“Permisi, Nona, film akan segera dimulai lima belas menit lagi. Mari silahkan masuk ke dalam bioskop.” Ilham datang dan berbicara sambil membungkukkan tubuhnya.
“Oh, sudah mau mulai ya? Hemm … makasih, Ilham. Guys ayo kita masuk ke dalam, bioskop sudah mau mulai nih guys!” ajak Davira kepada genk kecubungnya Gadis itu terlihat bersemangat, terlebih lagi ia akan menonton bioskop bersama dengan kekasihnya. Hal ini sangat diinginkan oleh Davira, karena dengan begitu ia bisa bermesraan di dalam bioskop dengan Reyno tanpa pengawasan dari Ilham. “Bub, ayo dong berdiri! Kok duduk aja sih? Kayak gak semangat gitu. Ayo lah!” Davira meraih tangan Reyno dan mengajak pria itu untuk segera masuk ke bioskop. “Oke, Sayang,” balas Reyno yang segera bangkit dari duduknya. Davira dan Reyno bergandengan tangan ketika akan berjalan masuk ke dalam bioskop. Sementara Ilham mengikutinya dari belakang. Tiba-tiba saja Davira menghentikan langkah, gadis itu menoleh ke arah Ilham yang berdiri tepat di belakangnya. Karena pria itu juga ikut menghentikan langkah. “Lu kenapa ikut-ikutan?” tanya Davira dengan sinis. “Saya harus mengikuti Nona,” jawab Ilham dengan tatapan lurus dan tubuh yang berdiri tegap. Tak lupa, kedua tangannya ia sembunyikan di balik punggung yang membuat tubuh kekarnya semakin terlihat gagah. “Ck … gak bisa gitu nunggu di luar aja?” Davira masih menatap sinis. “Mohon maaf tidak bisa, Nona,” jawab Ilham lagi dengan tegas. “Ganggu aja lu!” Davira semakin terlihat kesal. “Sayang, sudah biarkan saja. Daripada kamu kesal terus. Biarkan dia jadi nyamuk di dalam bioskop,” ucap Reyno yang diiringi dengan senyum mengejek. “Ya udah lah, dia itu emang bebal. Mending kita masuk, yang lain juga udah pada mau masuk.” Davir mengeratkan gandengannya pada lengan Reyno dan kembali melanjutkan langkah untuk masuk ke dalam bioskop. Begitupun dengan Ilham yang segera melanjutkan langkahnya. “Ekhem … daripada sendirian, mending sama gue aja,” celetuk seorang gadis seraya mempepetkan tubuhnya kepada Ilham. “Buset, bodyguard si Davira juga diembat aja lu,” timpal Alda ketika melihat tingkah Greta. “Biarin aja, lumayan bahunya enak buat bersandar nih.” Greta menyentuh bahu Ilham dengan telapak tangannya. Sementara Ilham masih bersikap cuek dan seolah tak memperdulikan kedua gadis itu. “Mohon maaf, Nona. Silahkan masuk terlebih dahulu!” ucap Ilham dengan nada seperti biasa. “Kaku banget sih? Kayak robot aja, padahal manis gini.” Greta tersenyum menggoda. “Kalau begitu, saya yang masuk duluan, Nona!” Ilham melangkah terlebih dahulu untuk menyusul Davira dan Reyno yang telah masuk ke dalam bioskop. “Anjay, baru kali ini seumur hidup gue dipanggil Nona!” celetuk Greta yang diiringi tawa renyah dari Alda. Di dalam bioskop yang masih terang karena memang lampu belum dimatikan. Ilham terus membuntuti Davira tanpa memberi celah sedikitpun. Begitupun gank kecubung yang mulai duduk ditempat masing-masing. Reyno yang tak mau melepas tangan Davira juga mengajak gadis itu untuk duduk. “Yuk Bub, duduk sendiri apa mau dipangku nih?” Reyno mengedipkan matanya sebelah. Ternyata hal itu tak luput dari pantauan Ilham. Bahkan pria itu juga bisa mendengar semua perkataan Reyno. “Ih, jangan mulai gila ya, Bub. Geli gue dengernya,” ucap Davira dengan acuhnya. Hingga saatnya lampu bioskop dimatikan, semua jadi remang-remang. Suasana mulai berubah romantis kala