Home / Urban / Ah! Mantap Mas Ramli / Bab 7 Permainan dimulai

Share

Bab 7 Permainan dimulai

Author: Miss Luxy
last update Last Updated: 2025-10-28 08:37:17

"Eh... Bisa request juga?" jawab Vina sambil berjalan mundur mengimbangi langkah kaki Ramli yang terus mendekat.

"Tentu saja, Bu. Mari kita mulai, biar waktunya cukup sampai jam sembilan!" kata Ramli dengan sangat percaya diri. Vina sendiri makin gugup dan bingung harus memulainya dari mana.

"Kita mulai dari mana dulu? Aku masih bingung!" jawab Vina sambil menatap perut Ramli yang kotak-kotak. Sejujurnya, baru kali ini ia melihat tubuh laki-laki yang berotot dan sixpack.

"Bukannya Bu Vina sudah sering melakukannya dengan Pak Rangga? Kenapa harus tanya saya dulu?" Ramli memberikan pertanyaan sambil memegangi dan mencium rambut Vina yang panjang dan harum.

Spontan, Vina yang merasa tidak nyaman, wanita itu langsung menepis tangan Ramli.

"Jangan pegang-pegang!" ucapnya ketus.

"Cuma pegang rambut kepala saja masa nggak boleh? Padahal nanti saya malah pegang rambut lainnya yang nggak sepanjang rambut kepala Bu Vina," celetuk pria itu.

Vina makin dibuat geregetan dengan ucapan Ramli yang agak-agak menjurus dan sensitif.

"Diam! Jangan bercanda! Aku tidak suka kamu pegang-pegang rambutku!" ucapan Vina ketus dan lagi-lagi membuat Ramli tertawa.

"Kalau saya nggak boleh megang Bu Vina, gimana saya mau transfer benih saya ke rahim ibu? Itu cuma dipegang rambutnya, Bu Vina udah mencak-mencak, belum saya pegang yang lainnya, pasti Bu Vina bakal ngamuk!" jawab Ramli dengan santainya.

Vina kembali merasa gelisah dan apa yang dikatakan oleh Ramli memang ada benarnya.

Dirinya memang tidak terbiasa disentuh oleh laki-laki lain selain suaminya sendiri.

Kesetiaan selalu ia nomor satukan.

"Emmmm a-aku tidak terbiasa disentuh laki-laki lain. Aku harap kamu bisa mengerti!" jawab Vina.

Ramli tersenyum sambil terus mendekati Vina yang terlihat gugup.

Kini, pria itu berada di depan Vina hanya dengan jarak sejengkal saja.

"Ya, sekarang Bu Vina harus belajar disentuh sama saya. Pak Rangga aja ngizinin kita berhubungan intim, jadi ya Bu Vina harus bisa menerima saya malam ini... Apa saya yang harus memulainya? Tapi, saya tidak akan menyentuh Anda duluan sebelum Bu Vina memberikan izin!" tawar Ramli sembari tersenyum manis, ia masih bersikap sopan dengan meminta izin terlebih dahulu.

Dag dig dug jantung Vina makin berguncang.

Ramli memang tidak terlalu tampan, tapi entah kenapa senyum pria itu terlihat sangat manis. Padahal warna giginya tidak putih-putih amat.

Vina masih gugup plus bingung.

Sungguh, ini di luar komitmennya tentang kesetiaan. Wanita itu memegang keras faham kesetiaan dan ketaatan kepada suami. Tapi jika suaminya sendiri yang meminta, dia bisa apa!

Di saat kebingungan melanda Vina. Tiba-tiba ponselnya mengirim notifikasi pesan dari sang suami.

"Emmm bentar, aku lihat ponsel dulu!" Vina pamit dan segera mengambil ponselnya yang berada di dalam tasnya.

Wanita itu kini membelakangi Ramli yang masih sabar menunggu sang majikan untuk siap.

Vina tersenyum saat ia mendapatkan pesan dari sang suami, ia berharap suaminya memberi kabar baik.

Lalu, Vina membuka pesan tersebut.

Senyum manis yang awalnya terukir di bibir mungilnya. Kini berganti menjadi senyum kecut yang memaksa Vina harus ikhlas dan pasrah.

Rangga mengirimkan beberapa foto anak-anak Ramli yang ada di desa.

Terlihat dua anak laki-laki dan satu anak perempuan yang ada di tengah. Kemudian, anak perempuan yang wajahnya mirip dengan Ramli namun versi cantik, adalah anak kedua dari tiga bersaudara itu.

Rangga memberikan penjelasan bahwa keturunan Ramli tidak buruk. Bahkan cenderung sangat berkualitas.

