Beranda / Rumah Tangga / Kebohongan Busuk Suamiku / Bab 2. Cincin Milik Siapa?

Share

Bab 2. Cincin Milik Siapa?

Penulis: Nuri522
last update Terakhir Diperbarui: 2023-06-21 11:53:36

Gendis terkejut mendengar ucapan sang mertua.

‘Apa ini yang selalu Mama katakan mengenaiku kepada setiap orang di belakangku?’

Sudut hatinya perih, bertahun-tahun menjadi menantu, ia sama sekali belum diterima oleh mertuanya. Padahal, Gendis merasa sudah menjadi menantu yang penurut bagi ibu mertuanya itu. Bu Nani tersadar melihat Gendis sudah ada di pintu gerbang. Ia langsung terdiam sambil memberikan kode kepada Bu Retno.

Betapa terkejutnya wanita paruh baya itu melihat menantunya yang telah kembali ke rumah. Pikirannya terus berkecamuk dan bertanya-tanya dalam hati. Apa mungkin Gendis mendengar segala yang dia ucapkan barusan?

Wajahnya berubah pucat pasi, dengan perasaan yang takut mulai menguasai hatinya. Bukan kesalah pahaman dari Gendis yang Bu Retno khawatirkan. Akan tetapi, pandangan Damar terhadapnya. Wanita itu takut menantunya akan mengadu. Apalagi, segala yang dia ucapkan mengenai Gendis rata-rata sebuah kebohongan belaka. Itu hanya karangannya agar semua orang membenci menantunya serta menganggap ia yang paling menderita.

“Ngapain kamu di situ? Kenapa enggak ngucap salam dulu?” ujar Bu Retno dengan suara bergetar. Kali ini, jantungnya terasa berpompa lebih cepat.

Sebelum Gendis menjawab, Bu Nani berdiri dari kursi teras lalu pamit untuk pulang. Wajah wanita bertubuh gempal tersebut sama piasnya dengan Bu Retno. Ia merasa tidak enak dan bersalah karena sempat bergosip tentang Gendis.

‘Pasti Gendis dengar apa yang kuucapkan,' pikirnya. Dengan wajah yang terlihat tidak baik-baik saja. Bu Nani berjalan melewati Gendis yang masih mematung di tempatnya berdiri sejak tadi, dengan dada yang berdebar.

Sedangkan, Bu Retno telah menampilkan wajah judes seperti biasa. Ia pintar sekali menyembunyikan kegugupannya.

“Oh iya. Kamu belum jawab pertanyaanku. Kenapa pulang enggak ngasih salam? Main nyelonong saja. Enggak sopan, bikin orang jantungan. Terus, kenapa kamu lama sekali ke rumah sakitnya? Sebentar lagi, Damar pulang dari kantor. Suamimu itu pasti kelaparan. Kamu masak dulu sekarang, sekalian cuci mangkuk bekas bakso teman-teman arisan ibu tadi,” perintahnya

Meski kekecewaan masih menjejali hati, tetapi Gendis tidak melawan. Ia enggan terjadi keributan, apalagi dengan ibu mertuanya. Wanita itu pikir, ia harus kuat. Bagaimana pun, menikah dengan Damar sudah menjadi pilihannya. Sedangkan, dalam pernikahan bukan hanya satu orang yang terikat. Namun, seluruh anggota keluarga suaminya otomatis akan menjadi keluarganya juga. Jadi, ia harus menerima kekurangan dan kelebihan sang mertua meski dengan begitu ia harus lebih berusaha lagi untuk mengambil hatinya.

Gendis mengangguk tanpa membantah, ia hendak masuk ke dalam rumah. Akan tetapi, teringat dengan sesuatu yang ada di tangannya.Buah-buahan segar kesukaan ibu mertuanya yang tadi sempat ia beli di dalam perjalanan.

“Oh iya, Bu. Ini ada buah-buahan kesukaan ibu. Aku tadi mampir dan beli khusus buat ibu,” ujar Gendis sambil menyerahkan kantong keresek di tangannya.