film 21++ diputar. Mereka menonton film dewasa yang vulgar. Entah kenapa Davira dan teman-temannya malah memilih film tersebut. Suasana di dalam bioskop menjadi panas ketika mendengar suara desahan dan kecupan bibir yang semakin membuat suasana panas dingin. Adegan ciuman bibir dan ciuman leher, bahkan sampai bagian da** pun semakin membuat Reyno yang normal ikut kepancing. Tangan Reyno mulai meraba-raba tangan Davira. Bahkan, kini tangan pria itu sudah ada di atas paha Davira dan mengelus-elus paha mulus gadis itu. Karena saat ini Davira mengenakan celana pendek yang membuat pahanya tak tertutup semua ketika ia duduk. Reyno mendekatkan wajahnya ke arah Davira, ia berniat untuk mengecup bibir gadis itu. Tapi baru saja ia akan mencium bibir Davira, tiba-tiba wajahnya didorong oleh gadis itu.“Hmm … sudah Nona, ayo cepetan naik! Nanti telat, gimana? Nanti saya jelaskan di jalan, ini motor siapa. Ayo naik Nona! Biar saya bisa kebut,” ajak Ilham seraya menyerahkan sebuah helm ke arah gadis itu. “Iya-iya, sok ngatur banget lo!” Davira mengambil helm itu dan segera memakainya. Namun, ia merasa kesulitan saat mengancingkan pengait helm tersebut. Ilham yang melihat itu, segera mengulurkan tangannya. Tanpa berbicara, pria itu membantu Davira mengancingkan pengait helm tersebut. Davira yang mendapatkan perlakuan seperti itu dari Ilham, hanya terdiam dengan wajah kaget. Bahkan, kedua bibirnya sampai menganga. Ia memperhatikan wajah Ilham yang terlihat sangat tampan dan manis dari jarak dekat. “Sudah, ayo naik, Nona!” ucap Ilham setelah selesai mengancingkan pengait helm yang dikenakan oleh Davira. Pria itu segera naik ke atas motornya, namun Davira masih terdiam mematung. “Non, Davira!” panggil Ilham seraya menoleh ke arah gadis itu. “I-iya, sabar dulu napa!” balas
Sementara di rumah kecilnya, Ardi mantan suami Narumi hanya bisa menyesal setelah satu tahun lalu bercerai dengan Narumi. Uang yang dia simpan dari hasil mencuri dan membohongi Narumi dulu, kini sudah menipis. Bahkan, saat ini dia sudah tak bisa lagi pergi ke club malam untuk bersenang-senang dengan wanita langganannya. “Brengsek!! Gimana gue bisa seneng-seneng kalau begini terus? Mana si Narumi sudah tiga kali nolak gue ajak rujuk. Gue harus bisa deketin Narumi lagi. Kalau perlu, gue bikin dia hamil aja ya biar mau balikan sama gue. Tapi gimana caranya gue bisa ketemu dia. Apa gue samperin aja ya dia ke rumahnya?”Pria bertubuh tinggi dan kekar itu nampak berpikir. Jari telunjuk kirinya ia letakkan di dagu sambil digerak-gerakkan. Telapak tangan kanannya ia masukkan ke dalam saku celana. Sepertinya, Ardi sedang benar-benar berpikir keras untuk menyusul rencana yang matang untuk mendekati sang mantan istri. “Tapi, gue harus berlagak kaya dulu. Gue akan sewa mobil rental saja pas
Kedua mata Davira terbuka lebar saat melihat orang membekapnya. Pria bertubuh kekar yang membekap mulutnya itu adalah Ilham sang bodyguard. Davira masih terdiam di dekapan Ilham, matanya seperti terhipnotis ketika melihat ketampanan pria itu dari jarak dekat. Aroma mint dari hembusan nafas Ilham bisa Davira hirup dari pria itu. Dan anehnya davira mendapatkan rasa nyaman dan tenang. Terlebih lagi, ketika kedua lengan kekar Ilham mendepak tubuhnya. Davida merasakan kehangatan yang sebelumnya tidak pernah ia dapatkan dari orang lain. Bahkan, ia tak mendapatkan rasa hangat dan nyaman itu dari sosok Reyno, seorang pria yang telah lama menjalin kasih dengannya. Davira sedikit menengadahkan kepala untuk melihat ke arah wajah Ilham. Jantungnya semakin berdetak kencang, ini pertama kalinya ia berada pada jarak yang sangat dekat dengan pria itu. Padahal, biasanya Davira selalu berlagak ketus, jangankan didekati seperti sekarang, mendengar Ilham berbicara saja, ia sudah merasa kesal. Namu
