Share

Bab 4

Auteur: Xyraazyn
last update Dernière mise à jour: 2025-11-24 17:03:15

"Apa Nona jatuh cinta dengan pria bernama Dion itu?”

“Tidak ada hal yang seperti itu Marie. Aku memilihnya karena potensinya sangat besar.” Jawab Irene santai.

Saat ini keduanya sedang dalam perjalanan menuju ruang makan. Selama berjalan, tak henti hentinya Marie menebak alasan Irene memilih seorang asing bernama Dion sebagai pengawal pribadi.

“Tapi masih banyak sekali prajurit berpengalaman yang memiliki potensi sangat besar.”

Satu sudut bibir Irene terangkat, memang banyak sekali prajurit yang lebih hebat dan berpengalaman untuk dijadikan pengawal pribadinya.

Namun di masa depan, Dion Willton adalah anjing setia Erald yang menjadi pemimpin pasukan kerajaan. Dan tidak ada yang lebih baik selain menjadikan orang penting Erald sebagai orang orangnya.

“Kau akan memahaminya suatu saat.” Balas Irene bertepatan dengan kedatangannya di ruang makan.

Kedua saudaranya sudah berada di sana, bersama seseorang paling ia rindukan selama ini. Sang Ayah, William Veshane Ester.

Duke Ester itu baru saja tiba setelah beberapa hari melakukan perjalanan ke perbatasan daerah. Hati Irene berdenyut melihat wajah tampan yang seolah tidak menua. Dengan cepat ia langsung memeluk erat tubuh William, dan menenggelamkan wajahnya ke dada bidang itu.

“Selamat ulang tahun putri Ayah. Maaf, karena menjadi yang terakhir kali mengucapkannya.”

Dengan sekuat tenaga Irene menahan air matanya, suara berat bernada lembut itu sangatlah ia rindukan bertahun tahun lamanya.

“Aku sangat merindukanmu ayah.”

“Maaf, sayangku. Padahal ayah hanya pergi selama seminggu.”

Irene menarik diri dari pelukan hangat itu, rambut hitamnya diusak lembut oleh sang ayah.

“Seminggu itu lama! Aku juga sangat merindukan ayah!” Sion menyambar sambil memainkan tangannya.

“Cih, bukankah kau hanya rindu mengganggu ayah saat bekerja?” Sahut Arthur mendapatkan tatapan sinis dari sang bungsu.

“Kakak tidak diajak berbicara!”

“Sudahlah, mari kita makan.” Titah William membungkam mulut Arthur yang ingin menyahuti ucapan Sion.

Irene hanya tertawa kecil, hatinya menghangat, momen momen seperti inilah yang sangat ia rindukan selama ini.

Makanan pun di sajikan, dan selama acara makan berlangsung, Irene menatap seluruh keluarganya penuh makna.

Di kehidupan sebelumnya, sang ayah akan meninggal dua tahun setelah Sion lumpuh, dalam perjalanan menuju kuil suci di pegunungan kerajaan sebelah, untuk mendapatkan obat bagi Sion.

Irene tahu. Semua kematian keluarganya merupakan rencana dari keluarga kerajaan yang telah disusun sedemikian rupa. Mereka mengirimkan pembunuh bayaran untuk mencegat rombongan Duke William ketika melewati hutan perbatasan.

“Ayah.” Panggil Irene setelah mereka menyelesaikan makan siang.

“Ada apa?”

“Aku ingin mengatakan suatu hal penting, tentang pendidikan Sion.”

Duke William dan Arthur saling melempar pandang.

“Pendidikanku?” Bingung Sion.

“Kalian mungkin berencana memasukkan Sion ke akademi Regalis tahun ini. Agar kita bisa lebih mudah dalam mengawasinya.”

“Kau sudah tau hal itu rupanya. Padahal ayah ingin membahas ini Minggu depan.”

Mata Sion berbinar terang, “Aku akan dimasukkan ke akademi. Di sana pasti akan mendapat banyak teman!”

Irene tersenyum miris, sayangnya di sanalah Sion akan kehilangan senyuman cerianya. Perundungan yang dialami sang adik akan berakhir membuatnya kehilangan kedua kakinya dan mengalami depresi.

“Tapi sepertinya Sion akan lebih baik dimasukkan ke akademi Velmor. Meskipun jaraknya sedikit lebih jauh, tapi pendidikan di sana jauh lebih baik. Apalagi Sion sangat tertarik pada dunia luar kerajaan.”