Dengan sungkan, Bu Retno menerima pemberian Gendis. Wanita itu tidak sadar, hatinya yang mulai terenyuh dengan kebaikan Gendis. Meski ia gengsi untuk mengakuinya. Bu Retno hanya menjawab ucapan menantunya itu hanya dengan gumaman, tanpa menoleh sedikit pun.

“Oh iya. Sekalian kalau mau ke dalam bawa masuk gelas itu,” tunjuk Bu Retno dengan dagunya ke arah meja teras lalu meninggalkan Gendis ke dalam rumah.

Gendis menghela napas berat. Ia harus sabar dengan kata-kata tajam mertuanya. Toh, baginya itu hal biasa. Bertahun-tahun ia telah mengenal sifat ibu kandung suaminya tersebut.

**

Pukul lima sore, suaminya pulang ke rumah dengan wajah yang terlihat lelah. Gendis menyambut kedatangan Damar dengan wajah cerah. Ia mencium tangannya, sedangkan suaminya itu melabuhkan kecupan di dahi Gendis.

“Mas capek, ya? Aku buatkan teh buat Mas. Tapi, Mas mandi dulu biar seger. Entar kalau sudah, turun dan kita makan bareng di bawah. Aku udah buatkan masakan kesukaan Mas Damar dan Ibu,” papar Gendis dengan wajah berbinar. Seulas senyum tidak pernah luntur merekah dari paras wanita itu.

Gendis pikir, suaminya harus bahagia dan ia manjakan di rumah. Jika, ada masalah pun, selalu wanita itu tutupi agar sang suami tidak merasa terbebani. Kecuali, memang hal yang sangat penting. Baru gendis akan bicara. Sudah cukup Damar bekerja keras di perusahaan. Ia berprinsip jangan menambah beban apa pun ketika sudah pulang.

“Iya, sayang. Mas mandi dulu.”

“Iya, Mas,” jawab Gendis.

Lantas, ia kembali ke dapur dan menyelesaikan acara memasaknya. Kali ini, ayam taliwang serta sayur lodeh kesukaan Damar dan Bu Retno menjadi menu makan malam mereka.

Damar turun dan menikmati teh buatan Gendis di depan televisi, ruang keluarga mereka bersama Bu Retno, sambil menunggu hidangan tersaji.

Saat makan malam, ibu dan anak tersebut sangat lahap memakan masakan buatan Gendis. Membuat wanita itu puas karena hidangan yang ia buat tidak terbuang sia-sia.

“Damar. Ibu minta uang buat belanja besok,” ucapan Bu Retno membuat Damar yang baru saja beres makan menoleh, pun Gendis yang heran kepada ibu mertuanya tersebut. Baru saja seminggu sang suami memberikannya uang bulanan. Namun, sekarang ia sudah minta lagi.

Padahal, uang yang diberikan putra sulungnya itu lumayan besar. Lantas, di pakai apa sampai sudah habis lagi?

“Lho, bukannya baru Minggu lalu aku kasih uang sepuluh juta untuk ibu? Kenapa sudah habis lagi?” tanya Damar dengan mimik yang penuh pertanyaan.

“Lho, kan kamu tahu ibu itu ikutan arisan. Jadi, wajar dong kalau sudah habis. Lagian, uang kamu itu masih banyak!” ujar Bu Retno dengan nada meninggi. Ia tidak suka putranya meragukan apa yang dia ucapkan.

“Ya sudah. Aku kasih uang lima juta lagi buat ibu. Tapi, ibu jangan hambur-hamburkan. Ibu kan tahu, saat ini banyak sekali pengeluaran perusahaan yang mendadak,” terang Damar.

Selanjutnya, setelah mereka selesai makan malam, pria itu menyuruh Gendis untuk mengambil ponselnya di saku jas. Ia lupa untuk membawa benda tersebut ke bawah.

