Setelah pengakuan Raven tentang Dominion, udara di bunker Quantix terasa berbeda. Bukan lagi kepanikan yang menguasai mereka, melainkan ketegangan yang terarah. Sorot mata yang tadi gelisah kini lebih tajam, seolah masing-masing baru saja mengerti bahwa permainan yang mereka jalani bukan sekadar adu kecerdikan di layar, tapi perebutan kendali yang bisa menentukan nasib banyak orang.
Raven menutup file yang masih terbuka di mejanya, lalu menatap semua orang.
"Kita bisa bahas Dominion nanti," ujarnya dengan nada memutus.
"Untuk saat ini, musuh di depan mata kita adalah CyberShield. Jangan sampai ini menggeser target prioritas kita." Ia lalu menggeser layar tablet ke tengah meja. Angka-angka pada grafik keuangan yang baru saja ia peroleh dari sumber Tirta menampilkan tren menurun yang tajam di beberapa lini
Programmer junior yang menyebabkan insiden itu duduk membeku. Kedua tangannya masih di atas keyboard, namun jarinya kaku. Wajahnya pucat, dan tatapan matanya tak berani bertemu siapa pun. Indra menoleh padanya dengan tatapan yang bisa memaku orang di tempat. Tidak ada kata keluar dari mulutnya, hanya desahan napas berat yang penuh teguran. Lalu ia menoleh pada Raven, suaranya tajam."Apa ini? Semacam jebakan?"Raven mengangkat kepalanya, menatap Indra tanpa berkedip. Di seberang meja, Santoso tidak mengeluarkan suara. Ia bersandar di kursi, jemarinya saling terkait, memandangi Raven seperti sedang mempelajari pola pikirnya. Mata itu bukan mata yang sekadar mencari kebenaran, tapi juga menghitung untung-rugi dari setiap kata yang akan keluar.Raven mengangguk pelan, gerakannya tenang, seolah semua yang terjadi memang sudah ia perhitungkan. "Bukan jebakan, Pak Indra," ucapnya datar. "Itu adalah fitur."Ia berdiri. Kursinya bergeser mundur dengan suara halus, lalu ia berjalan perlahan k
“Selamat pagi,” ucap Santoso, suaranya datar tapi setiap kata terasa terukur. Semua mata terfokus pada pertemuan ini. Raven dan Clara duduk berseberangan dengan jajaran direksi. Sementara Freya duduk di meja konsol terpisah. Di ujung meja, Bapak Santoso duduk tegak, kedua tangannya bertaut di atas meja.“Seperti yang Anda tahu, kami juga akan bertemu dengan CyberShield hari ini. Waktu kami terbatas. Jadi, silakan, yakinkan kami.”Clara menegakkan punggung. “Baik, Pak.” Suaranya tenang, tanpa getaran ragu. “Quantix lahir dari kebutuhan mendesak akan sistem keamanan siber yang bukan hanya reaktif, tetapi proaktif. Saat ini, industri keamanan siber terlalu sibuk memadamkan kebakaran, bukan mencegahnya. Kami menciptakan sistem yang dapat mengantisipasi ancaman, bukan sekadar meresponsnya. Dengan itu, klien mendapatkan rasa aman yang nyata. Dan rasa aman itu selalu menjadi alasan utama terjadinya penutupan kontrak.”Beberapa direksi bertukar pandang. Santoso tidak menanggapi, hanya meng
Monitor raksasa di dinding memantulkan wajah-wajah yang tegang. Kursi-kursi ditarik mendekat, meja kerja berubah fungsi menjadi meja taktis. Kabel berseliweran di lantai, laptop-laptop terbuka menampilkan potongan kode, simulasi jaringan, dan grafik keamanan yang berdenyut seperti detak jantung. Tidak ada yang berbicara selama beberapa detik, hanya suara kipas pendingin server di ruang sebelah.Clara memecah keheningan.“Kita nggak bisa cuma nunjukkin barisan kode,” katanya sambil melirik layar penuh teks hijau. “Mereka bukan programmer. Mereka adalah dewan direksi. Mereka butuh sesuatu yang wow.” Tangannya mengetuk meja, ritmenya cepat, seolah mendorong otak semua orang untuk bergerak lebih cepat.Tirta mencondongkan tubuh.“Bag
Tirta masih berdiri di depan meja kerja Raven, tangannya menekan sisi laptopnya seolah berusaha meredam ketegangan. Wajahnya serius, nada suaranya tegas namun terukur. "Mereka profesional, Rave. Beda level sama anak-anak junior yang baru direkrut. Cepat atau lambat, mereka akan menemukan sesuatu.""Bagus," jawab Raven tanpa jeda, membuat semua kepala menoleh padanya. Nada datarnya justru terdengar seperti provokasi. "Biarkan Radja sibuk mencari jarum di dalam tumpukan jerami di sistemnya. Secepat apa pun mereka, itu tetap memberi kita waktu untuk berburu di dunia nyata."Clara baru saja menutup panggilan teleponnya. Tangannya masih memegang ponsel, namun sorot matanya sudah terkunci pada Raven. "Kau benar kita harus berburu," ucapnya pelan. "Tapi sepertinya mangsanya sudah menyiapkan jebakan sendiri untuk kita."Alis Raven terangkat. "Jelaskan.""Aku baru saja mendapat konfirmasi jadwal pertemuan dengan TransGlobal," kata Clara sambil menaruh ponselnya di meja. "Mereka juga mengun
Setelah pengakuan Raven tentang Dominion, udara di bunker Quantix terasa berbeda. Bukan lagi kepanikan yang menguasai mereka, melainkan ketegangan yang terarah. Sorot mata yang tadi gelisah kini lebih tajam, seolah masing-masing baru saja mengerti bahwa permainan yang mereka jalani bukan sekadar adu kecerdikan di layar, tapi perebutan kendali yang bisa menentukan nasib banyak orang.Raven menutup file yang masih terbuka di mejanya, lalu menatap semua orang."Kita bisa bahas Dominion nanti," ujarnya dengan nada memutus."Untuk saat ini, musuh di depan mata kita adalah CyberShield. Jangan sampai ini menggeser target prioritas kita." Ia lalu menggeser layar tablet ke tengah meja. Angka-angka pada grafik keuangan yang baru saja ia peroleh dari sumber Tirta menampilkan tren menurun yang tajam di beberapa lini
"Udah, ga usah macem-macem," ujar Freya sambil menatap Tirta tajam. Tangannya menyilang di dada, nada suaranya tegas, tak mau berlama-lama di permainan dramatis Tirta. "Cepetan kasih tahu aja dua-duanya."Tirta menghela napas, lalu merogoh ponselnya. "Oke... kabar buruknya, Radja sudah menemukan modul AI di akun Aurora yang kita serang. Dia sudah mulai membuat update security-nya. Dan bukan cuma itu, dia juga menggandakan sistem keamanan siber CyberShield secara umum. Jadi... kita nggak cuma berhadapan sama benteng yang sama, tapi benteng itu sekarang punya pertahanan berlapis."Leo yang sedang mengetik berhenti, jemarinya menggantung di atas keyboard. "Kalau update-nya udah jalan, kita harus nyiapin exploit baru. Itupun kalau mereka nggak terlambat," gumamnya.Tirta mengangguk, wajahnya makin serius. "Kabar yang lebih buruk... aku dapat dari kontak lamaku di forum tertutup. Radja baru saja menyewa seorang hacker bayaran dari dark web. Seseorang dengan nama alias... Nyx."Suasana bu