Share

Bab 2

Auteur: Xyraazyn
last update Dernière mise à jour: 2025-10-06 01:43:27

Tentu saja tidak ada yang bisa menjawab, karena tidak ada seorangpun di kamar itu selain dirinya. Irene kemudian bangkit dari posisi berbaringnya, dan menyadari tubuhnya menjadi lebih kecil tanpa adanya satupun luka ataupun goresan lain. Apa?

Belum sempat ia menyusun isi kepala, seseorang telah mendobrak pintu kamar itu.

BRAK!

“Kakak! Yeay! Kak Irene, selamat ulang tahun!! Aku menunggu sejak dua jam yang lalu agar bisa menjadi orang pertama yang mengucapkan selamat!”

Irene membeku, darahnya berdesir serta seluruh saraf di tubuhnya seolah menegang.

Seorang anak laki laki pendek berambut coklat terang dengan wajah imut dan ceria, tiba-tiba mendobrak pintu ruangan dan bersorak riang, seraya membawa sebuah kotak kecil berwarna merah.

Anak itu sangat persis seperti adiknya saat umurnya masih 8 tahun.

“Sion…?”

“Ya? Kak Irene kenapa menangis? Kakak sakit? Apanya yang sakit, biar Sion sembuhkan!”

Dengan panik, anak bernama Sion itu segera naik ke ranjang dan menangkup pipi Irene dengan tangan kecilnya. Melupakan hadiah yang tergeletak begitu saja.

Irene tersadar, kemudian memegang pipinya yang entah sejak kapan basah. Setelah itu ia beralih meraih tangan kecil milik anak di hadapannya.

“Sion panggilkan ayah dan kakak ya, kak Irene pasti sakit sampai menangis seperti ini.”

Mata hazel Irene beralih menatap netra panik yang memiliki warna yang sama dengan dirinya. “Ini Sion?”

“Iya, Ini Sion. Kak Irene lupa ya?”

“Ini Sionnya kak Irene?” Tanya kembali Irene dengan nada bergetar. dijawab anggukan cepat oleh anak di depannya.

“Iya, Kak! Ini Sionnya kak Irene, adiknya kak Arthur. Kak Irene kenapa? Sakit apa?”

Sion terlihat sangat panik, matanya sudah berkaca kaca melihat sang kakak yang kembali menangis.

Niatnya memanggil ayah dan kakak laki lakinya terhenti saat tiba tiba Irene memeluk erat tubuh kecilnya. “Kak Irene jangan buat Sion panik. Kakak kenapa?” Tanya Sion mulai menangis juga.

Mendengar hal itu, Irene melepaskan pelukannya dan segera menghentikan tangisannya.

“Hei, Kakak tidak kenapa-kenapa. Sekarang Sion diam ya.”

Perlu waktu beberapa menit untuk Irene menghentikan tangisan Sion. Anak itu sebenarnya jarang menangis, namun sekali menangis sangat susah untuk menghentikannya.

“Kak Irene kenapa? Padahal aku sudah berusaha payah bangun tengah malam.” Tanya Sion yang sudah berhenti menangis.

Irene tersenyum bingung, “Em… Kakak hanya ingin mengerjaimu.” Jawabnya sedikit ragu, ia berdalih. Jawaban itu membuat sang adik menekuk alisnya kesal.

“Kak Irene sangat jahat! Aku akan marah sampai besok siang.” Sion bersedekap dada seraya membuang muka.

“Ka-”

Cklek

“Di sini kau ternyata anak nakal.”

Irene sedikit menggigit bibir bawahnya untuk menghentikan air mata yang akan jatuh.

Tepat di depan pintu kamar, terdapat seorang pemuda berbadan tinggi, dengan rambut hitam dan mata hazel persis sepertinya. Dia adalah Arthur Dyller Ester, sulung keluarga Ester dan kakak dari Irene serta Sion.

Pada kehidupan sebelumnya, Arthur meninggal lima tahun setelah Irene menjadi Ratu, dalam perang perebutan wilayah hutan selatan.