Gendis mengangguk, kemudian masuk ke kamar mereka dan merogoh saku jas suaminya. Namun, alangkah terkejutnya wanita itu kala mendapatkan sesuatu di sana. Gendis menemukan sebuah kotak berisi berlian yang diperkirakan cukup mahal harganya. Hatinya bertanya-tanya milik siapa benda tersebut? Dan kenapa sampai ada di jas suaminya?

Bersambung.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kebohongan Busuk Suamiku   Bab 30.

    Sidang pengadilan akhirnya memutuskan Damar sepenuhnya bersalah akibat melanggar Pasal 340 KUHP dihukum 20 tahun penjara dikurangi masa tahanan. Sesuai dengan tuntutan yang ditegaskan dalam pasal tersebut bahwa barang siapa dengan siapa dan dengan rencana terlebih dahulu merampas nyawa orang lain, diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama 20 tahun. Bu Retno pasrah menerima putra pertamanya dihukum akibat kesalahan yang diperbuat. Bagaimana pun, ia tak bisa menampik bahwa sang putra memang pantas untuk mendapatkan hukuman seperti ini. Meski begitu, wanita paruh baya itu tak kuasa menutupi kesedihannya. Ia sempat hampir pingsan di ruangan pengadilan ketika putusan vonis dibacakan oleh hakim ketua.Bayu sontak mendekap tubuh ibunya dan menuntunnya keluar agar lebih tenang. Mereka duduk di kursi tunggu yang tersedia di luar ruangan sidang. Sambil menunggu Damar keluar dan bersiap dibawa ke rutan tempat di mana pria itu dihukum.Se

  • Kebohongan Busuk Suamiku   Bab 29. Pasca Kebakaran

    “Syukurlah kamu tidak apa-apa, Dek.”Winda, istri dari Edo mengelus puncak kepala Gendis yang sudah pulang ke rumah kakak pertamanya tersebut bersama Dion juga. Meski hanya kakak ipar, tetapi wanita itu sudah menganggap adik-adik Edo ini seperti saudara kandung sendiri. Kini mereka berdua tengah berada di dalam kamar yang sering dipakai Gendis saat menginap ketika di rumah Edo.Gendis tersenyum dan mengangguk. Benar, ia pun kini merasa bersyukur masih diberikan keselamatan oleh Yang Maha Kuasa. Dua kali nyawanya hampir saja melayang, membuat wanita itu merasa ini semua hanyalah mimpi. Akan tetapi, tak seperti itu, dirinya melalui hal yang nyata.Dua kali dirinya hampir saja mati gara-gara orang yang sama membuat hati Gendis sakit luar biasa. Ia sungguh tak mengenali Damar lagi. Pria itu telah betul-betul berubah menjadi pria yang kejam dan ambisius. Hanya demi harta dan kekuasaan, mantan suaminya ini bisa melakukan segala cara, bahkan menghabisi orang-orang yang pernah menjadi bagian

  • Kebohongan Busuk Suamiku   Bab 28. Buron

    “Aku tahu siapa orang dibalik kebakaran ini.”Bayu datang menyibak kerumunan warga yang memenuhi tempat kejadian perkara tersebut. Sebelumnya, ia tak sengaja mendengar rencana kriminal Damar dan Vivian. Pemuda tersebut bergegas pergi ke rumah Dion dan hendak menghentikan segala rencana busuk sang kakak. Akan tetapi, ternyata semuanya telah terlambat. Hunian di mana Gendis, Dion dan Edo berada telah ludes dilahap jago merah.Awalnya pria muda tersebut panik, tetapi ketika mendengar semuanya selamat meski harus mendapatkan pertolongan dengan dibawanya Gendis dan Dion ke rumah sakit bersama salah satu tetangga yang ada, Bayu merasa lega luar biasa.Sampai, dia mendengar percakapan antara Pak RT dan Edo, dirinya yang menjadi saksi kunci kejahatan sang Kakak langsung mendekat.“Bayu? Sedang apa kamu di sini?”“Itulah yang akan Kujelaskan. Setengah jam yang lalu, aku baru mengetahui rencana pembakaran rumah ini. Maafkan aku, Mas. Aku tak bisa menghentikan segalanya. Saat datang, semuanya te

