Share

Past stories

Penulis: Watermelon
last update Terakhir Diperbarui: 2022-04-15 13:52:58

"Sir hari ini kita ada rapat dengan tuan Peter pukul dua siang." ujar Jack asisten Gerald.

Jari Gerald yang sedang menggeser layar tablet berhenti seketika saat mendengar nama ayahnya disebutkan.

"Apa anda ingin meng cancel nya sir?" tanya Jack memastikan. Ia sangat tahu bagaimana hubungan antara kedua orang ayah dan anak itu.

"Tidak perlu." tolak Gerald. Entah sudah berapa lama ia tidak bertemu ayahnya itu. Apa Gerald merindukan ayahnya? Jawabannya tidak, ia tidak pernah merindukan laki-laki tua itu.

Tiba-tiba Gerald tersenyum ketika ia mengingat kejadian kemarin. Sepertinya kemarin ia membuat Ana sangat kelelahan. Ia ingat setelah melakukannya ia tertidur di atas badan Ana. Ia yakin jika perempuan itu pasti merasa sangat berat saat tubuh besarnya menindih tubuh mungilnya. Bahkan saat ia terbangun dari tidurnya ia masih dalam posisi yang sama. Karena tidak tega melihat Ana yang kelelahan, akhirnya Gerald menyingkir dari tubuh Ana dan melepaskan tali di tangan Ana dan menyelimuti badan perempuan itu.

Ia sedikit merasa senang karena ia laki-laki pertama untuk Ana. Ana gadis yang sangat plin plan menurutnya. Kadang gadis itu berani membentak nya dan mengabaikan perkataannya, tapi kadang juga perempuan itu terlihat sangat takut kepadanya. Bahkan beberapa kali ia dapat melihat badan Ana yang gemetar ketakutan karena ulahnya.

"Sir kita sudah sampai." ucapan Jack menyadarkan Gerald dari lamunannya.

Gerald menatap gedung kantor tiga puluh lantai di depannya. Gerald merapikan jas nya sebelum memasuki kantor di depannya. Semua orang yang berada di kantor menunduk hormat ketika Gerald berjalan melewati mereka.

"Silahkan sir." Jack membukakan pintu ruangan meeting yang sudah ada beberapa orang di dalamnya.

Gerald mengambil tempat duduk di bagian paling depan khusus untuk pemimpin. Gerald menyandarkan punggung di sandaran kursi. Bibirnya tersungging menatap pria tua yang duduk di hadapannya.

"Maaf bisa kita mulai?" tanya salah satu karyawan wanita.

"Silahkan." balas Gerald memperbolehkan.

Semua orang di dalam ruangan terlihat fokus melihat ke arah layar dan mendengarkan karyawan wanita yang sedang menjelaskan.

"Senang bekerja sama dengan anda sir." ujar Gerald menjabat tangan Peter yang tak lain adalah ayahnya sendiri.

"Senang juga bekerja denganmu." balas Peter dengan senyum miringnya.

Meeting selesai, semua orang mulai meninggalkan ruangan yang hanya menyisakan Gerald dan Peter ayahnya. Peter terlihat menatap tajam Gerald yang duduk di depannya.

"Sepertinya akhir-akhir ini kau terlihat sangat sibuk sampai tidak pernah datang ke rumah untuk menemui ayah dan ibumu." ujar Peter yang lebih dahulu membuka pembicaraan.

"Siapa yang kau sebut ibuku? Ibuku sudah mati sepuluh tahun yang lalu." ujar Gerald santai.

Peter mendengus mendengar perkataan putranya. Ia sama sekali tidak merasa tersindir dengan apa yang dikatakan oleh putranya. Karena laki-laki itu memang benar jika istrinya sudah meninggal sepuluh tahun yang lalu karena depresi.

"Dan siapa yang kau sebut ayahku? Ayahku sudah tidak ada lima belas tahun yang lalu." lanjut Gerald yang membuat fokus Peter sepenuhnya ke arahnya.

