MasukGendis tidak pernah memperkirakan kalau suami yang ia cintai sepenuh hati memiliki skandal menjijikkan. Apalagi dengan seseorang yang sama sekali tidak pernah ia prediksi. Sebagai istri, Gendis kecewa. Hatinya remuk redam. Namun, wanita itu tidak akan tinggal diam dengan pengkhianatan sang suami. Kisah drama rumah tangga yang menguras emosi, penuh intrik serta dipadukan dengan sisi romantis karena seseorang yang selalu ada di setiap wanita itu terpuruk. Gendis rindu cinta suci sang suami. Ia rindu pernyataan cinta dari Damar serta janji yang sempat terucap untuknya. Walau Gendis tahu, sesuatu yang mustahil terjadi laksana pungguk merindukan bulan.
Lihat lebih banyakDi tengah pulau Jawa yang subur, tersembunyi di antara sawah dan hutan yang hijau, berdiri sebuah candi megah yang menjulang ke langit—Candi Borobudur. Candi ini bukan hanya sebuah monumen batu yang indah, tetapi juga sebuah tempat suci yang sarat dengan misteri dan legenda. Konon, candi ini dibangun oleh kekuatan magis yang melebihi kemampuan manusia biasa.
Di sebuah desa kecil yang damai, hidup seorang pemuda bernama Rama. Rama adalah anak seorang petani, dan kehidupannya sehari-hari diisi dengan bekerja di sawah bersama ayahnya. Namun, Rama memiliki mimpi besar yang jauh melampaui batasan desanya. Ia sering bermimpi tentang sebuah candi besar yang dipenuhi dengan patung-patung Buddha dan relief yang menceritakan kisah-kisah kuno.
Suatu malam, ketika bulan purnama bersinar terang di langit, Rama bermimpi tentang seorang biksu tua. Biksu itu mengenakan jubah kuning yang bercahaya, dan di sekelilingnya terdapat aura kebijaksanaan dan kedamaian. Biksu itu berkata kepada Rama dengan suara lembut namun tegas, "Kamu harus menemukan kunci rahasia ini," kata biksu itu. "Di sana, kamu akan menemukan takdirmu yang sejati."
Ketika Rama terbangun dari mimpinya, ia merasa ada sesuatu yang berbeda. Mimpi itu terasa begitu nyata, seolah-olah biksu tua itu benar-benar ada di hadapannya. Hatinya dipenuhi dengan semangat dan rasa penasaran yang mendalam. Ia tahu bahwa hidupnya tidak akan pernah sama lagi.
Pagi itu, Rama segera menemui orang tuanya. Dengan penuh keyakinan, ia menceritakan tentang mimpinya kepada mereka. "Ayah, Ibu, aku harus pergi ke Candi Borobudur. Ada sesuatu yang harus aku temukan di sana," katanya dengan suara tegas.
Ayah dan ibu Rama awalnya ragu. Mereka tidak mengerti sepenuhnya apa yang telah dilihat anak mereka dalam mimpinya, namun melihat tekad dan keberanian di mata Rama, mereka akhirnya memberi restu. "Pergilah, anakku," kata ayahnya. "Temukan apa yang kau cari. Kami akan selalu mendukungmu."
Dengan hati yang penuh harapan, Rama mengemasi beberapa barang dan bekal seadanya. Ia berpamitan kepada orang tuanya dan memulai perjalanannya menuju Candi Borobudur. Perjalanan itu tidak mudah, tetapi semangat Rama tidak goyah. Ia tahu bahwa di depan sana, takdirnya menantinya.
Di perjalanan, Rama bertemu dengan berbagai macam orang yang membantunya memahami lebih dalam tentang legenda Candi Borobudur. Seorang pedagang keliling yang ia temui di pasar bercerita tentang raja-raja kuno yang memerintah tanah Jawa dan bagaimana mereka memiliki hubungan dengan para dewa dan roh-roh alam. Seorang wanita tua di desa lain berbicara tentang kekuatan magis yang melindungi candi itu dari para penjajah dan bencana.