“Kak Irene benar! Ketika besar nanti aku ingin berjalan jalan mengelilingi seluruh dunia.”

Duke William mengangguk, “Bagaimana menurutmu Arthur?”

“Aku setuju saja, lagipula di sana aku punya banyak kenalan.”

"Ayah akan mempertimbangkannya."

Satu langkah awal Irene telah berhasil. Perubahan akademi yang akan dimasuki Sion akan memberikan efek kupu kupu, karna akademi Velmor tidak dalam wilayah kekuasaan penuh kerajaan.

“Ayah, setelah ini aku akan ke ruanganmu. Ada perubahan kecil yang aku inginkan dalam acara besok.”

“Perubahan?"

Arthur merotasikan kedua matanya, "Ayolah, apa kau ingin membuat kepala pelayan bekerja dua kali lipat?"

"Kak Arthur keterlaluan. Ini adalah acara kak Irene, terserah jika kakak menginginkan perubahan.” Sahut Sion sembari menatap sinis sang kakak sulung, menciptakan senyum tipis di bibir Irene.

“Tenang saja, kepala pelayan tidak akan kerepotan. Ini hanya perubahan kecil.”

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • Kebangkitan Ratu Irene: Pembalasan Dendam Istri Tertindas   Bab 9

    Alicia tersenyum kaku dan tergesa-gesa mengalihkan topik.“Lupakan saja, Lady Irene. Aku penasaran… bagaimana perasaanmu setelah berdansa dengan Pangeran? Pasti hatimu berbunga-bunga.”Irene tersenyum tipis. Cara Alicia mengalihkan pembicaraan masih sama seperti dulu.“Susunan acaranya berubah, Lady. Acara dansa dimulai setelah Pangeran kembali ke istana untuk perawatan.”Alicia terperanjat, memasang wajah sedih.“Sangat disayangkan. Padahal Nona Irene dan Pangeran Erald cocok sekali.”“Tidak juga. Saya rasa Pangeran lebih cocok dengan Anda.”Pipi Adele langsung memerah.“Apa maksudmu, Lady? Aku tidak pantas.”Tentu saja, perempuan ular itu sangat tidak cocok menjadi seorang putri mahkota. Namun jika pasangannya adalah orang sebrengsek Elard maka akan sangat sempurna.“Jangan begitu Nona Alicia. Dengan kecantikan dan kerendahan hati seperti ini, anda menjadi kandidat paling sempurna untuk menjadi Ratu Eldoria di masa depan.” Ucap Irene membuat Alicia semakin salah tingkah. Senyuman ga

  • Kebangkitan Ratu Irene: Pembalasan Dendam Istri Tertindas   Bab 8

    Irene sedikit melunakkan raut wajahnya, setelah mengingat sosok Duke Inggrid. “Seharusnya aku bisa mengenali mu sejak awal,” ucapnya pelan. “Aku tidak meminta untuk dikenal,” balas Duke Inggrid tenang. Langkah mereka terus bergerak mengikuti irama waltz. “Tapi kau cukup membuat keributan hari ini.” Irene mengerutkan kening. “Keributan? Aku hanya melakukan apa yang harus kulakukan.” Duke Inggrid menatapnya singkat, seolah menilai kebenaran ucapannya. “Tetap saja, tindakanmu terlalu berani untuk ukuran seorang gadis.” “Aku bukan seukuran gadis biasa” balas datar Irene dengan menetralkan raut wajahnya. Mereka berputar perlahan, melewati pasangan-pasangan lain yang sedang berdansa. “Malam ini, kau menarik perhatian lebih dari yang kau sadari.” Irene menatap datar sekilas, “Aku tidak berniat menarik perhatian siapa pun,” “Ya, aku tahu.” Inggrid mengangguk kecil. Musik memasuki bagian akhir. Keduanya mulai memperlambat langkah, tanpa ada lagi obrolan diantara mereka. Saat musik

  • Kebangkitan Ratu Irene: Pembalasan Dendam Istri Tertindas   Bab 7

    “Sial!” Irene segera lari dan bersembunyi saat teriakan Erald terdengar nyaring. Langkahnya tergesa-gesa, memastikan tidak ada yang melihatnya. Anak panahnya memang mengenai kaki pria itu, namun lagi lagi ia merasa tidak puas karena targetnya sedikit meleset. Ia berdecak kesal. Kaki Irene terus berlari kencang, menaiki tangga gudang usang mansion dan memasuki sebuah ruangan kotor tidak terpakai. “Nona!” “Ssst, diamlah Marie. Ada seorang yang akan melewati tempat ini.” Bisik Irene membungkam Marie yang terlihat ketakutan. Tak lama, suara langkah kaki terdengar melewati ruangan mereka, membuat keduanya merasa lega. “Berikan gaunku, akan mencurigakan jika kita tidak segera kembali!” Marie segera memberikan gaun sang majikan dengan tangan masih bergetar, ketakutan benar benar menguasai dirinya. “A-apa yang Nona lakukan s-sebenarnya…?” Irene tersenyum, “Ceritanya sangat panjang jika diceritakan sekarang. Tapi percayalah, aku tidak akan melakukan sesuatu berbahaya tanpa alasan yan