Gerald menatap sinis ayahnya. Ayah yang tidak ingin ia sebut sebagai ayahnya. Ayah mana yang tega membunuh anaknya sendiri, dan tega membunuh istrinya sendiri. Ayah yang membuatnya harus kehilangan ibu dan adiknya dalam waktu yang tidak lama. Ayahnya meninggalkan mereka saat ia berumur lima belas tahun dan adiknya yang berumur tujuh tahun.

Ayahnya yang tidak pernah memberikan perhatian kepada mereka. Bahkan saat adiknya sakit laki-laki itu tidak ada di samping mereka dan malah pergi dengan perempuan lain. Saat adiknya meninggal laki-laki itu datang dengan selingkuhannya ke rumah dan dengan tidak tahu malunya mereka menemui ibunya.

Setelah kematian adiknya, mental ibunya menjadi tidak terkendali. Ibunya mengalami depresi selama tiga tahun. Gerald sendiri yang merawat ibunya tanpa bantuan ayahnya. Setelah selama tiga tahun ayahnya pergi dengan perempuan lain, ayahnya kembali lagi dengan perempuan itu untuk melihat keadaan ibunya. Ibunya kembali mengalami depresi sampai Gerald tidak bisa lagi mengendalikan ibunya dan ia terpaksa harus membawa ibunya ke rumah sakit jiwa. Itu semua ia lakukan agar ibunya dijaga dan mendapat perawatan terbaik. Ia hanya ingin ibunya sembuh dan bisa hidup bahagia bersamanya.

Gerald berdiri dari duduknya, tapi sebelum ia berhasil berdiri dari duduknya ucapan Peter berhasil menghentikannya.

"Bukan ayah yang membunuh ibumu, ibumu meninggal karena keinginannya sendiri." ujar Peter.

Rahang Gerald mengeras mendengar apa yang dikatakan ayahnya. Matanya menajam menatap pria tua di depannya. Kedua tangannya juga sudah mengepal bersiap menghabisi pria tua di depannya. Ia tidak akan memberi ampun walaupun ia adalah ayahnya sendiri, sedangkan laki-laki itu bahkan tidak pernah menganggap keberadaan ia, adik, dan ibunya.

"Brengsek!" Gerald maju ke depan dengan tangan yang terkepal siap memukul wajah pria di depannya.

Sebelum tangannya bisa menyentuh wajah ayahnya, tangannya sudah di cekal lebih dulu oleh bodyguard ayahnya yang tiba-tiba masuk ke dalam ruangan. Nafas Gerald terengah-engah menatap ayahnya yang menatapnya dengan tatapan datar.

Peter berdiri dari duduknya dan melenggang pergi dari ruang rapat dengan santai. Gerald menggerakkan badannya melepaskan cekalan bodyguard ayahnya. Tatapan tajamnya tidak lepas menatap punggung ayahnya yang hilang di balik pintu.

Brakk

"Arghh sialan!" Gerald menggebrak meja hingga menimbulkan suara gebrakan yang keras memenuhi ruangan.

Jack menundukkan kepalanya saat Peter melewatinya. Jack langsung masuk ke dalam ruangan begitu mendengar suara gebrakan yang kencang dari dalam ruangan. Ia mendekat ke arah bos nya dengan sedikit keraguan karena melihat bos nya sepertinya sedang dalam keadaan emosi.

"Sir anda ingin kembali ke kantor sekarang?" tanya Jack.

"Kembali ke kantor sekarang!" ujar Gerald langsung melenggang pergi tanpa menatap Jack.

***

Seharian waktunya terkuras untuk bekerja mengurus kantornya. Bahkan kadang Gerald harus bekerja dua puluh empat jam untuk menyelesaikan masalah yang ada di kantor.

Gerald meregangkan badannya yang terasa kaku karena berjam-jam harus duduk dan menatap layar komputer tanpa henti. Matanya menatap jam dinding yang tergantung di ruang kerjanya yang sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Gerald membereskan mejanya dan mematikan komputer kerjanya. Ia segera ingin pulang dan ingin tahu apa yang sedang dilakukan Ana di rumah.

"Jack." Gerald membalikkan badannya menghadap Jack.

