Home / Rumah Tangga / Kebohongan Busuk Suamiku / Bab 3. Benarkah Mulai Berubah?

Share

Bab 3. Benarkah Mulai Berubah?

Author: Nuri522
last update Last Updated: 2023-06-21 11:54:41

Gendis terkejut dengan apa yang telah ditemukannya. Wanita itu terperangah tak percaya saat melihat isi kotak berbahan beludru tersebut. Sebuah cincin berlian dengan desain yang terlihat berkelas, sangat indah menurut siapa pun yang melihat. Pasti, harganya sangat mahal sekali. Kira-kira benda itu milik siapa? Kenapa sampai ada di jas suaminya?

'Apa mungkin ...?'

‘Ah, mungkin itu hanya perasaanku saja. Mas Damar tidak seperti yang kupikirkan, kok,' bantah Gendis dalam hati. Batinnya berkecamuk, perasaan tidak nyaman hampir menjejali hatinya. Gendis mulai curiga, tetapi ia tepis kembali pikiran itu.

“Sudah ketemu, Sayang?” tanya Damar dengan wajah memucat kala melihat istrinya telah menemukan barang yang dia rahasiakan. Jika, bukan untuk Gendis. Lantas untuk siapa benda tersebut?

Beberapa detik kemudian, Damar dapat menguasai dirinya kembali, menyembunyikan rasa panik serta gugupnya. Ia berpura-pura santai padahal hatinya sungguh tidak tenang. Jantungnya memompa lebih cepat seolah pria itu telah mengikuti lari maraton dengan jarak yang jauh.

“Ini punya siapa, Mas?” tanya Gendis dengan nada menyelidik. Tatapannya tajam meminta penjelasan. Sedangkan sang suami mulai menghampiri Gendis.

“Itu buat kamu, kok, Sayang. Mas sengaja beli. Tadinya Mas mau kasih kamu surprise, tapi malah ketahuan duluan,” jelas Damar dengan terbata-bata. Pria itu masih sibuk menenangkan ritme jantungnya yang berdetak tidak karuan.

“Really?” tanya Gendis? Dia menyipitkan matanya meminta kepastian sekali lagi.

“Sure, Honey.” Mendengar kata-kata Damar, Gendis tersenyum lebar. Matanya berbinar menatap wajah sang suami. Wanita itu seketika memeluk tubuh Damar dan mengucapkan terima kasih, pun mengecup bibir suaminya sekilas.

“Makasih, ya, Mas, atas kejutannya. Aku suka banget cincin ini. Mas mau pakaikan dijariku?” tawar Gendis yang langsung dibalas dengan anggukan suaminya.

Damar menyematkan cincin tersebut di jari manis Gendis, berdempetan dengan cincin pernikahan, mereka berdua.

“Iya, Sayang,” Damar mengangguk dengan sorot mata yang menatap kosong. Ia seperti sedang memikirkan sesuatu. Seolah jiwanya sedang tidak bersama Gendis.

Karena ajakan istrinya itu, Damar baru tersadar dan mengikuti Gendis.

Damar, mentransfer sejumlah uang yang ibunya minta. Membuat Bu Retno kembali mengulas senyum bahagia.

**

“Aku baik-baik saja, Wid. Alhamdulillah. Kamu gimana di sana? Jangan lupa bawa oleh-oleh ya, dari Maldives.” Gendis senang sekali, Widya sahabatnya yang baru saja menikah beberapa Minggu lalu mengabarinya, kalau dia sedang bulan madu di Maldives.

Sebuah pulau impian kedua wanita itu. Gendis dan sahabatnya tersebut, pernah bercita-cita untuk pergi ke sana saat berbulan madu. Sayangnya, Gendis tidak dapat memenuhi impiannya dikarenakan mendapatkan kabar duka sehari setelah dirinya menikah dengan Damar.

Ayahnya yang sakit liver mengembuskan napas terakhirnya di Rumah Sakit pada hari kedua Gendis dan Damar baru saja sah menjadi suami istri. Itu yang membuat pasangan tersebut membatalkan rencana bulan madu mereka ke Maldives dengan alasan masih berkabung.

Pun, setelah suasana berkabung selesai, rencana mereka tidak kunjung terealisasi. Damar dengan seribu alasan selalu menolak keinginan istrinya. Ia mulai sibuk dengan urusan kantor dan ini itu. Apalagi, semenjak dirinya diangkat menjadi CEO di perusahaan milik Papa Gendis.