Hal yang baru Irene ketahui adalah Erald memang sengaja tidak mengirimkan pasukan tambahan saat perang dan mengirimkan seseorang untuk membunuh Arthur, agar bisa mengambil seluruh kendali keluarga Ester.

“Apa yang kau lakukan hm? Mengganggu tidur kakakmu di pagi buta ini?”

Tersadar dari lamunannya, Irene sedikit terkejut saat Arthur sudah berada di pinggir ranjangnya, sementara Sion terlihat masih dalam kekesalannya.

“Aku marah, Kakak sebaiknya jangan mengajakku berbicara.”

Sion turun dari ranjang, kemudian mengambil kotak hadiah dan menaruhnya di meja sang kakak.

“Ini hadiah ulang tahun dariku, dan aku pastikan ini adalah hadiah pertama yang diterima kak Irene.”

Arthur memutar bola mata malas melihat raut sombong Sion, “Sudah, cepat kembali ke kamar mu.”

“Baiklah, tanpa disuruh pun aku akan kembali tidur di kamar.” Ujar Sion berbalik dan berjalan riang keluar dari kamar.

“Kau sakit?” tanya Arthur kepada Irene.

Irene menggeleng, mencoba menormalkan ekspresi wajahnya.

“Tidurlah lagi, kau terlihat pucat. Lusa adalah acara Debutante mu dan kau harus tetap sehat.”

“Iya.”

Pandangan Arthur beralih ke kotak hadiah dari adik bungsu mereka, ia kemudian menaruh kotak dengan ukuran lebih kecil berwarna hitam di sampingnya.

“Oh, dan selamat ulang tahun. Aku orang kedua yang mengucapkannya bukan, maka ayah kalah kali ini.”

Senyuman terbit di bibir Irene setelah mendengar hal itu. Perasaan hangat yang terasa asing merasuk ke dalam hatinya.

“Terima kasih.” Ucapnya dibalas anggukan singkat oleh kakaknya.

Irene masih tetap dalam posisinya setelah Arthur keluar kamar.

Entah percaya tidak percaya, dia memang kembali ke masa lalu, saat keluarganya masih baik-baik saja.

Ia mengambil dan membuka kotak hadiah dari kedua saudaranya. Kotak merah berisikan kepingan kepingan kue yang memiliki bentuk tidak beraturan, itu adalah buatan tangan sang adik. Dan kotak hitam berisi anting anting indah dengan berlian biru gelap dengan pena senada. Sama persis dengan ingatannya dulu.

“A-aku benar benar kembali….”

Air matanya tak bisa dicegah lagi. Irene menangis, meluapkan segala emosi yang tertimbun dalam hatinya.

Cukup lama ia menangis hingga akhirnya tangisannya mereda. Matanya yang basah kini menyorot tajam, dengan tangan mengepal erat. Dendam dan amarahnya untuk keluarga kerajaan tidak berkurang, malah semakin bertumbuh dengan pesat.

Kehidupan telah memberikan kesempatan kedua, dan dia berjanji akan membalaskan seluruh penderitaan keluarganya.

‘Aku telah bersumpah Erald, dan aku akan membuat kehidupan kalian seribu kali lebih menderita dari keluarga Ester…’

***

“Jadi, gaun mana yang akan Nona pilih?”

Irene menatap malas Marie, pelayan pribadinya yang sedari tadi memberikan penjelasan panjang lebar mengenai gaun untuk acara Debutante besok malam.

Debutante atau acara pendewasaan anak perempuan dari keluarga bangsawan, menandai peralihan seorang gadis menuju masa dewasanya. Serta untuk memperluas jaringan sosial bagi gadis tersebut.

Saat Debutantenya dulu, keluarga kerajaan mulai memperlihatkan ketertarikan secara terang terangan untuk menjadikan ia sebagai pasangan Erald.

Namun, acara kali ini menjadi awal pembalasan dendamnya kepada seluruh keluarga kerajaan, khususnya Erald dan Alicia.

“Berikan saja gaun yang memudahkan diriku untuk bergerak. Oh, dan setelah ini antarkan aku ke arena berpedang.”