"Ya sir." balas Jack sambil menunduk hormat.

"Kau langsung pulang saja tidak perlu mengantarku pulang." perintah Gerald kepada Jack.

"Tapi tuan..." Jack menatap Gerald sedikit ragu.

"Lakukan saja perintahku." ujar Gerald yang langsung di angguki oleh Jack.

Gerald langsung memasuki mobilnya yang sudah ada supirnya di dalamnya. Setengah jam perjalanan mobil bmw yang ia naiki mulai memasuki kawasan rumahnya. Memang terlihat agak menyeramkan jika saat malam hari karena hanya diterangi oleh lampu yang remang-remang. Apalagi dengan di setiap pinggiran jalan yang berdiri pohon pinus yang menjulang menambah kesan menyeramkan saat malam hari.

Mobil terparkir rapi di depan pintu rumahnya. Gerald langsung membuka pintu rumahnya tanpa mengetuknya, lagian ialah pemilik rumah ini. Tujuan awal Gerald adalah ingin melihat Ana. Gerald melangkahkan kakinya ke lantai dua dan langsung menuju kamar Ana. Gerald dapat langsung membukanya dengan mudah karena tidak terkunci.

"Ana!" panggil Gerald.

Gerald mengecek ke semua ruang dan penjuru kamar. Ia tidak dapat menemukan sosok Ana di kamar ini. Kepalanya yang sudah terasa berat kembali bertambah berat. Ana melarikan diri lagi dari sini.

"Apa maunya gadis itu!" Gerald mengusap wajahnya kasar. Ia berjalan keluar kamar Ana dan membanting pintu itu agak sedikit keras.

"Kevin!!" rasanya tenaga Gerald terkuras habis hari ini. Banyak sekali masalah yang ia hadapi seharian penuh.

Kevin berlari tergopoh-gopoh dari halaman belakang. "Iya tuan."

"Apa hanya menjaga satu gadis saja kau tidak bisa? Apa yang kau kerjakan seharian huh!" maki Gerald ke Kevin.

"Apa maksud anda tuan?" Kevin terlihat kebingungan dengan ucapan Gerald.

"Dimana Ana? Apa gadis itu melarikan diri lagi huh?" Gerald menatap mengintimidasi Kevin.

"Nona sedang ada di halaman belakang tuan." ujar Kevin yang langsung membuat Gerald terdiam.

"Kenapa tidak bilang dari tadi." ujar Gerald kesal.

Gerald melonggarkan dasinya. Ia langsung melangkahkan kakinya ke halaman belakang mengecek keberadaan Ana apa gadis itu benar-benar ada di sana atau tidak. Ia menemukan punggung mungil gadis itu sedang duduk di pinggir kolam renang dengan menenggelamkan kakinya ke dalam air.

"Masuklah, udara malam tidak baik untukmu." Gerald melipat kedua tangannya di dada dan bersandar di pintu sambil menatap lurus ke punggung Ana.

Ana menengokkan kepalanya sebentar sebelum kembali menatap ke dalam air.

"Apa pedulimu." ujar Ana lirih. Walaupun ia mengatakannya dengan pelan tetapi Ana yakin jika Gerald masih dapat mendengarnya dengan jelas karena suasana malam ini sangat sunyi.

Gerald tersenyum melihat sikap dingin Ana kepadanya. Gerald berjalan mendekati Ana. Ia menjatuhkan bokongnya di samping Ana sambil ikut memasukkan kakinya ke dalam air. Gerald dapat merasakan dinginnya air di kolam menyentuh kulit kakinya. Ia sempat melirik ke perempuan di sampingnya, apa dia tidak merasakan jika airnya sangat dingin?

"Kau tidak mengantuk?" tanya Gerald sambil menatap pantulan mereka di air.

Ana melirik Gerald sekilas tanpa berniat ingin membalas ucapan Gerald.

"Jika kau belum mengantuk, bagaimana jika....." Gerald menatap Ana dengan menggantungkan kalimatnya.

"Jika apa?" Ana mengerutkan keningnya menunggu lanjutan kalimat Gerald.