Semakin dekat ia dengan candi, semakin banyak pula petunjuk yang ia temukan. Hingga akhirnya, Rama tiba di sebuah desa kecil yang terletak tidak jauh dari Candi Borobudur. Di sana, ia bertemu dengan seorang gadis misterius bernama Sinta. Sinta memiliki pengetahuan mendalam tentang Candi Borobudur dan legenda yang mengitarinya. Mata Sinta yang cerah dan tajam memancarkan keingintahuan dan kebijaksanaan.
"Sinta, aku datang ke sini mencari jawaban atas mimpiku," kata Rama. "Aku merasa bahwa takdirku terikat dengan Candi Borobudur."
Sinta tersenyum penuh arti. "Aku juga merasa bahwa kedatanganmu di sini bukanlah kebetulan, Rama. Mungkin kita bisa membantu satu sama lain menemukan kebenaran yang kita cari."
Bersama-sama, Rama dan Sinta memulai perjalanan baru mereka, menyusuri setiap sudut dan celah Candi Borobudur, mencari petunjuk yang dapat mengungkap rahasia yang tersembunyi di balik keindahan dan kemegahan candi itu. Perjalanan mereka dipenuhi dengan tantangan, namun juga harapan dan pencerahan. Mereka tahu bahwa di ujung jalan ini, mereka akan menemukan takdir sejati mereka.
Dengan ditemani Sinta, Rama merasakan semangat yang semakin membara. Mereka berjalan menyusuri jalan-jalan setapak yang dipenuhi dengan aroma bunga dan dedaunan segar. Sinta menceritakan banyak hal tentang Candi Borobudur, termasuk cerita-cerita rakyat dan legenda yang ia dengar dari nenek moyangnya.
"Mereka bilang," kata Sinta, "bahwa Candi Borobudur bukan hanya sebuah candi. Ini adalah sebuah pesan yang disampaikan melalui batu dan seni, sebuah peta menuju pencerahan."
Rama mendengarkan dengan penuh perhatian. Setiap kata yang diucapkan Sinta menambah lapisan baru dalam pemahamannya tentang candi tersebut. Mereka terus berjalan, hingga akhirnya sampai di sebuah bukit kecil yang memberikan pemandangan luas ke arah Candi Borobudur.
"Candi itu terlihat begitu megah," kata Rama dengan takjub. "Bagaimana mungkin manusia bisa membangun sesuatu yang begitu indah?"
Sinta tersenyum. "Mungkin dengan sedikit bantuan dari kekuatan yang lebih besar," katanya sambil menatap candi dengan penuh rasa hormat.
Mereka memutuskan untuk mendekati candi dan mulai menjelajahi setiap relief dan patung yang menghiasi dinding-dindingnya. Setiap ukiran tampak menceritakan sebuah kisah, seolah-olah hidup dan bernapas di hadapan mereka. Rama merasa ada sesuatu yang menariknya ke arah bagian tengah candi.
"Tunggu di sini," kata Rama kepada Sinta. "Aku merasa ada sesuatu yang harus aku temukan di bagian tengah candi ini."
Sinta mengangguk dan mengikuti Rama dengan langkah hati-hati. Mereka terus berjalan hingga mencapai sebuah stupa besar di tengah-tengah candi. Di sana, Rama merasakan energi yang kuat dan aneh. Ia berlutut dan memejamkan mata, mencoba merasakan apa yang tersembunyi di dalam stupa tersebut.
Tiba-tiba, Rama mendengar suara lembut yang sangat dikenalnya. Suara biksu tua dari mimpinya. "Kamu sudah sangat dekat, Rama," suara itu berkata. "Tetaplah mencari. Kunci rahasia ini ada di dalam dirimu sendiri."
Rama membuka matanya dan melihat bahwa Sinta juga merasakan kehadiran yang sama. Mereka saling bertatapan dengan penuh pengertian. "Kita harus melanjutkan pencarian ini," kata Sinta. "Ada sesuatu yang lebih dalam di sini."
