuh dendam yang menyambut kedatangannya di penjara bawah tanah itu.

“Sudah ku berikan dua pilihan bukan? Antara kematian terhormat atau dengan kehilangan kehormatanmu. Dan kau tetap bertahan pada pilihan kedua.” kata Erald dingin.

“Terhormat? Aku lebih memilih mati di hadapan semua orang dari pada harus mengaku sebagai pembunuh para bayi!” Irene Filonwy Ester menjerit. Mata Irene masih menyala tajam dalam kegelapan penjara, tubuh lemah dan penuh lukanya tidak bisa menutupi amarah yang sudah tak terbendung.

Dengan raut wajah datar, Erald berjongkok, mengapit erat kedua pipi tirus sang istri dengan satu tangannya. Irene semakin memberontak sekuat tenaga, walaupun usahanya terlihat sia sia.

“Yah, memang seperti inilah keluarga Ester. Tak heran kau dan keluargamu hancur di bawah kaki kami.”

Tatapan Irene semakin menajam. Dengan bermodalkan sebuah perhiasan usang di genggaman, ia meludahi tangan yang mengapit pipinya, kemudian menusukkan perhiasan itu ke paha Erald dengan menumpahkan seluruh kekuatan dan kemarahannya.

“Argh!!”

Pekikan Erald memenuhi tempat temaram itu, membuat para penjaga segera berlari dan menjauhkan mantan Ratu mereka yang sedang kesetanan. “Yang Mulia!”

Nafas Irene memburu melihat cairan merah yang terus mengalir dari luka goresan panjang ciptaannya, ia belum puas.

“Setidaknya kami tidak pernah menjadi anjing bagi keluarga pembunuh, pengkhianat, dan pengecut seperti kalian!”

Erald terkekeh pelan, kemudian menendang penjaga yang sedang membalut luka di pahanya.

“Ternyata Alicia kemarin sudah memberitahukan semuanya kepadamu. Baguslah.” Ucap Erald. Ia berjalan mendekati Irene yang sedang dipegangi oleh tiga orang penjaga.

Irene membenci ketika ia mendengar nama itu. Alicia. Itu adalah selir Erald.

Dengan santai, pria itu mengelus leher Irene, tepatnya pada goresan luka panjang yang mulai mengering. Kemudian menekannya hingga luka itu kembali mengeluarkan darah.

“Aku tau niatmu, kau ingin membuatku kehilangan kaki seperti Sion, adik bodohmu itu bukan…? Ah, sepertinya kau bahkan belum tau nasib adikmu sekarang.”

Mata Irene membulat, tubuhnya memberontak hebat, “Apa yang kau lakukan dengan Sion, sialan!”

“Kau menyebutku sebagai pengkhianat, dan aku benar menjadi pengkhianat dengan melupakan perjanjian kita.” Tangan Erald mulai mencekik leher Irene, dengan senyuman mengerikan.

“Adikmu yang bodoh dan gila itu telah mati dua bulan yang lalu. Aku membunuhnya karna dia mengamuk saat tau kau ditangkap.” lanjut Earld santai.

Gerakan memberontak Irene terhenti seketika, cekikan dari Erald tak dihiraukannya. Sang adik, satu satunya keluarga yang masih ia perjuangkan telah tiada dua bulan yang lalu tanpa dia ketahui.

Setetes air mata mengalir dari netra hazel itu. Tangan Erald yang bertengger semakin mengeratkan membuatnya terbatuk batuk dan hampir kehilangan kesadaran.

Bruk!

Tubuh ringkih Irene terlempar, nafasnya tidak beraturan dengan pandangan mata kosong. Ini benar benar melewati batas kemarahannya, hingga membuat ia seperti kehilangan seluruh jiwanya.

“Seret dia ke balai kota! Semua orang sudah menunggu kepala mantan Ratu kita.” Titah Erald sebelum keluar dari tempat itu.

Irene hanya bisa pasrah saat tubuhnya diseret kasar, dengan borgol rantai yang masih mengikat tangan dan satu kakinya. Kini ia dibawa menuju balai kota, tempat eksekusi para pengkhianat kerajaan dan penjahat kelas berat.

Sorak sorakan para rakyat mulai terdengar saat mereka keluar dari penjara, umpatan dan sumpah serapah ditujukan untuk mantan Ratu mereka. Suara teriakan semakin terdengar keras ketika gerbang istana terbuka. Tak hanya itu, beberapa orang juga melempari Irene dengan sampah dan air kotor.