"Bagaimana jika kita mengulangi kegiatan sore itu?" Gerald menaikkan alisnya. Bibirnya menyunggingkan seringai.

Bulu kuduk Ana bergidik mendengar perkataan Gerald. Ingatannya langsung kembali mengingat kejadian sore itu yang membuatnya tidak ingin melakukannya lagi terutama dengan laki-laki di sebelahnya yang sudah mengambil keperawanannya. Ana ingin menyingkirkan ingatan tentang kejadian malam itu, jika perlu ia tidak ingin mengingatnya lagi. Entah sudah berapa wanita yang Gerald tiduri, ia sangat yakin jika ia bukan wanita pertama untuk Gerald.

"Aku mengantuk." Ana menarik kakinya dari dalam kolam. Dengan cepat Ana pergi dari sana yang menyisakan Gerald dengan pandangan geli menatap sikap Ana yang berlari ketakutan.

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kehidupan Gelap CEO   Extra Part

    "Sayang." Gerald menenggelamkan kepalanya di ceruk leher Ana. Sesekali ia menghisap atau menggigit gemas leher Ana. Ana memutar bola matanya jengah. Sudah kelima kalinya Gerald hanya memanggilnya tanpa mengatakan apa-apa. Ana menjauhkan tubuhnya dari jangkauan suaminya itu."Aku lagi dandan, jangan ganggu ah." kesal Ana karena sedari tadi Gerald terus menempel padanya dan tidak mau melepaskan pelukannya."Habisnya kamu wangi." ujar Gerald sambil terus menciumi leher Ana."Kamu aja yang bau karena belum mandi." ejek Ana."Kamu mau kemana sih pagi-pagi gini udah cantik aja." Gerald menatap dari pantulan cermin dengan pandangan tidak suka."Mau ke sekolahannya Aron ambil rapot." "Eve ikut?" Ana menggelengkan kepalanya. "Kamu hari ini liburkan, tolong jagain Eve ya." Gerald mencabikkan bibirnya dengan kesal. "Kenapa nggak diajak aja, masa aku harus nemen

  • Kehidupan Gelap CEO   The End

    Waktu berlalu dengan begitu cepat sampai sulit untuk menyadarinya. Hari demi hari terus berganti, bulan demi bulan terus berganti, hingga tahun demi tahun terus berganti. Sudah hampir tujuh tahun usia pernikahan Ana dan Gerald tanpa terasa. Tidak banyak yang berubah dari tahun-tahun sebelumnya. Hanya saja Gerald yang dulu telah berubah menjadi seorang Gerald yang lebih baik lagi. Hari-harinya dipenuhi oleh Ana yang selalu ada di sampingnya."Emmmh faster…" Ana terengah-engah dalam kegiatan panas mereka. "Jangan keluar dulu, tunggu aku." ujar Gerald sambil terus memompa tubuhnya."Aahhh akuhhh su daahh tidakkhh tahan." Ana memejamkan matanya menahan sesuatu yang ingin keluar dari bawah sana."Bersamahhh ahhhhkhhhkh." Gerald mengerang saat milik Ana Benar-benar menjepitnya dengan sangat erat.Cupp"Ahhh I love you." Gerald membaringkan badannya ke samping badan Ana dan menarik selimut untuk menut

  • Kehidupan Gelap CEO   A Confession

    "Arabella?" Rachel langsung berlari menghampiri Gerald begitu mendengar nama putrinya disebut oleh laki-laki itu."Dimana putriku? Katakan dimana putriku?" Rachel terlihat tak sabaran mendengar keberadaan putrinya itu. "Katakan dimana putriku!" Rachel berteriak seperti orang kesetanan karena tidak mendapat respon dari Gerald atas pertanyaannya."Arabella telah tiada." Ana menatap ke arah Gerald dengan pandangan tidak percaya. Ia tidak percaya jika laki-laki itu akan mengatakannya langsung tanpa berpikir panjang. Rachel tertawa keras mendengarnya. Sedangkan Peter terduduk di atas lantai karena terlalu terkejut."Tidak mungkin, putriku masih hidup hahahaha dia masih hidup. Kau berbohong!" Rachel mendorong tubuh Gerald hingga tubuh Gerald mundur beberapa langkah."Putriku masih hiduppp." Rachel berjalan kesana kemari dengan senyum dibibirnya."Kau tidak apa-apa?" Ana menanyakan kead