Anak pertama Ramli adalah cowok yang masih duduk di bangku sekolah dasar kelas tiga, sedangkan anak keduanya, baru akan naik ke kelas satu, sementara anak terakhir, masih berusia satu setengah tahun.

"Jangan ragu lagi, Sayang. Kau lihat anak pertama Ramli! Fisiknya kuat mirip bapaknya, tinggi badannya juga oke, umur segitu tinggi badan kayak anak udah SMP. Bayangan nanti anak kita juga tinggi seperti anaknya Ramli. Pasti dia bakal jadi pria yang gagah. Benih Ramli nggak kaleng-kaleng, sayang. Ayo buruan!"

Vina membaca chat dari suaminya sambil memijit pelipisnya. Wanita itu lalu menutup ponselnya dan meletakkan kembali di dalam tasnya yang ada di atas ranjang. Sambil menghela nafas berat, dia pikir mungkin ini waktunya melakukan itu dengan Ramli.

Entahlah, apakah tubuhnya akan menolak pria itu atau menerimanya.

Ramli masih setia berdiri di belakang Vina. 

Vina pun tidak punya pilihan lain. Ia pun meminta Ramli untuk memulainya terlebih dahulu.

"Baiklah, kamu saja yang mulai. Aku sedang malas!" titah Vina memberikan izin kepada Ramli agar pria itu menyentuhnya.

"Baiklah, Bu Vina. Saya akan mematuhi perintah Anda! Mohon jangan ditahan, Bu Vina rileks saja. Jangan khawatir, saya tidak mungkin menyakiti Anda!" jawab Ramli. Pria itu berjalan mendekati Vina yang berada tiga langkah di depannya.

Vina sendiri nampak meremas tangannya karena hari ini ia akan memberikan tubuhnya untuk pria lain.

Hanya butuh satu detik,Ramli sudah berdiri tepat di depan Vina. Ramli berbisik di belakang tengkuk wanita itu. Suaranya yang pelan membuat Vina tiba-tiba merinding.

"Bu Vina siap?"

Vina mengangguk sambil memejamkan matanya.

Entahlah, apa mungkin ia akan terus memejamkan mata seperti perintah suaminya saat Ramli sedang melakukan tugasnya.

Senyum terukir dari bibir pria itu.

Ramli tidak menampik jika istri majikannya memang sangat cantik, seksi dan masih muda. Mungkin lima tahun lebih muda darinya.

Pria itu mengawalinya dengan menyentuh pundak Vina. Napas Vina semakin sesak, tangan besar itu telah menyentuh kulit pundaknya.

Tangan Ramli terasa kasar, sebagai pelayan tentu saja ia diwajibkan untuk bisa melakukan pekerjaan rumah.

Namun, meskipun begitu, ada sensasi geli-geli aneh kala tangan itu mengusap lengan Vina sampai akhirnya turun ke bawah, menggenggam tangan Vina erat.

Demi apa pun, genggaman tangan Ramli, rasanya sangat berbeda tidak seperti bagaimana Rangga yang melakukannya.

Ramli tahu jika Vina sangat gugup, pria itu pun berusaha untuk membuat Vina senyaman mungkin.

Dengan segala kemampuan yang dimilikinya. Ramli akan memberikan pelayanan terbaik untuk sang majikan.

Ujung bibirnya yang berwarna sedikit menghitam, mulai mengecup pundak Vina dari ujung sampai ke pangkal leher.

Panas dingin tiba-tiba mendera tubuh Vina.

Bulu-bulu halus yang tumbuh di wajah Ramli menambah sensasi geli bercampur aliran aneh yang tiba-tiba menuju ujung syaraf.

Kecupan itu tidak berhenti di sana, Ramli meningkatkan kecupannya, naik ke leher atas dengan gerakan yang super lembut dan begitu mengalun.

Vina yang semula cuma diam sambil memejamkan matanya, akhirnya wanita itu mengeluarkan suara desahannya yang manja.

"Ahhhh!"

Sementara salah satu tangan Ramli, berpindah tempat ke arah yang lebih berbahaya.

Tangan kokoh itu merambat dan menyibak rambut Vina sedangkan tangan satunya melingkar pada pinggang Vina yang ramping. Mendekatkannya pada tubuh Ramli yang sudah siap untuk melayani dan menghamili sang majikan.

Vina makin meremang, awalnya ia yakin tidak akan bisa tertarik dengan sentuhan pria desa itu.

Tapi nyatanya, Vina mulai merasakan getaran-getaran aneh yang menginginkannya untuk disentuh lebih dalam.

Ciuman Ramli masih menelusuri leher Vina yang jenjang, apalagi saat ini punggung mulus itu terpampang jelas di depan mata.