“Dasar wanita pembunuh!”

“Hukuman kematian terlalu mudah bagimu!!”

“Kau bahkan tidak bisa disebut sebagai wanita!”

“Bagaimana dia bisa menjabat sebagai Ratu selama ini dengan sikap seperti itu!!”

“Pantas saja dia tidak bisa menjadi ibu selama ini.”

“Membusuklah kau di neraka!!”

Irene berjalan tertatih dengan seretan kasar dari para pengawal kerajaan. Tubuhnya ringkih serta penuh luka dengan pakaian kotor nan lusuh, kini semakin kotor dengan segala lemparan sampah dari rakyat yang selama ini ia perjuangkan kemakmurannya.

Tuduhan yang menimpa dirinya bukanlah kasus ringan, Erald dan keluarga kerajaan yang lain telah menjebaknya agar menjadi pelaku pembunuhan para bayi yang merajalela selama beberapa bulan belakangan.

Puncaknya saat bayi dari Erald dan selirnya, Alicia, turut menjadi korban dalam kasus tersebut. Bayi yang telah ditunggu kehadirannya selama bertahun tahun itu pun menjadi titik ledakan dari kemarahan rakyat.

Kematian tragis sang bayi membuat tuduhan terhadap Irene semakin meyakinkan di mata publik. Ia dijadikan kambing hitam sempurna, mantan Ratu yang kini dituding sebagai dalang pembunuhan para bayi bangsawan dan rakyat biasa.

Semua rekayasa itu dilakukan dengan rapi oleh Erald bersama Alicia, selir tercintanya yang manis di luar namun penuh racun di dalam.

Langkah-langkah Irene semakin berat. Di tengah sorakan yang memekakkan telinga dan aroma busuk dari sisa makanan busuk yang dilemparkan padanya, ia mendongakkan kepala.

Wajahnya penuh luka dan kotoran, namun sorot matanya masih menyimpan sisa-sisa nyala. Bukan rasa takut. Tapi luka yang dalam. Pengkhianatan, kehilangan dan juga dendam yang membara.

Mereka tiba di balai kota, di sana sudah terdapat Erald, Alicia, dan keluarga kerajaan yang lain. Tatapan mereka seolah mengejek titik akhir penghapusan keluarga Ester, keluarga yang memiliki kekuasaan hampir sama dengan keluarga kerajaan bertahun tahun yang lalu.

"Irene Filonwy Ester." Suara tegas sang juru bicara kerajaan membuat para rakyat diam. Hanya suara tangisan palsu Alicia yang masih terdengar dalam kesunyian itu.

“Kau telah dinyatakan bersalah atas kasus pembunuhan puluhan bayi selama beberapa bulan terakhir, pembunuhan terhadap putra mahkota, serta penyalahgunaan kekuasaan sebagai Ratu selama menjabat.”

Napas Irene terengah mendengarnya.

“Dengan ini kerajaan memberikan hukuman penggal, pencabutan gelar serta penghapusan keluarga Ester secara tidak terhormat dalam sejarah kerajaan Eldoria.” lanjut sang juru bicara.

Rakyat bersorak gembira, seolah keluarga Ester tak pernah berjasa pada mereka.

Di tengah semua suara, Irene mengangkat wajahnya, lalu menatap lurus ke arah Erald dan Alicia. Matanya tidak lagi berkaca kaca, tidak pula gemetar. Sebaliknya, ada keteguhan yang menyeruak dari balik luka lukanya.

“Aku akan mati hari ini, Erald,” ucapnya pelan namun cukup jelas hingga terdengar oleh banyak orang.

“Tapi aku bersumpah akan membuat kalian merasakan seluruh penderitaan keluarga Ester di tujuh kehidupan sekalipun!”

Erald tampak terdiam sesaat, kemudian bibirnya menyunggingkan senyum tipis, “Lakukan sekarang, kita selesaikan ini secepatnya.”

Dengan sorot mata tegas, Irene mengikuti tarikan para pengawal untuk menempatkan diri.

Ia siap mati, tentu dengan membawa semua dendam dan amarahnya.

Tepat satu detik sebelum pedang menggores lehernya, pandangan Irene menggelap. Tubuhnya seolah terlempar dalam kegelapan tak berujung selama waktu yang cukup lama.