Wanita itu harus mengubur mimpinya untuk memenuhi impiannya. Bagi Gendis, kini yang terpenting bukan bulan madu yang membuat hubungan di antara suaminya dan dia semakin erat. Namun, saling mengerti satu sama lain, itu yang paling penting. Dan hal tersebut yang sedang Gendis lakukan.

Kesibukan Damar semakin menjadi, kala pria itu menyatukan perusahaan miliknya dan Gendis menjadi satu perusahaan yang besar. Awalnya, Gendis pun memiliki jabatan yang cukup tinggi di perusahaan mereka. Menjadi seorang CFO atau bisa disebut manajer keuangan. Seseorang yang bertanggung jawab atas seluruh aktivitas keuangan di perusahaan.

Namun, seiring program kehamilan yang direncanakan pasangan itu, membuat Damar meminta istrinya untuk berhenti bekerja. Ia ingin Gendis fokus untuk mengurus diri sendiri dan keluarga, terutama dirinya sebagai suami.

Damar pikir, Gendis susah hamil karena terlalu lelah bekerja. Padahal, bagi wanita itu, pekerjaan rumah lebih melelahkan dari pada bekerja di perusahaan. Akan tetapi, Gendis tidak ingin membantah ucapan sang suami. Dia ingin memanjakan Damar mulai sekarang dan mengurus keluarganya secara maksimal. Pun, berharap program kehamilannya berjalan dengan sukses.

Di luar dugaan, ternyata tiga bulan kemudian, Gendis dinyatakan positif hamil. Hal itu membuat wanita tersebut semakin yakin dengan ucapan suaminya.

Ia mulai mempercayai dan menyerahkan segala urusan kantor secara penuh kepada sang suami. Toh, ia tahu Damar seorang pebisnis yang pandai. Pria itu pasti bisa mengurus segalanya tanpa dirinya. Gendis hanya ingin menjadi ibu rumah tangga yang diimpikan sang suami.

Kembali kepada percakapan antara Gendis dan Widya, sahabatnya itu tentu saja mengiyakan permintaan Gendis.

“Iya, babe. Tenang saja, aku dan Mas Aris pasti bawakan kamu sesuatu. Oleh-oleh yang paling spesial. Oh iya, Dis. Gimana kesehatan keponakanku? Sehatkan?”

“Alhamdulillah baik, Wid. Kata dokter semuanya normal dan sehat.”

“Syukur deh, Dis. Aku tadinya sempat khawatir lho sama keadaan kamu. Apalagi setiap hari kamu mengerjakan pekerjaan ibu rumah tangga sendiri. Kenapa enggak pakai asisten rumah tangga aja, sih? Si Damar itu, ya. Tega banget, masa istrinya yang lagi hamil disuruh kerja berat sendiri?”

Gendis menggeleng membantah ucapan sahabatnya itu. Dia tidak suka kalau Widya menyalahkan Damar, suaminya.

“Wid. Ini bukan salah Mas Damar, kok. Aku yang mau sendiri. Lagi pula, sekarang susah sekali cari asisten rumah tangga yang bisa dipercaya. Kami sudah mencarinya dari pas aku ketahuan hamil. Tapi, sampai sekarang belum nemu juga,” bantah Gendis membuat Widya hanya bisa menghela napas gusar.

“Iya, deh, iya. Awas saja jaga kesehatanmu, ya. Aku mau bermesraan lagi dengan Mas Aris. See you,” pamit Widya sambil nyengir di layar ponsel.

“Beuh. Yah lagi kasmaran dan masih anget-angetnya jadi pengantin baru. Sana gih jagain suaminya jangan sampai jauh-jauh. Nanti malah kecantol cewek cantik tahu rasa,” goda Gendis dengan wajah jahilnya. Apalagi setelah melihat reaksi sahabatnya itu yang cemberut membuat wanita itu tertawa lepas.

“Aku suka Gendis yang tertawa lepas seperti ini. Sudah lama sekali aku enggak lihat kamu kek gini, seperti bukan Gendis yang dulu.” Mendengar ucapan Widya gendis seketika terdiam. Apa iya dia berubah?