Marie menoleh bingung ke arah Irene yang sedang membaca laporan tentang persiapan acara. “Tapi sekarang Tuan Arthur dan Nona tidak ada jadwal berpedang, di sana hanya ada prajurit yang sedang berlatih.”

“Aku tidak berniat menemui kakak ataupun berlatih, ada seseorang yang harus ku temui di sana Marie.”

“Siapa yang akan Nona temui?”

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • Kebangkitan Ratu Irene: Pembalasan Dendam Istri Tertindas   Bab 9

    Alicia tersenyum kaku dan tergesa-gesa mengalihkan topik.“Lupakan saja, Lady Irene. Aku penasaran… bagaimana perasaanmu setelah berdansa dengan Pangeran? Pasti hatimu berbunga-bunga.”Irene tersenyum tipis. Cara Alicia mengalihkan pembicaraan masih sama seperti dulu.“Susunan acaranya berubah, Lady. Acara dansa dimulai setelah Pangeran kembali ke istana untuk perawatan.”Alicia terperanjat, memasang wajah sedih.“Sangat disayangkan. Padahal Nona Irene dan Pangeran Erald cocok sekali.”“Tidak juga. Saya rasa Pangeran lebih cocok dengan Anda.”Pipi Adele langsung memerah.“Apa maksudmu, Lady? Aku tidak pantas.”Tentu saja, perempuan ular itu sangat tidak cocok menjadi seorang putri mahkota. Namun jika pasangannya adalah orang sebrengsek Elard maka akan sangat sempurna.“Jangan begitu Nona Alicia. Dengan kecantikan dan kerendahan hati seperti ini, anda menjadi kandidat paling sempurna untuk menjadi Ratu Eldoria di masa depan.” Ucap Irene membuat Alicia semakin salah tingkah. Senyuman ga

  • Kebangkitan Ratu Irene: Pembalasan Dendam Istri Tertindas   Bab 8

    Irene sedikit melunakkan raut wajahnya, setelah mengingat sosok Duke Inggrid. “Seharusnya aku bisa mengenali mu sejak awal,” ucapnya pelan. “Aku tidak meminta untuk dikenal,” balas Duke Inggrid tenang. Langkah mereka terus bergerak mengikuti irama waltz. “Tapi kau cukup membuat keributan hari ini.” Irene mengerutkan kening. “Keributan? Aku hanya melakukan apa yang harus kulakukan.” Duke Inggrid menatapnya singkat, seolah menilai kebenaran ucapannya. “Tetap saja, tindakanmu terlalu berani untuk ukuran seorang gadis.” “Aku bukan seukuran gadis biasa” balas datar Irene dengan menetralkan raut wajahnya. Mereka berputar perlahan, melewati pasangan-pasangan lain yang sedang berdansa. “Malam ini, kau menarik perhatian lebih dari yang kau sadari.” Irene menatap datar sekilas, “Aku tidak berniat menarik perhatian siapa pun,” “Ya, aku tahu.” Inggrid mengangguk kecil. Musik memasuki bagian akhir. Keduanya mulai memperlambat langkah, tanpa ada lagi obrolan diantara mereka. Saat musik

  • Kebangkitan Ratu Irene: Pembalasan Dendam Istri Tertindas   Bab 7

    “Sial!” Irene segera lari dan bersembunyi saat teriakan Erald terdengar nyaring. Langkahnya tergesa-gesa, memastikan tidak ada yang melihatnya. Anak panahnya memang mengenai kaki pria itu, namun lagi lagi ia merasa tidak puas karena targetnya sedikit meleset. Ia berdecak kesal. Kaki Irene terus berlari kencang, menaiki tangga gudang usang mansion dan memasuki sebuah ruangan kotor tidak terpakai. “Nona!” “Ssst, diamlah Marie. Ada seorang yang akan melewati tempat ini.” Bisik Irene membungkam Marie yang terlihat ketakutan. Tak lama, suara langkah kaki terdengar melewati ruangan mereka, membuat keduanya merasa lega. “Berikan gaunku, akan mencurigakan jika kita tidak segera kembali!” Marie segera memberikan gaun sang majikan dengan tangan masih bergetar, ketakutan benar benar menguasai dirinya. “A-apa yang Nona lakukan s-sebenarnya…?” Irene tersenyum, “Ceritanya sangat panjang jika diceritakan sekarang. Tapi percayalah, aku tidak akan melakukan sesuatu berbahaya tanpa alasan yan

