"Apa yang kakek lihat, tidak seperti yang kakek pikirkan, semua itu hanya fitnah belaka... Sesuai janjiku, aku akan menyelidiki pelaku lain yang saat ini masih tetap berkeliaran dengan tenang di negara ini..."Maha Raja masih belum bisa menerima alasan itu. Dia segera menatap mereka, dan akhirnya pergi meninggalkan orang orangnya."Aku akan beristirahat... Kalian semua, jaga diri masing masing."Bintang menatap lekat gurunya, dia berkata, "kalian tenanglah...""Aku percaya kamu dapat melakukan itu... Tadi Junaidi telah kembali ke negaranya... Bintang, apa kamu akan mengikutinya?"Menggelengkan kepalanya, dia tahu persis bagaimana cara Junaidi bisa sampai bertemu dengannya.Semua itu, sangat sulit, dipenuhi banyak jalan penderitaan. Dan dia pasti tidak akan mengeluh, bagaimana caranya kembali ke negara asalnya.Beberapa saat berbincang, Zidane segera berkata."Tuan muda, sesuai target dari rencana anda selanjutnya... Kesehatan, pembangunan, dan kesejahteraan ekonomi di provinsi ini sec
Baim tersadar akan kesalahannya, dia yang mulai terpojok kini mundur dengan tubuh sedikit gemetar. "A-apa yang ingin kamu lakukan?!" "Melakukan kejahatan sejauh ini, menurut kalian semua, apa hukuman yang akan ku jatuhkan padanya?" "Mati...," semua anggota aliansi Naga Langit segera berkata secara dingin. Menelan ludahnya, Baim mencoba berpikir untuk melarikan diri. Namun, langkahnya terhenti setelah banyak anggota Aliansi Naga Langit mulai mempersempit ruang. "Ka-kaliaan..." "Tangkap dia?!" Bintang kembali memberi perintah. Mengikat tubuh Baim, Bintang sekarang menatap para Ahli bela diri yang tengah mematung tak bergerak. "Kalian semua, hanya dimanfaatkan, dan diancam yang harus menuruti keinginan penguasa kota Boma... Jadi, hukuman untuk kalian, bergabunglah dengan Aliansi Naga Langit milikku sebagai cara menebus dosa kalian selama ini... Tapi aku takan memaksa..." Bintang bersama rombongannya mulai keluar dari aula pertemuan itu. Namun di saat dia benar benar akan keluar.
Komentar para warga yang melihat Bintang diseret mulai menyebar. Kegaduhan sempat menggemparkan kota Boma.Hingga di dalam kediaman milik Baim."Anak muda, apa kamu tak tahu, sebenarnya sejak kamu berdiri tadi disini, sebenarnya aku sudah ingin sekali mengeksekusi mu?" Baim tersenyum sinis.Bintang menatap wajah Baim dengan sorot mata yang cukup tenang."Apa kamu benar benar merasa sudah menang didalam permainan ini?" "Aku adalah penguasa, siapa yang dapat membantumu? Penguasa provinsi? Bahkan dia adalah anjingku yang sangat penurut?! Hahahahaha!" Bintang tersenyum tipis, namun dia tak berniat memberontak sama sekali.""Permainan? Apa aku tidak salah dengar? Pertama kamu telah melukai tanganku?!" dia memperlihatkan tangan yang diperban."Ke dua... Pacarmu telah membuatku kehilangan muka?! Kau anggap ini sebagai permainan? Apa kamu memiliki identitas? Bukankah kamu hanya tabib kecil, yang tidak tahu malu ingin merebut kursi kekuasaan ini?" dia tersenyum sinis lagi."Hahahahahaha?!"
Menyeringai dingin, Bintang mulai menatap kearah sang pelayan."Masih tidak ingin menggesek kartunya?" sembari menaikan sebelah alisnya."Ba-baik tuan muda..." pelayan itu tak berkutik, tiga pengawal Baim saja tumbang. Kini tak mungkin dia mengikuti perintah sang Penguasa kota.Baim yang melihat itu, hanya bisa menyatukan rahangnya.Namun dia tersadar, semakin didalam ruangan lantai ke tiga. Hal berbahaya mungkin bisa terjadi padanya."Aku akan mengingat semua perlakuan ini dari kalian... Ingatlah, satu diantara kalian, tidak akan ada yang dapat keluar dari wilayah Provinsi Juanda!" dia keluar dari lantai ke tiga.Beberapa saat setelahnya.Tiiiiiiiit! Tiiiiiiiit!Mesin EDC terus berdenging, ini diartikan semua pembayaran yang dilakukan oleh Bintang berhasil!"Si-siapa pemuda itu? Bisa membelikan banyak pakaian untuk semua wanita disekitarnya... Dia benar benar sangat tajir?!"'Seandainya aku menjadi kekasihnya..' para wanita yang berbelanja dilantai tiga hanya bisa berkomentar dengan
"Hhh... Beberapa waktu aku tidak berkunjung kemari, ternyata kamu masih mengenalku?" Baim tersenyum tipis."Penguasa hamba pasti akan terus mengingat wajah anda..." Dia memalingkan wajah, dan segera menatap tajam kearah Kiana."Kamu, segera lepas pakaian itu... Sekarang, pakaian itu telah menjadi milik Penguasa kota?!" bentaknya.Kiana sedikit merubah ekspresi wajahnya menjadi ketakutan. Dia tidak melepas pakaian, hanya bersembunyi dibelakang tubuh gurunya.Melihat respon itu, Bintang tersenyum sinis."Aku dulu yang mendapatkan pakaian ini... Aku juga bisa membayarnya, kenapa aku harus menyerahkan padanya?"Wajah pelayan itu berubah menjadi gelap. Sama halnya dengan Baim, namun gadis yang berada disisi Baim segera berkata."Sayang, sepertinya dia tidak mengenali, seberapa baiknya kamu terhadap orang lain...""Apa yang diungkapkan pacar ke sepuluh Penguasa kota harus dipenuhi... Tuan muda, aku tahu kamu bisa membayarnya... Tapi, nyawa itu lebih utama." ungkapnya sedikit memberi peringa
"Penguasa, serakah itu tak baik... Apalagi, mengkonsumsi Pill secara berlebihan itu...""Kau mengerti apa soal Pill... Sudah, lakukan saja perintahku... Mungkin, aku bisa membebaskan ancaman untuk kalian..."Bagas menatap lekat pria bertopeng. Harapan untuk kebebasan kehidupan kedua orang tuanya terlihat. Namun, berbeda dengan pandangan Bintang.Menurutnya, ada sesuatu yang disembunyikan pada ekspresi Baim.Keduanya pun keluar dari kediaman itu. Hingga disebuah restoran yang cukup mewah."Tuan muda... Mohon, berikan Baim banyak Pill untuk kebebasan kedua orang tuaku... Aku dan kakakku, pasti akan menjaga keselamatanmu dengan nyawa kami...""Masalah itu, tak perlu dibahas... Bagaimanapun, apa yang dilakukan tuan muda, itu sudah menguntungkan kalian, dan semua orang yang ingin dia lindungi..." Zidane yang telah menjalani tugasnya memasuki ruangan pribadi didalam restoran."Ta-tapi, di tempat itu penjagaan sangat ketat... Bagaimana, cara kalian membebaskan kedua orang tua kami?" Bagas ta