  • Kebohongan Busuk Suamiku   Bab 27. Kembali Berulah

    “Sial*n. Bisa-bisanya mereka menekanku di ruang rapat dan mengatakan kalau aku tak becus memimpin perusahaan ini. Padahal, siapa yang sudah membesarkan perusahaan sampai seperti sekarang?” gerutu Damar di hadapan Vivian. Tangannya yang mengepal meninju udara dan menggebrak meja di ruangannya.“Sudahlah, Mas. Tenangkan dirimu sekarang. Kamu jangan marah-marah lagi. Salah Mas sendiri kenapa tender sebesar itu bisa lolos. Apalagi, akhir-akhir ini Mas Damar seperti orang yang linglung dan banyak melamun.” Mendengar perkataan sang kekasih, Damar mendengus kasar. Pikirannya kini sedang kacau di tambah ucapan Vivian yang sama memojokkan dan menyalahkannya semakin dibuat pusing.Namun, yang Vivian katakan itu benar. Setelah menandatangani surat cerai beberapa Minggu yang lalu, Damar seolah kehilangan fokus. Dalam hati kecilnya bergejolak perasaan marah, dendam dan juga kehampaan. Kenapa setelah kehilangan Gendis, pria itu merasakan kembali rindu yang menyiksa. Namun, mantan istrinya sama se

  • Kebohongan Busuk Suamiku   Bab 26. Ketegasan Gendis

    Alunan musik lembut menggema ke seluruh ruangan di restoran di mana Gendis berada. Suara lantunan merdu dari penyanyi pria di atas podium membuat suasana hati wanita itu menjadi tenang.Ia melirik ke arah meja yang paling ujung di sini. Melihat dua orang pria yang berpenampilan seperti penguntit.Gendis menggelengkan kepalanya mengetahui kedua orang itu tidak lain kakak-kakaknya. Edo dan Dion sengaja mengikuti Gendis hanya untuk memastikan adiknya itu baik-baik saja.Wanita itu merasa, apa yang dilakukan kedua kakaknya sungguh konyol. Namun, hatinya seketika menghangat. Ia sungguh terharu dan merasa beruntung memiliki saudara yang menyayanginya.Dibandingkan harta, Gendis merasa ikatan persaudaraan lebih berharga dari apa pun. Sedangkan di tempat parkir, Damar keluar dari mobilnya setelah kendaraan itu terparkir. Pria itu tak henti-hentinya melengkungkan senyuman. Ia sungguh tidak sabar untuk bertemu dengan Gendis.Ada perasaan rindu yang tiba-tiba saja muncul di hatinya setelah men

  • Kebohongan Busuk Suamiku   Bab 25. Rencana Berpisah

    Dengan bantuan Edo, kakaknya Gendis. Kali ini Bayu dapat menempati posisi wakil Direktur di bawah jabatan Damar sang kakak. Apalagi posisinya yang cukup kuat karena memiliki saham perusahaan hampir enam puluh persen bila di satukan dengan saham milik Edo dan Gendis. Siang itu, saat rapat redaksi dadakan diadakan. Damar terkejut ketika Bayu masuk ke perusahaan. Pada hari itu pula, para pemegang saham di perusahaan tersebut memilih Bayu sebagai wakil direktur menggantikan posisi wakil direktur yang baru resign dari perusahaan.Sebenarnya, itu semua telah Edo atur sebelumnya. Kakak Gendis tersebut telah menyuruh wakil direktur sebelumnya untuk resign dari perusahaan dan sebagai gantinya akan diangkat mendapatkan posisi direktur utama di perusahaan cabang milik Edo. Tentu saja membuat orang tersebut tidak bisa menolak tawarannya.Mana mungkin, ia akan menyia-nyiakan kesempatan sebagus ini. Seminggu sebelum Bayu masuk ke perusahaan, wakil direktur tersebut resign dari kantor. Untungnya, s

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status