  • Kebangkitan Ratu Irene: Pembalasan Dendam Istri Tertindas   Bab 6

    Beruntung, Irene memiliki pengendalian diri yang luar biasa. Dia bisa tersenyum santai, walaupun keinginannya untuk membunuh anggota keluarga kerajaan saat ini tengah berkobar. “Berterima kasihlah kepada Elard, dia memintaku langsung untuk ikut hadir malam ini.” Nama yang disebut tersenyum kecil, Irene pun tak punya pilihan lain selain sedikit menundukkan kepalanya kepada Elard. “Terakhir kali aku melihatmu tiga tahun yang lalu, dan sekarang kau terlihat semakin cantik juga anggun. Pantas saja Erald sering menceritakanmu.” puji Ratu Charlotte. “Terimakasih atas pujiannya Yang Mulia.” Irene tersenyum, namun hatinya terus memaki kedua orang didepannya. Perkataan Ratu Charlotte mungkin sangatlah manis saat ini, tapi jangan salah, dongeng kekejaman ibu mertua ini telah dirasakannya selama bertahun-tahun dulu. “Maafkan kedatangannya kami yang cukup terlambat ya, ada sedikit masalah dengan kereta sebelum kami berangkat.” Suara berat Erald yang terdengar lembut, sukses membuat Irene me

  • Kebangkitan Ratu Irene: Pembalasan Dendam Istri Tertindas   Bab 5

    Ballroom mansion Ester sudah terlihat cukup ramai malam ini, ruangan luas yang telah dihias sedemikian rupa dengan berbagai ornamen mewah itu telah dipenuhi oleh para bangsawan yang menantikan sosok putri satu satunya milik Ester. Mereka semua tentu tak ingin melewatkan kesempatan emas ini. Selain sebagai perkenalan anak perempuan yang sudah memasuki usia dewasa, Debutante juga menjadi tempat bagi para bangsawan untuk memperkuat koneksi dengan bangsawan lain. Apalagi keluarga Ester memiliki kekuasaan hampir setara dengan kerajaan, yang mana tentu saja tamu tamu undangan mereka bukan hanya bangsawan biasa. “Aku kehilangan kata-kata. Nona, kau terlihat sangat cantik. Jika saja aku laki laki pasti akan jatuh cinta!” puji Marie. Irene menatap pantulan wajahnya dalam kaca besar. Ia tak menyangkal, wajahnya memang cantik. Perpaduan antara kecantikan Bella dan ketegasan William menyatu sempurna dalam dirinya. Wajah yang memang sudah cantik itu kini sudah dipoles tipis, rambut hitamnya t

  • Kebangkitan Ratu Irene: Pembalasan Dendam Istri Tertindas   Bab 4

    "Apa Nona jatuh cinta dengan pria bernama Dion itu?” “Tidak ada hal yang seperti itu Marie. Aku memilihnya karena potensinya sangat besar.” Jawab Irene santai. Saat ini keduanya sedang dalam perjalanan menuju ruang makan. Selama berjalan, tak henti hentinya Marie menebak alasan Irene memilih seorang asing bernama Dion sebagai pengawal pribadi. “Tapi masih banyak sekali prajurit berpengalaman yang memiliki potensi sangat besar.” Satu sudut bibir Irene terangkat, memang banyak sekali prajurit yang lebih hebat dan berpengalaman untuk dijadikan pengawal pribadinya. Namun di masa depan, Dion Willton adalah anjing setia Erald yang menjadi pemimpin pasukan kerajaan. Dan tidak ada yang lebih baik selain menjadikan orang penting Erald sebagai orang orangnya. “Kau akan memahaminya suatu saat.” Balas Irene bertepatan dengan kedatangannya di ruang makan. Kedua saudaranya sudah berada di sana, bersama seseorang paling ia rindukan selama ini. Sang Ayah, William Veshane Ester. Duke Ester itu

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status