Wanita itu mengingat kapan saja terakhir kali ia tertawa lepas tanpa beban. Saat obrolan sudah mulai tidak nyaman. Widya segera pamit dan menutup panggilan videonya dengan salam.

Sejenak Gendis berpikir. Kata-kata Widya sahabatnya kembali berdengung dan diputar berulang-ulang bagai sebuah kaset. Namun, seketika lamunan Gendis buyar kala ponsel milik wanita itu kembali bergetar. Ia menggeser tombol hijau di ponsel tersebut.

“Apa benar ini dengan ibu Gendis?” tanya seseorang di seberang sana.

“Iya benar. Saya sedang berbicara dengan siapa, ya?”

“Mohon maaf, Bu. Kami dari rumah sakit Citra Medika ingin mengabarkan kalau suami ibu bernama Damar Putra Prasetyo mengalami cedera dan sedang di rawat di Rumah Sakit kami.”

Gendis bergeming mengingat kabar yang baru saja dia dengar.

Bersambung.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kebohongan Busuk Suamiku   Bab 30.

    Sidang pengadilan akhirnya memutuskan Damar sepenuhnya bersalah akibat melanggar Pasal 340 KUHP dihukum 20 tahun penjara dikurangi masa tahanan. Sesuai dengan tuntutan yang ditegaskan dalam pasal tersebut bahwa barang siapa dengan siapa dan dengan rencana terlebih dahulu merampas nyawa orang lain, diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama 20 tahun. Bu Retno pasrah menerima putra pertamanya dihukum akibat kesalahan yang diperbuat. Bagaimana pun, ia tak bisa menampik bahwa sang putra memang pantas untuk mendapatkan hukuman seperti ini. Meski begitu, wanita paruh baya itu tak kuasa menutupi kesedihannya. Ia sempat hampir pingsan di ruangan pengadilan ketika putusan vonis dibacakan oleh hakim ketua.Bayu sontak mendekap tubuh ibunya dan menuntunnya keluar agar lebih tenang. Mereka duduk di kursi tunggu yang tersedia di luar ruangan sidang. Sambil menunggu Damar keluar dan bersiap dibawa ke rutan tempat di mana pria itu dihukum.Se

  • Kebohongan Busuk Suamiku   Bab 29. Pasca Kebakaran

    “Syukurlah kamu tidak apa-apa, Dek.”Winda, istri dari Edo mengelus puncak kepala Gendis yang sudah pulang ke rumah kakak pertamanya tersebut bersama Dion juga. Meski hanya kakak ipar, tetapi wanita itu sudah menganggap adik-adik Edo ini seperti saudara kandung sendiri. Kini mereka berdua tengah berada di dalam kamar yang sering dipakai Gendis saat menginap ketika di rumah Edo.Gendis tersenyum dan mengangguk. Benar, ia pun kini merasa bersyukur masih diberikan keselamatan oleh Yang Maha Kuasa. Dua kali nyawanya hampir saja melayang, membuat wanita itu merasa ini semua hanyalah mimpi. Akan tetapi, tak seperti itu, dirinya melalui hal yang nyata.Dua kali dirinya hampir saja mati gara-gara orang yang sama membuat hati Gendis sakit luar biasa. Ia sungguh tak mengenali Damar lagi. Pria itu telah betul-betul berubah menjadi pria yang kejam dan ambisius. Hanya demi harta dan kekuasaan, mantan suaminya ini bisa melakukan segala cara, bahkan menghabisi orang-orang yang pernah menjadi bagian

  • Kebohongan Busuk Suamiku   Bab 28. Buron

    “Aku tahu siapa orang dibalik kebakaran ini.”Bayu datang menyibak kerumunan warga yang memenuhi tempat kejadian perkara tersebut. Sebelumnya, ia tak sengaja mendengar rencana kriminal Damar dan Vivian. Pemuda tersebut bergegas pergi ke rumah Dion dan hendak menghentikan segala rencana busuk sang kakak. Akan tetapi, ternyata semuanya telah terlambat. Hunian di mana Gendis, Dion dan Edo berada telah ludes dilahap jago merah.Awalnya pria muda tersebut panik, tetapi ketika mendengar semuanya selamat meski harus mendapatkan pertolongan dengan dibawanya Gendis dan Dion ke rumah sakit bersama salah satu tetangga yang ada, Bayu merasa lega luar biasa.Sampai, dia mendengar percakapan antara Pak RT dan Edo, dirinya yang menjadi saksi kunci kejahatan sang Kakak langsung mendekat.“Bayu? Sedang apa kamu di sini?”“Itulah yang akan Kujelaskan. Setengah jam yang lalu, aku baru mengetahui rencana pembakaran rumah ini. Maafkan aku, Mas. Aku tak bisa menghentikan segalanya. Saat datang, semuanya te