  • Kebangkitan Ratu Irene: Pembalasan Dendam Istri Tertindas   Bab 6

    Beruntung, Irene memiliki pengendalian diri yang luar biasa. Dia bisa tersenyum santai, walaupun keinginannya untuk membunuh anggota keluarga kerajaan saat ini tengah berkobar. “Berterima kasihlah kepada Elard, dia memintaku langsung untuk ikut hadir malam ini.” Nama yang disebut tersenyum kecil, Irene pun tak punya pilihan lain selain sedikit menundukkan kepalanya kepada Elard. “Terakhir kali aku melihatmu tiga tahun yang lalu, dan sekarang kau terlihat semakin cantik juga anggun. Pantas saja Erald sering menceritakanmu.” puji Ratu Charlotte. “Terimakasih atas pujiannya Yang Mulia.” Irene tersenyum, namun hatinya terus memaki kedua orang didepannya. Perkataan Ratu Charlotte mungkin sangatlah manis saat ini, tapi jangan salah, dongeng kekejaman ibu mertua ini telah dirasakannya selama bertahun-tahun dulu. “Maafkan kedatangannya kami yang cukup terlambat ya, ada sedikit masalah dengan kereta sebelum kami berangkat.” Suara berat Erald yang terdengar lembut, sukses membuat Irene me

  • Kebangkitan Ratu Irene: Pembalasan Dendam Istri Tertindas   Bab 5

    Ballroom mansion Ester sudah terlihat cukup ramai malam ini, ruangan luas yang telah dihias sedemikian rupa dengan berbagai ornamen mewah itu telah dipenuhi oleh para bangsawan yang menantikan sosok putri satu satunya milik Ester. Mereka semua tentu tak ingin melewatkan kesempatan emas ini. Selain sebagai perkenalan anak perempuan yang sudah memasuki usia dewasa, Debutante juga menjadi tempat bagi para bangsawan untuk memperkuat koneksi dengan bangsawan lain. Apalagi keluarga Ester memiliki kekuasaan hampir setara dengan kerajaan, yang mana tentu saja tamu tamu undangan mereka bukan hanya bangsawan biasa. “Aku kehilangan kata-kata. Nona, kau terlihat sangat cantik. Jika saja aku laki laki pasti akan jatuh cinta!” puji Marie. Irene menatap pantulan wajahnya dalam kaca besar. Ia tak menyangkal, wajahnya memang cantik. Perpaduan antara kecantikan Bella dan ketegasan William menyatu sempurna dalam dirinya. Wajah yang memang sudah cantik itu kini sudah dipoles tipis, rambut hitamnya t

  • Kebangkitan Ratu Irene: Pembalasan Dendam Istri Tertindas   Bab 4

    "Apa Nona jatuh cinta dengan pria bernama Dion itu?” “Tidak ada hal yang seperti itu Marie. Aku memilihnya karena potensinya sangat besar.” Jawab Irene santai. Saat ini keduanya sedang dalam perjalanan menuju ruang makan. Selama berjalan, tak henti hentinya Marie menebak alasan Irene memilih seorang asing bernama Dion sebagai pengawal pribadi. “Tapi masih banyak sekali prajurit berpengalaman yang memiliki potensi sangat besar.” Satu sudut bibir Irene terangkat, memang banyak sekali prajurit yang lebih hebat dan berpengalaman untuk dijadikan pengawal pribadinya. Namun di masa depan, Dion Willton adalah anjing setia Erald yang menjadi pemimpin pasukan kerajaan. Dan tidak ada yang lebih baik selain menjadikan orang penting Erald sebagai orang orangnya. “Kau akan memahaminya suatu saat.” Balas Irene bertepatan dengan kedatangannya di ruang makan. Kedua saudaranya sudah berada di sana, bersama seseorang paling ia rindukan selama ini. Sang Ayah, William Veshane Ester. Duke Ester itu

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status