Mereka memutuskan untuk beristirahat sejenak sebelum melanjutkan penelusuran mereka. Malam itu, mereka berkemah di dekat candi, dengan bintang-bintang yang berkelap-kelip di langit sebagai atap mereka. Rama merasa bahwa setiap langkah yang diambilnya semakin mendekatkannya pada jawaban yang ia cari.
Ketika fajar menyingsing, Rama dan Sinta melanjutkan eksplorasi mereka. Mereka menemukan sebuah lorong tersembunyi yang tampaknya belum pernah dijamah oleh siapa pun. Lorong itu dipenuhi dengan ukiran-ukiran kuno yang menggambarkan perjalanan spiritual dan pencerahan.
Di ujung lorong, mereka menemukan sebuah pintu batu yang besar. Pintu itu tertutup rapat, tetapi ada ukiran yang tampak seperti simbol-simbol yang mereka lihat di mimpi Rama.
"Sinta, aku merasa kita harus membuka pintu ini," kata Rama. "Ini mungkin tempat yang kita cari."
Dengan penuh hati-hati, mereka mencoba menggeser pintu batu itu. Awalnya, pintu itu tidak bergerak, tetapi dengan tekad dan kekuatan yang tersisa, mereka berhasil membukanya. Di balik pintu itu, mereka menemukan sebuah ruangan yang dipenuhi dengan cahaya lembut. Di tengah ruangan, ada sebuah altar dengan sebuah naskah kuno yang diletakkan di atasnya.
Rama dan Sinta mendekati altar tersebut. Naskah kuno itu tampak sangat berharga dan penuh dengan tulisan yang tidak mereka kenali. Namun, ketika Rama menyentuh naskah itu, ia merasakan getaran aneh yang membuatnya memahami isi naskah tersebut.
Naskah itu menceritakan tentang seorang biksu agung yang menerima wahyu dari Buddha untuk membangun Candi Borobudur sebagai tempat suci bagi umat manusia. Candi itu harus menjadi simbol perdamaian dan kebijaksanaan. Biksu itu menggunakan kekuatan magis untuk memanggil para dewa dan roh alam untuk membantunya membangun Candi Borobudur.
"Sinta, ini dia," kata Rama dengan mata berbinar. "Ini adalah kunci rahasia yang kita cari. Ini adalah pesan perdamaian dan kebijaksanaan yang harus kita bagikan kepada dunia."
Sinta tersenyum dengan penuh kelegaan. "Kita telah menemukannya, Rama. Sekarang, mari kita bawa pesan ini kembali kepada orang-orang dan meneruskan warisan yang telah diberikan kepada kita."
Dengan hati yang penuh rasa syukur dan semangat baru, Rama dan Sinta meninggalkan ruangan tersebut, membawa naskah kuno yang berisi pesan perdamaian dan kebijaksanaan. Mereka tahu bahwa perjalanan mereka baru saja dimulai, dan bahwa tugas mereka adalah untuk membagikan pengetahuan ini kepada dunia.
Candi Borobudur, dengan segala keajaibannya, tetap berdiri kokoh sebagai simbol sejarah, budaya, dan spiritualitas. Legenda Rama dan Sinta akan terus hidup dalam hati setiap orang yang mendengar kisah mereka, mengingatkan kita akan pentingnya perdamaian, kebijaksanaan, dan perjalanan menuju pencerahan sejati.