Setelah seluruh kegelapan itu, muncul secercah cahaya menyilaukan yang semakin lama semakin membesar, dan menghantam kepalanya. Sesak mulai memenuhi rongga dadanya.

Irene meringis saat merasakan beban puluhan ton seolah menyerang kepalanya. Pandangannya yang gelap perlahan memburam dan menjadi jelas dalam beberapa waktu. Bersamaan dengan rasa sakitnya yang perlahan menghilang.

Perasaan bingung menyergap dirinya saat terbangun tersengal sengal di sebuah kamar asing yang entah mengapa terasa sangat familiar. Nafasnya mulai teratur, Ia kemudian mengangkat dan menggerakkan tangannya yang terlihat lebih kecil daripada sebelumnya.

“Apa yang terjadi…?”

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • Kebangkitan Ratu Irene: Pembalasan Dendam Istri Tertindas   Bab 9

    Alicia tersenyum kaku dan tergesa-gesa mengalihkan topik.“Lupakan saja, Lady Irene. Aku penasaran… bagaimana perasaanmu setelah berdansa dengan Pangeran? Pasti hatimu berbunga-bunga.”Irene tersenyum tipis. Cara Alicia mengalihkan pembicaraan masih sama seperti dulu.“Susunan acaranya berubah, Lady. Acara dansa dimulai setelah Pangeran kembali ke istana untuk perawatan.”Alicia terperanjat, memasang wajah sedih.“Sangat disayangkan. Padahal Nona Irene dan Pangeran Erald cocok sekali.”“Tidak juga. Saya rasa Pangeran lebih cocok dengan Anda.”Pipi Adele langsung memerah.“Apa maksudmu, Lady? Aku tidak pantas.”Tentu saja, perempuan ular itu sangat tidak cocok menjadi seorang putri mahkota. Namun jika pasangannya adalah orang sebrengsek Elard maka akan sangat sempurna.“Jangan begitu Nona Alicia. Dengan kecantikan dan kerendahan hati seperti ini, anda menjadi kandidat paling sempurna untuk menjadi Ratu Eldoria di masa depan.” Ucap Irene membuat Alicia semakin salah tingkah. Senyuman ga

  • Kebangkitan Ratu Irene: Pembalasan Dendam Istri Tertindas   Bab 8

    Irene sedikit melunakkan raut wajahnya, setelah mengingat sosok Duke Inggrid. “Seharusnya aku bisa mengenali mu sejak awal,” ucapnya pelan. “Aku tidak meminta untuk dikenal,” balas Duke Inggrid tenang. Langkah mereka terus bergerak mengikuti irama waltz. “Tapi kau cukup membuat keributan hari ini.” Irene mengerutkan kening. “Keributan? Aku hanya melakukan apa yang harus kulakukan.” Duke Inggrid menatapnya singkat, seolah menilai kebenaran ucapannya. “Tetap saja, tindakanmu terlalu berani untuk ukuran seorang gadis.” “Aku bukan seukuran gadis biasa” balas datar Irene dengan menetralkan raut wajahnya. Mereka berputar perlahan, melewati pasangan-pasangan lain yang sedang berdansa. “Malam ini, kau menarik perhatian lebih dari yang kau sadari.” Irene menatap datar sekilas, “Aku tidak berniat menarik perhatian siapa pun,” “Ya, aku tahu.” Inggrid mengangguk kecil. Musik memasuki bagian akhir. Keduanya mulai memperlambat langkah, tanpa ada lagi obrolan diantara mereka. Saat musik

  • Kebangkitan Ratu Irene: Pembalasan Dendam Istri Tertindas   Bab 7

    “Sial!” Irene segera lari dan bersembunyi saat teriakan Erald terdengar nyaring. Langkahnya tergesa-gesa, memastikan tidak ada yang melihatnya. Anak panahnya memang mengenai kaki pria itu, namun lagi lagi ia merasa tidak puas karena targetnya sedikit meleset. Ia berdecak kesal. Kaki Irene terus berlari kencang, menaiki tangga gudang usang mansion dan memasuki sebuah ruangan kotor tidak terpakai. “Nona!” “Ssst, diamlah Marie. Ada seorang yang akan melewati tempat ini.” Bisik Irene membungkam Marie yang terlihat ketakutan. Tak lama, suara langkah kaki terdengar melewati ruangan mereka, membuat keduanya merasa lega. “Berikan gaunku, akan mencurigakan jika kita tidak segera kembali!” Marie segera memberikan gaun sang majikan dengan tangan masih bergetar, ketakutan benar benar menguasai dirinya. “A-apa yang Nona lakukan s-sebenarnya…?” Irene tersenyum, “Ceritanya sangat panjang jika diceritakan sekarang. Tapi percayalah, aku tidak akan melakukan sesuatu berbahaya tanpa alasan yan