  • Kebohongan Busuk Suamiku   Bab 27. Kembali Berulah

    “Sial*n. Bisa-bisanya mereka menekanku di ruang rapat dan mengatakan kalau aku tak becus memimpin perusahaan ini. Padahal, siapa yang sudah membesarkan perusahaan sampai seperti sekarang?” gerutu Damar di hadapan Vivian. Tangannya yang mengepal meninju udara dan menggebrak meja di ruangannya.“Sudahlah, Mas. Tenangkan dirimu sekarang. Kamu jangan marah-marah lagi. Salah Mas sendiri kenapa tender sebesar itu bisa lolos. Apalagi, akhir-akhir ini Mas Damar seperti orang yang linglung dan banyak melamun.” Mendengar perkataan sang kekasih, Damar mendengus kasar. Pikirannya kini sedang kacau di tambah ucapan Vivian yang sama memojokkan dan menyalahkannya semakin dibuat pusing.Namun, yang Vivian katakan itu benar. Setelah menandatangani surat cerai beberapa Minggu yang lalu, Damar seolah kehilangan fokus. Dalam hati kecilnya bergejolak perasaan marah, dendam dan juga kehampaan. Kenapa setelah kehilangan Gendis, pria itu merasakan kembali rindu yang menyiksa. Namun, mantan istrinya sama se

  • Kebohongan Busuk Suamiku   Bab 26. Ketegasan Gendis

    Alunan musik lembut menggema ke seluruh ruangan di restoran di mana Gendis berada. Suara lantunan merdu dari penyanyi pria di atas podium membuat suasana hati wanita itu menjadi tenang.Ia melirik ke arah meja yang paling ujung di sini. Melihat dua orang pria yang berpenampilan seperti penguntit.Gendis menggelengkan kepalanya mengetahui kedua orang itu tidak lain kakak-kakaknya. Edo dan Dion sengaja mengikuti Gendis hanya untuk memastikan adiknya itu baik-baik saja.Wanita itu merasa, apa yang dilakukan kedua kakaknya sungguh konyol. Namun, hatinya seketika menghangat. Ia sungguh terharu dan merasa beruntung memiliki saudara yang menyayanginya.Dibandingkan harta, Gendis merasa ikatan persaudaraan lebih berharga dari apa pun. Sedangkan di tempat parkir, Damar keluar dari mobilnya setelah kendaraan itu terparkir. Pria itu tak henti-hentinya melengkungkan senyuman. Ia sungguh tidak sabar untuk bertemu dengan Gendis.Ada perasaan rindu yang tiba-tiba saja muncul di hatinya setelah men

  • Kebohongan Busuk Suamiku   Bab 25. Rencana Berpisah

    Dengan bantuan Edo, kakaknya Gendis. Kali ini Bayu dapat menempati posisi wakil Direktur di bawah jabatan Damar sang kakak. Apalagi posisinya yang cukup kuat karena memiliki saham perusahaan hampir enam puluh persen bila di satukan dengan saham milik Edo dan Gendis. Siang itu, saat rapat redaksi dadakan diadakan. Damar terkejut ketika Bayu masuk ke perusahaan. Pada hari itu pula, para pemegang saham di perusahaan tersebut memilih Bayu sebagai wakil direktur menggantikan posisi wakil direktur yang baru resign dari perusahaan.Sebenarnya, itu semua telah Edo atur sebelumnya. Kakak Gendis tersebut telah menyuruh wakil direktur sebelumnya untuk resign dari perusahaan dan sebagai gantinya akan diangkat mendapatkan posisi direktur utama di perusahaan cabang milik Edo. Tentu saja membuat orang tersebut tidak bisa menolak tawarannya.Mana mungkin, ia akan menyia-nyiakan kesempatan sebagus ini. Seminggu sebelum Bayu masuk ke perusahaan, wakil direktur tersebut resign dari kantor. Untungnya, s

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status