Sidang pengadilan akhirnya memutuskan Damar sepenuhnya bersalah akibat melanggar Pasal 340 KUHP dihukum 20 tahun penjara dikurangi masa tahanan. Sesuai dengan tuntutan yang ditegaskan dalam pasal tersebut bahwa barang siapa dengan siapa dan dengan rencana terlebih dahulu merampas nyawa orang lain, diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama 20 tahun. Bu Retno pasrah menerima putra pertamanya dihukum akibat kesalahan yang diperbuat. Bagaimana pun, ia tak bisa menampik bahwa sang putra memang pantas untuk mendapatkan hukuman seperti ini. Meski begitu, wanita paruh baya itu tak kuasa menutupi kesedihannya. Ia sempat hampir pingsan di ruangan pengadilan ketika putusan vonis dibacakan oleh hakim ketua.Bayu sontak mendekap tubuh ibunya dan menuntunnya keluar agar lebih tenang. Mereka duduk di kursi tunggu yang tersedia di luar ruangan sidang. Sambil menunggu Damar keluar dan bersiap dibawa ke rutan tempat di mana pria itu dihukum.Se
“Syukurlah kamu tidak apa-apa, Dek.”Winda, istri dari Edo mengelus puncak kepala Gendis yang sudah pulang ke rumah kakak pertamanya tersebut bersama Dion juga. Meski hanya kakak ipar, tetapi wanita itu sudah menganggap adik-adik Edo ini seperti saudara kandung sendiri. Kini mereka berdua tengah berada di dalam kamar yang sering dipakai Gendis saat menginap ketika di rumah Edo.Gendis tersenyum dan mengangguk. Benar, ia pun kini merasa bersyukur masih diberikan keselamatan oleh Yang Maha Kuasa. Dua kali nyawanya hampir saja melayang, membuat wanita itu merasa ini semua hanyalah mimpi. Akan tetapi, tak seperti itu, dirinya melalui hal yang nyata.Dua kali dirinya hampir saja mati gara-gara orang yang sama membuat hati Gendis sakit luar biasa. Ia sungguh tak mengenali Damar lagi. Pria itu telah betul-betul berubah menjadi pria yang kejam dan ambisius. Hanya demi harta dan kekuasaan, mantan suaminya ini bisa melakukan segala cara, bahkan menghabisi orang-orang yang pernah menjadi bagian
“Aku tahu siapa orang dibalik kebakaran ini.”Bayu datang menyibak kerumunan warga yang memenuhi tempat kejadian perkara tersebut. Sebelumnya, ia tak sengaja mendengar rencana kriminal Damar dan Vivian. Pemuda tersebut bergegas pergi ke rumah Dion dan hendak menghentikan segala rencana busuk sang kakak. Akan tetapi, ternyata semuanya telah terlambat. Hunian di mana Gendis, Dion dan Edo berada telah ludes dilahap jago merah.Awalnya pria muda tersebut panik, tetapi ketika mendengar semuanya selamat meski harus mendapatkan pertolongan dengan dibawanya Gendis dan Dion ke rumah sakit bersama salah satu tetangga yang ada, Bayu merasa lega luar biasa.Sampai, dia mendengar percakapan antara Pak RT dan Edo, dirinya yang menjadi saksi kunci kejahatan sang Kakak langsung mendekat.“Bayu? Sedang apa kamu di sini?”“Itulah yang akan Kujelaskan. Setengah jam yang lalu, aku baru mengetahui rencana pembakaran rumah ini. Maafkan aku, Mas. Aku tak bisa menghentikan segalanya. Saat datang, semuanya te
“Sial*n. Bisa-bisanya mereka menekanku di ruang rapat dan mengatakan kalau aku tak becus memimpin perusahaan ini. Padahal, siapa yang sudah membesarkan perusahaan sampai seperti sekarang?” gerutu Damar di hadapan Vivian. Tangannya yang mengepal meninju udara dan menggebrak meja di ruangannya.“Sudahlah, Mas. Tenangkan dirimu sekarang. Kamu jangan marah-marah lagi. Salah Mas sendiri kenapa tender sebesar itu bisa lolos. Apalagi, akhir-akhir ini Mas Damar seperti orang yang linglung dan banyak melamun.” Mendengar perkataan sang kekasih, Damar mendengus kasar. Pikirannya kini sedang kacau di tambah ucapan Vivian yang sama memojokkan dan menyalahkannya semakin dibuat pusing.Namun, yang Vivian katakan itu benar. Setelah menandatangani surat cerai beberapa Minggu yang lalu, Damar seolah kehilangan fokus. Dalam hati kecilnya bergejolak perasaan marah, dendam dan juga kehampaan. Kenapa setelah kehilangan Gendis, pria itu merasakan kembali rindu yang menyiksa. Namun, mantan istrinya sama se












Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.