Satu tangan Ramli bergerak, membuka resleting gaun yang dikenakan oleh sang majikan.

Gaun yang langsung dipakai tanpa dalaman, memudahkan Ramli untuk menyentuh kulit cantik Vina yang begitu menggoda.

Suara resleting yang terbuka menunjukkan bahwa gaun yang dikenakan Vina telah terpisah dari kulit tubuhnya.

Wanita itu membelalakkan matanya saat ia merasa bahwa gaunnya akan terlepas dari tubuh.

Matanya kembali terpejam saat merasakan sesuatu yang lembut menyentuh punggungnya.

Iya, Ramli memberikan kecupan mesra di punggung Vina, pelan bergerak dari atas lalu turun, hingga akhirnya ciuman itu berakhir di pinggang belakang Vina seiring jatuhnya gaun malam yang Vina kenakan.

BERSAMBUNG

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (9)
goodnovel comment avatar
Yatno
lanjut kak,ceritanya memang ok
goodnovel comment avatar
Yatno
lanjut kak,mantap ceritanya
goodnovel comment avatar
Yatno
lanjut kak
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Ah! Mantap Mas Ramli   Bab 143 ingin bercinta

    Sementara itu di tempat lain, Tuan Andreas sedang berbicara dengan sang anak tentang pelayan itu, tiada lain adalah Ramli. Mereka mengobrol di ruangan kerja tempat di mana Vina biasanya menyelesaikan pekerjaan kantornya di sana. "Papa mau ngomong apa, habis ini aku mau tidur, ngantuk dan capek banget!" kata Vina mengawali obrolan mereka. "Sebenarnya Papa tidak mau mencampuri urusan kalian, hanya saja kali ini Papa harus meluruskan sesuatu agar kamu tidak salah arah, Vin. Apalagi saat ini kamu sedang hamil cucu-cucu Papa!" ucap Tuan Andreas dengan serius. Vina menghela napas dan ia tahu kw mana arah pembicaraan sang papa. "Tentang Ramli?" jawab Vina to the point. "Iya, seharusnya kamu sebagai istri harus bisa menjaga diri. Ramli itu cuma pembantu, Vina. Dia cuma pelayan kampung yang miskin. Papa tuh cuma nggak mau kamu jadi ketergantungan pada pria itu. Toh, dia bukan ayah bayimu, ayahnya adalah Rangga, harusnya kamu bisa sadar dong!" kata Tuan Andreas. Rasanya Vina

  • Ah! Mantap Mas Ramli   Bab 142 Ramli punya keluarga

    Ayu dan Bagas terkejut saat melihat Romi yang sedang menangis. Kedua bocah itu pun heran kenapa Romi menangis. "Pak Dhe Romi kenapa tuh, kak? Kok nangis, ya!" bisik Ayu pada sang kakak. Bagas ikut menoleh dan melihat bagaimana kedua mata Romi yang memerah karena sedang menangis. "Nggak tahu tuh, Dek," jawab Bagas sambil mengangkat bahunya. Lalu Ayu memberanikan diri untuk bertanya kepada Romi. Gadis kecil itu berjalan mendekati Romi sambil melihat wajah pria itu dengan tatapan menyelidik. "Pak Dhe kenapa? Nangis?" tanya Ayu. Spontan Romi terkejut saat bocah itu tiba-tiba berdiri di hadapannya. Seketika Romi langsung menunjukkan senyumnya dan pura-pura tidak terjadi apa-apa. "Eh, siapa yang nangis, enggak kok!" jawabnya mengelak. "Lah itu matanya merah, hidungnya juga merah. Pak Dhe nangisin apa?" tanya Ayu dengan lugunya. Bagas pun ikut mendekati Romi dan berdiri di samping sang adik. "Iya loh, Pak Dhe nangis! Itu hidungnya jadi mekar kayak jambu!" imbuh Bagas sambil menunju

  • Ah! Mantap Mas Ramli   Bab 141 kangen ibu

    "Oke!" Vina mengiyakan permintaan sang Papa. Di sisi lain Rangga sangat kesal karena Ramli masih dilindungi istrinya. Usahanya kali ini gagal untuk mempengaruhi Tuan Andreas, tapi dia tidak akan tinggal diam. Rangga akan terus berusaha untuk menyingkirkan Ramli dari rumah mereka. Sementara itu Ramli kembali ke kamarnya, pertemuannya dengan Tuan Andreas untuk kali kedua cukup membuatnya teringat lagi akan kedua orang tuanya yang meninggal gara-gara pria itu. Jika teringat Tuan Andreas, dendamnya tidak mungkin bisa padam meskipun anak pria itu sudah membuatnya jatuh cinta. Ramli masuk ke kamarnya, pria mengepalkan kedua tangannya lalu ia meninju dinding untuk melampiaskan kemarahannya. Wajahnya sangat tegang dan berkali-kali ia memukuli benda padat dan kuat itu. Tak bisa dielakkan jika tangannya menjadi berdarah. Sakit, perih dan ngilu. Namun rasa sakit itu tidak sebanding dengan penderitaan yang dirasakan oleh kedua orang tuanya menjelang ajal. Tubuh Ramli bergetar, ia menunduk