Di bioskop, teman-teman Davira baru saja menyelesaikan tontonan film yang mereka lihat tadi.Meskipun sempat ada kejadian yang cukup tragis, namun keempat gadis itu tetap melanjutkan tontonannya.Karena mereka sudah terlanjur membeli tiket, terlebih lagi Davira juga sudah dibawa pulang pulang oleh bodyguardnya.Jadi, Gretha, Alida, Renata, dan Irene merasa lega.“Eh, si Vira gimana ya? Dia udah sampe rumah belum?” tanya Irene ketika mereka berjalan keluar dari bioskop.“Gak tau, dari tadi wa gue gak dibalas,” jawab Alida.“Jangan-jangan si Vira dibawa kabur sama bodyguardnya itu. Siapa namanya? Gue lupa,” tumpal Renata dengan wajah bingung.“Ilham, namanya Ilham,” jawab Gretha.“Iya itu, lupa banget gue. Padahal orang ganteng kalem. Tapi, biasanya yang kayak gitu anteng di ranjang. Ahay ….” Renata tertawa sendiri di akhir kalimatnya.“Sok tahu lo, kayak yang udah pernah aja!” Irend menoyor pelan kepala sahabatnya.“Emang gue udah pernah.” Renata menjawab sambil mengibaskan rambutnya.
Sementara di kamarnya, Davira menangis sambil tengkurap. Gadis itu benar-benar merasa malam ini mengalami dua hal yang membuatnya sesak. Kejadian pelecehan di bioskop dan ketika di jalan tadi. Rasanya kali ini raganya bener-bener capek dan lelah. Pikiran gadis itu ikut kacau balau tak tentu arah. Hidup tanpa seorang ibu di sisinya membuat Davira merasa sendiri dan kesepian. Namun, ia juga tak ingin ayahnya menikah lagi. Sejak dulu, Davira selalu melarang tuan Darko untuk menikah lagi. Karena Davira takut ibunya merasa sakit hati dan terluka, meskipun sang ibu sudah tak ada di dunia ini. Davira meminta ayahnya untuk tetap setia kepada sang ibu, meskipun sudah beda tempat. “Aaaa … gue benci … gue benci lo, Reyno! Gue benci lo. Kenapa lo lakuin ini ke gue? Kenapa, Reyno? ….” Davira memukul bantal untuk melampiaskan segala emosinya. Gadis itu menangis sendiri, meskipun ia memiliki seorang kakak perempuan, tetapi Davira tidak pernah mencurahkan isi hatinya kepada Narumi. Ent
“Itu … itu kan Reyno? Kok bisa dia malah asik boncengan sama cewe lain sih? Dasar Reyno, bajingan juga kamu ya! Kamu tinggalin aku di bioskop sendiri dan hampir dilecehkan orang. Bajingan kamu Reyno. Kamu malah boncengin cewek sambil pelukan mesra gitu. Awas kamu Reyno … awas kamu!!” teriak Davira di dalam mobil.Gadis itu mengepalkan tangannya seolah siap melemparkan bogeman keras pada wajah kekasihnya.Ilham hanya diam membisu ketika mendengar teriakan Davira. Bahkan segala umpatan dan sumpah serapah pun Davira ucapkan untuk sang pacar. Ilham tak berani ikut campur sedikitpun. Diam adalah hal paling aman yang ia lakukan saat ini.Sepanjang perjalanan, Davira terus-terusan mengoceh dan memberikan umpatan untuk Reyno. "Dasar bajingan lo Rey! Awas aja lo, gue mau putus sama lo! Pokonya mau lo bujuk gue bawa bunga sama kebonnya juga gue gak akan mau. Gue beneran muak sama lo, Rey! Lo kenapa kayak gini ke gue? Gue sakit hati sama lo, Rey. Gue benci lo ... gue benci lo sebenci-bencinya .