Selesai konferensi pers itu, aula besar Istana Negara Amerta berubah menjadi ajang diskusi panas. Para diplomat berkerumun, beberapa saling bertukar pandangan dengan wajah tegang. Media internasional berlari ke luar aula, menyiarkan kabar yang baru saja terjadi.Sorak sorai rakyat di luar istana terus menggema, namun di dalam ruang rapat pribadi, suasana berbeda sama sekali.Bintang duduk di kursi utama dengan wajah serius, kelima gurunya berada di sampingnya. Para petinggi militer dan penasihat negara turut hadir, menunggu instruksi.“Bintang…” suara Dewi Perang berat, penuh kehati-hatian. “Langkah yang baru saja kau ambil… bukan hanya pengumuman. Itu deklarasi perang yang nyata. Laut Timur tidak akan tinggal diam.”Bintang menatap peta besar benua yang terbentang di meja rapat. Jarum-jarum kecil berwarna merah menandai markas dan pangkalan Laut Timur yang sudah diketahui. Matanya mulai berkilat.“Aku tahu. Justru itulah tujuanku,” jawabnya dingin. “Jika kita tidak menantang mereka
"Sekarang, kita akan kemana?""Bukti sudah ada didepan mata, tuntutan dua bulan lagi itu sudah tak ada... Jadi kita akan segera mengadakan konferensi Pers..." kilatan niat menghancurkan negara Laut Timur muncul disorot matanya Bintang.*Istana Negara Amerta dipenuhi hiruk-pikuk yang belum pernah terjadi sebelumnya. Di aula besar yang mampu menampung ribuan orang, bendera dari berbagai negara berkibar berdampingan. Perwakilan diplomatik, duta besar, bahkan beberapa pemimpin tertinggi hadir dengan wajah serius. Mereka tahu, undangan mendadak dari Raja Naga Bintang bukanlah hal sepele.Lampu kristal menyinari ruangan megah itu, sementara puluhan kamera media internasional terfokus ke panggung utama. Suasana hening, hanya terdengar bisikan pelan di antara para diplomat yang menebak-nebak tujuan acara ini.Lalu, pintu besar dari emas dibuka.Bintang melangkah masuk dengan jubah kebesaran hitam beraksen emas. Di belakangnya berdiri kelima gurunya, masing-masing membawa aura menekan yang me
Dewi Medist, Dewi Kecantikan, yang tidak memiliki basic bertarung mulai pucat. Suaranya bergetar. “Kalau ini terus berlanjut, bahkan organisasi Naga Langit pun akan terlambat datang!”Bintang menggertakkan giginya. “Kalau begitu… Sayang, Dewi Judi kalian bertahan digarda belakang! Aku akan mencoba mengulur waktu untuk mengurangi pasukan musuh!”Ia melesat ke depan, menebas tombak-tombak musuh, namun tiba-tiba pria bertopeng emas menghadangnya lagi. Tombaknya berkilau biru, lalu menusuk ke arah jantung Bintang dengan kecepatan mematikan.Clangggg!Bintang menangkisnya, tapi hantaman energi dari tombak itu meledakkan dermaga, memecahkan kayu-kayu besar hingga terbelah. Gelombang air laut menyembur ke atas, membasahi seluruh tubuh mereka.Pria bertopeng emas tertawa keras. “Raja Naga, kau mungkin kuat… tapi di sini kau berenang di laut kami! Di air ini, naga pun bisa kutenggelamkan!”Bintang mendengus dingin. “Kau terlalu percaya diri.”Ia mengangkat pedangnya tinggi, aura membunuh yang
Pelabuhan Laut Timur yang tadinya sepi kini diguncang oleh dentuman terompet perang. Dari kejauhan, cahaya merah menyala, diikuti oleh ratusan kapal perang bergerak mendekat, lampu mereka memantulkan kilau seperti mata predator yang mengintai dalam kegelapan malam.Dewi Judi meludah ke tanah, wajahnya muram. “Brengsek… sepertinya kita sudah jadi target perburuan. Kaisar Laut Timur kini bergerak lebih cepat dari perkiraan.”Dewi Perang meraih pedangnya kembali, darah musuh masih menetes dari ujungnya. “Kalau begitu, biarlah mereka datang. Aku sudah lama menunggu perang terbuka.”Namun Bintang mengangkat tangannya, menghentikan semangat ke dua gurunya. “Tidak, jangan dulu. Kita belum siap. Dokumen ini harus sampai ke negara Amerta, atau semua yang kita lakukan di sini akan sia-sia.”Ia menatap ke arah laut yang bergejolak, matanya bersinar tajam. “Kita tidak boleh terjebak di permainan Kaisar Laut Timur. Kita harus lebih licik dari pada dia.”Di dalam gudang yang kini penuh puing, Binta
Setelah pertarungan dengan Pemburu Bayangan, Bintang dan kelima gurunya bersembunyi di sebuah bangunan tua bekas gudang mutiara di tepi pelabuhan. Di sana, gulungan dokumen dan rekaman kristal berisi bukti kejahatan Kaisar Laut Timur diletakkan di atas meja kayu.Dewi Kekayaan menatapnya dengan penuh keyakinan. “Dengan ini, kita bisa menjatuhkan reputasinya di mata para negara besar. Jalur perdagangan, penyiksaan pedagang, bahkan dokumen kontrak ilegal dengan organisasi gelap… Semuanya ada di tangan kita.”Bintang mengangguk. “Kita harus menyebarkannya sebelum Kaisar bergerak menutup mulut para saksi.”Dewi Judi terkekeh, meski wajahnya serius. “Tapi kau tahu, begitu kita sebarkan bukti ini, Kaisar akan mengamuk. Dia takkan segan menyalakan perang terbuka.”Bintang menatap semua gurunya. “Lebih baik menghadapi perang terbuka dari pada membiarkan rakyat Amerta dan pedagang kita mati pelan-pelan dalam penjara.”Mereka semua terdiam, lalu mengangguk setuju.*Dewi Kekayaan mulai mengakti
Amarah Kaisar Laut Timur.Singgasana perak di aula megah Laut Timur berguncang ketika suara dentuman tongkat Kaisar menghantam lantai. Para pejabat, bangsawan, dan jenderal segera berlutut, wajah mereka terlihat pucat.“Bagaimana bisa gudang Harta Karang ditembus?!” suara Kaisar menggelegar seperti badai. “Peti senjata, dokumen, bahkan para tawanan… HILANG! Siapa yang berani bermain api di wilayahku?”Seorang jenderal berzirah biru menunduk, suaranya gemetar. “Yang Mulia… para saksi mata melaporkan… mereka melihat seorang pemuda bersama lima wanita cantik yang melakukannya…”Brakkk!Punggung jenderal itu dihantam gelas, tubuh Jendral itu gemetar tak karuan. Kaisar berdiri, wajahnya berubah merah padam, matanya menyala penuh kebencian.“RAJA NAGA!” raungnya, gema suaranya membuat para pejabat membeku. “Berani-beraninya kau menodai wilayahku, mencuri buktiku, dan mengganggu perjalananku menguasai ekonomi benua!”Ia mengangkat tangannya, cincin trident di jarinya berkilau. “Panggil mer