  • Ah! Mantap Mas Ramli   Bab 140 hanya karena seorang pelayan

    Rangga langsung panik, apa yang dikatakan oleh istrinya bisa-bisa membuat Tuan Andreas curiga. Pria itu segera membalas ucapan sang istri. "Emmm Vina, mak-maksud aku tadi. Ramli itu kan tugasnya di rumah buat bersih-bersih, bantuin Pak Sarip dan mbok Yem, jadi pekerjaan dia di rumah udah banyak, kalau kamu maksa dia jadi bodyguard ya kasihan lah, biar nanti aku sewa bodyguard lain, ya!" ucap Rangga agar sang istri tidak terlalu membicarakan tentang dirinya dan Audrey di depan Tuan Andreas. Vina memutar bola matanya mendengar alasan yang tak jelas dari suaminya, ia tahu itu cuma alasan suaminya saja. "Hah, sudahlah. Aku mau istirahat!" sahut Vina yang sudah muak dengan kebohongan suaminya, lalu ia menoleh ke arah Ramli, "Ramli, kamu bisa pergi ke kamarmu dan istirahatlah, supaya besok kamu bisa bekerja lagi. Terima kasih sudah mau menjagaku hari ini!" lanjutnya sambil tersenyum pada sang pelayan. "Baik, Bu!" jawab Ramli mengangguk, lalu pria itu segera pergi menuju ke kamarnya.

  • Ah! Mantap Mas Ramli   Bab 139 aku cuma mau Ramli

    Sandra sendiri juga sedikit cemas karena kehadiran Tuan Andreas. Wanita itu merapat ke suaminya sambil berbisik-bisik. "Mas, gimana ini?" kata Sandra yang merasa khawatir jika Tuan Andreas melakukan sesuatu pada Ramli. "Ya nggak gimana-gimana!" jawab Edi berusaha untuk tetap tenang. "Tapi matanya itu loh, Mas. Menakutkan kayak orang yang mau kesetanan!" kata Sandra lagi. "Iya juga sih!" Edi mengiyakannya. Dan tak lama kemudian, Vina mulai membuka pintu mobil, lalu dengan pelan sambil memastikan bajunya sudah rapi, wanita itu lalu turun. Begitu juga dengan Ramli yang juga turun beberapa detik setelah Vina. "Tuh kan, Pa. Mereka malah duduk bareng di belakang. Sudah pasti si jongos sialan itu sedang merayu istriku!" bisik Rangga pada Tuan Andreas saat tahu Vina dan Ramli keluar dari mobil hampir bersamaan. "Hmmmm!" Tuan Andreas langsung menatap wajah Ramli. Sungguh, pria itu merasa jika Ramli mengingatkan dirinya pada seseorang yang tak lain adalah musuh besarnya sen

  • Ah! Mantap Mas Ramli   Bab 138 dijebak

    Sementara itu di kediaman rumah Rangga, Tuan Andreas sudah datang dan menunggu kedatangan sang putri yang katanya sedang pergi bersama Ramli. Namun, justru pria itu dikejutkan dengan kedatangan Rangga dalam keadaan kepalanya yang diperban. Rangga menjelaskan jika itu adalah ulah istrinya sendiri dengan alasan karena Vina tak ingin Rangga melarangnya pergi bersama pelayan itu. Karena bagaimanapun juga tidak sepantasnya majikan perempuan pergi bersama pelayannya meskipun ada Sandra dan Edi bersama mereka. Rangga berusaha keras untuk mempengaruhi Tuan Andreas agar percaya pada dirinya, karena ia sendiri ingin menyingkirkan Ramli karena ia rasa pria itu akan menjadi penghambat dirinya untuk mempertahankan pernikahannya dengan Vina. "Begitulah, Pa. Entahlah kenapa sekarang Vina jadi seperti itu. Sejak kedatangan Ramli, dia banyak berubah. Saya takut Ramli sudah mencuci otak Vina, bahkan hamil saja sampai seperti itu. Bukannya ngidam sama suaminya, malah ngidam pelayan kampung itu!" k

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status