  • Kebangkitan Ratu Irene: Pembalasan Dendam Istri Tertindas   Bab 6

    Beruntung, Irene memiliki pengendalian diri yang luar biasa. Dia bisa tersenyum santai, walaupun keinginannya untuk membunuh anggota keluarga kerajaan saat ini tengah berkobar. “Berterima kasihlah kepada Elard, dia memintaku langsung untuk ikut hadir malam ini.” Nama yang disebut tersenyum kecil, Irene pun tak punya pilihan lain selain sedikit menundukkan kepalanya kepada Elard. “Terakhir kali aku melihatmu tiga tahun yang lalu, dan sekarang kau terlihat semakin cantik juga anggun. Pantas saja Erald sering menceritakanmu.” puji Ratu Charlotte. “Terimakasih atas pujiannya Yang Mulia.” Irene tersenyum, namun hatinya terus memaki kedua orang didepannya. Perkataan Ratu Charlotte mungkin sangatlah manis saat ini, tapi jangan salah, dongeng kekejaman ibu mertua ini telah dirasakannya selama bertahun-tahun dulu. “Maafkan kedatangannya kami yang cukup terlambat ya, ada sedikit masalah dengan kereta sebelum kami berangkat.” Suara berat Erald yang terdengar lembut, sukses membuat Irene me

  • Kebangkitan Ratu Irene: Pembalasan Dendam Istri Tertindas   Bab 5

    Ballroom mansion Ester sudah terlihat cukup ramai malam ini, ruangan luas yang telah dihias sedemikian rupa dengan berbagai ornamen mewah itu telah dipenuhi oleh para bangsawan yang menantikan sosok putri satu satunya milik Ester. Mereka semua tentu tak ingin melewatkan kesempatan emas ini. Selain sebagai perkenalan anak perempuan yang sudah memasuki usia dewasa, Debutante juga menjadi tempat bagi para bangsawan untuk memperkuat koneksi dengan bangsawan lain. Apalagi keluarga Ester memiliki kekuasaan hampir setara dengan kerajaan, yang mana tentu saja tamu tamu undangan mereka bukan hanya bangsawan biasa. “Aku kehilangan kata-kata. Nona, kau terlihat sangat cantik. Jika saja aku laki laki pasti akan jatuh cinta!” puji Marie. Irene menatap pantulan wajahnya dalam kaca besar. Ia tak menyangkal, wajahnya memang cantik. Perpaduan antara kecantikan Bella dan ketegasan William menyatu sempurna dalam dirinya. Wajah yang memang sudah cantik itu kini sudah dipoles tipis, rambut hitamnya t

  • Kebangkitan Ratu Irene: Pembalasan Dendam Istri Tertindas   Bab 4

    "Apa Nona jatuh cinta dengan pria bernama Dion itu?” “Tidak ada hal yang seperti itu Marie. Aku memilihnya karena potensinya sangat besar.” Jawab Irene santai. Saat ini keduanya sedang dalam perjalanan menuju ruang makan. Selama berjalan, tak henti hentinya Marie menebak alasan Irene memilih seorang asing bernama Dion sebagai pengawal pribadi. “Tapi masih banyak sekali prajurit berpengalaman yang memiliki potensi sangat besar.” Satu sudut bibir Irene terangkat, memang banyak sekali prajurit yang lebih hebat dan berpengalaman untuk dijadikan pengawal pribadinya. Namun di masa depan, Dion Willton adalah anjing setia Erald yang menjadi pemimpin pasukan kerajaan. Dan tidak ada yang lebih baik selain menjadikan orang penting Erald sebagai orang orangnya. “Kau akan memahaminya suatu saat.” Balas Irene bertepatan dengan kedatangannya di ruang makan. Kedua saudaranya sudah berada di sana, bersama seseorang paling ia rindukan selama ini. Sang Ayah, William Veshane Ester. Duke Ester itu

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status