  • Kehidupan Gelap CEO   About Arabella

    Ana menggeliat dalam tidurnya. Matanya masih ingin terpejam meski cahaya matahari berusaha menerobos kamarnya untuk mengganggu tidur nyenyaknya. Semalam ia baru tertidur pukul tiga pagi hingga akhirnya hari ini membuatnya ia bangun kesiangan. Untungnya hari ini hari minggu jadi Ana bisa bermalas-malasan di tempat tidurnya. Ana menepuk-nepuk samping tempat tidurnya. Ia tersenyum mengingat makan malam romantisnya dengan Gerald. Mereka sangat menikmatinya semalam. Mereka memakan steak, kemudian dilanjut berdansa di bawah sinar bulan, dan kemudian mereka melanjutkan kegiatan malam mereka dikamar.Wajah Ana memerah seperti tomat kala mengingat bagaimana ia menjadi sangat agresif semalam. Tidak, sepertinya sejak ia hamil ia menjadi lebih agresif ketika mereka melakukannya. Ana selalu ingin memimpin dan Gerald dengan senang hati memberikan kendali kepadanya."Morning honey." Cupp"Morning." "Kau masih ingin tidur?

  • Kehidupan Gelap CEO   You Always Be My Life

    Ana bergerak mendekat ke arah Gerald. Dipeluknya laki-laki itu dengan tulus. Ia tahu Gerald sebenarnya orang yang baik. Hanya saja karena hatinya tertutup oleh dendam membuatnya jadi seperti ini. Setiap orang memiliki kesempatan dalam merubah hidupnya menjadi lebih baik, dan Ana yakin Gerald akan menjadi orang yang lebih baik setelah ia menyadari semua kesalahannya. "Aku ingin menjadi seorang ayah yang dibanggakan oleh anakku dimasa depan, bukannya dibenci oleh anakku." gumam Gerald sambil terisak di pelukan Ana. Tangan Ana mengusap punggung Gerald untuk menenangkan suaminya itu. Ini bukan pertama kalinya bagi Ana melihat Gerald yang menangis. Tapi setiap Ana melihat Gerald menangis, ia seperti melihat sisi lain yang selama ini Gerald coba sembunyikan. Selama ini Gerald selalu terlihat galak, dingin, dan tegas, tapi sebenarnya Gerald memiliki sisi yang lembut juga."Terimakasih sudah mengatakan semuanya." ujar Ana sambil tersenyum. Ia menghargai keberanian Gerald yang mau berkata ju

  • Kehidupan Gelap CEO   Deep Talk

    Setelah makan malam Ana langsung pergi ke kamar. Ia langsung mengambil buku novel yang beberapa hari ini ia baca. Malam ini rencananya ia akan menamatkan novelnya itu. Hanya kurang empat bab maka satu buku novel berhasil ia tamatkan selama satu minggu. Ana tetap terfokus pada buku di tangannya ketika Gerald masuk kedalam kamar. Perempuan itu enggan melirik meski sebentar saja. Ana memang selalu begitu jika sudah asyik membaca, maka dunianya akan terfokus pada satu titik.Gerald berpura-pura mencari sesuatu di dekat Ana untuk menarik perhatian perempuan itu. Tapi sayangnya Ana tidak tertarik dengan apa yang Gerald lakukan. Gerald mendengus melihat Ana yang sibuk dengan buku novelnya. Gerald mengintip apa yang membuat Ana sampai begitu mengabaikannya. Gerald melihat buku novel yang Ana baca, tidak ada yang menarik hanya berisi tulisan yang berupa paragraf saja. Gerald menaiki tempat tidur dengan pelan. Ia dengan sengaja merebahkan kepalanya ke atas paha Ana. Dan benar yang ia lakukan l

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status