Share

Bab 4

Author: Liandra
last update Last Updated: 2025-05-25 23:57:13

"Kamu cantik sekali, Anne. Aku semakin mencintai mu," puji Elvin saat pertama kali melihatku keluar dari kamar setelah berdandan untuk ulang tahun perusahaan malam ini.

Aku tersenyum kecut, mencoba menjadi diri Anne yang penurut karena siang tadi aku sudah mendapat sebuah peringatan yang di bungkus nasihat, Mama datang kerumah.

Pertemuan dengan mas Emran tadi merusak suasana hatiku jadi ku putuskan untuk pulang dan berendam air hangat, hingga seorang wanita paruh baya menerobos masuk membuat aku terkejut bukan main, hampir saja aku melempar lilin aromaterapi ke wajahnya kalau aku tidak ingat itu adalah ibu Anne.

"Anne, mama bikin kaget kamu ya? maaf ya sayang mama tadi sudah panggil-panggil kamu enggak jawab, ternyata enggak di kunci, lagian kata Elvin tadi masuk aja mungkin kamu lagi tidur," dengan sorot mata keibuan.

"Enggak apa-apa ma, kenapa mama kesini?" dalam ingatanku hubungan Anne dan ibunya tidak begitu hangat.

"Elvin tadi telpon mama katanya ada yang aneh dengan kamu semenjak kamu pingsan, kamu jadi seperti orang lain, kamu sakit? mama buru - buru kesini karna khawatir."

Dasar Elvin! tukang ngadu, dia gak layak di sebut pria dewasa.

"Aku baik-baik aja, aku sedang kelelahan aja ma, aku capek, kurang istirahat," balasku bangkit lalu menyambar handuk, mama mengekor lalu duduk di atas tempat tidur.

"Anne, gimana tentang Elvin yang akan menikah lagi untuk mendapatkan keturunan? apa kamu masih belum bisa terima?"

"Apa mama terima?" balasku bertanya.

"Tentu saja, poligami bukan hal yang di larang kan selagi Elvin bisa berlaku adil, dan kamu juga tidak kekurangan harta nak, kamu tidak akan kekurangan apapun Ann, kamu tetap istrinya yang sah di mata agama dan hukum, ia cuma butuh anak dari perempuan itu kan."

Aku putuskan diam untuk mengorek informasi lebih banyak tentang bagian yang belum terlalu ku ingat ini walau hatiku ingin meledak.

Ibu macam apa yang sama sekali tidak memperdulikan perasaan anaknya begini.

"Mama enggak benar-benar peduli sama aku, mana ada perempuan yang rela di poligami, kalau dia mau nikah silahkan, tapi ceraikan aku."

"Anne, tolong jangan lakuin hal gegabah, sudah bertahun- tahun nak kita banyak di bantu Elvin, hutang kita banyak mungkin enggak akan lunas meski mama dan papa kerja seumur hidup sampai mati, kamu lebih senang kita jadi gelandangan?"

" Mama ngomong apa sih, terlalu jauh mama sampai memikirkan kita akan jadi gelandangan."

"Itu fakta Anne, kenyataan. sebelum kamu bersikap sombong perlu mama ingatkan bahwa perusahaan papa sudah bangkrut dari dulu kalau bukan karena bantuan Elvin, dengan mudah ia bisa menarik sahamnya dan menghancurkan bisnis keluarga kita Ann."

Aku diam, merasakan banyak kesedihan dari tubuh si Anne ini, Anne memang sudah pergi, tapi hatinya dan semuanya ia simpan di dalam tubuh ini, aku bisa merasakannya.

"Malam ini acara ulang tahun perusahaan, berlakulah yang baik, jangan membuat ulah Anne, tolong mengerti kondisi keluarga kita. Ini bukan cuma tentang kamu saja, jangan egois!"

Ternyata Anne tinggal di antara orang - orang munafik dan penjilat ini, kasian sekali Anne yang dulu.

"Bersikaplah yang baik Anne, ini nasihat buatmu kalau kamu masih mau mendengar mama dan papa tetap hidup!"

Itu kalimat terakhir mama sebelum pergi begitu saja bahkan ia tidak benar-benar menanyakan tentangku, ia hanya memastikan dirinya dan suaminya aman, orang tua yang egois.

"Kenapa kamu banyak diam?" tanya Elvin membuyarkan lamunanku tentang kunjungan mama tadi siang.

"Enggak apa-apa," balasku singkat, risih sekali di tatap sedemikian intens.

Jangan lupakan bahwa aku telah menjadi Anne sampai ke dasar kulit, saat ini aku merasakan ledakan perasaan cinta pada si Elvin sialan ini ya Tuhan aku tidak mau.

Pipiku merona saat wajah tampan itu terus menatapku lembut, bola mata indah itu seakan menembus kewarasanku, cepat-cepat ku enyahkan semuanya berusaha mengumpulkan kepingan kewarasan diriku, aku Jane! aku tidak mau menjadi budak cinta si Elvin hingga ia bebas melakukan apa saja padaku.

Sepanjang perjalanan kami tidak mengobrol, sibuk dengan pikiran masing-masing. Begitu tiba di sana Mama Elvin langsung menyambut dengan hangat, ia memelukku di susul dengan keluarga yang lain, mereka semua tampaknya baik.

Elvin juga tak melepas rangkulannya padaku seolah ingin semua orang tau kalau aku miliknya, pertama kali ikut serta dalam acara seperti ini, aku merasa gugup.

"Ibu Anne, anda sangat cantik," puji beberapa rekan kerja Elvin, juga berbagai relasi bisnis yang hampir sebagian besar tidak aku kenal.

"Terimakasih," balasku mencoba tersenyum ramah pada setiap sanjungan mereka.

Elvin menggenggam tanganku Erat, ia juga tersenyum membalas dengan sapaan hangat, sepertinya Elvin adalah Presdir yang ramah dan bijaksana.

"Beruntung sekali ya jadi istri pak Elvin, sudah ganteng, kaya, baik pula, siapa sih yang enggak mau sama orang kayak gitu, aku jadi istri kedua juga mau deh," aku mendengar beberapa karyawan wanita berbisik lalu cekikikan.

"Aku yang ketiga deh hahaha."

"Mana mau pak Elvin sama perempuan berbadan bongsor sepertimu," terdengar mereka saling mengejek.

Mereka tidak sadar kehadiranku, terus aja sekelompok wanita itu bergunjing.

"Cantik juga sih istrinya, cuman ya itu, mandul katanya," bisikan mereka masih bisa ku dengar jelas.

"Percuma ya cantik tapi mandul, menurutku tinggal menunggu waktunya aja tu pak Elvin bakal kawin lagi," mereka mengangguk setuju mendengar pendapat wanita berambut ikal.

"Betul, sudah bertahun - tahun menikah ya, kasian sekali pak Elvin, dia seharusnya sudah punya dua orang anak."

"Kalau aku jadi istrinya, harus sadar diri dong, siapa yang mandul di pernikahan ini harus mengalah, biarin lah suami cari anak dari istri lain."

"Iya seharusnya gitu, tapi sudahlah memang enggak ada yang sempurna yaa mbak, mendingan kita dong, gini-gini anak aku udah 2 loh," perempuan lainnya menimpali.

Mataku memanas, hatiku sakit mendengar hinaan itu, ini terjadi di luar kendaliku, sungguh aku tak bisa mengendalikan sisi diriku yang ini, Anne tolonglaahhh jangan ajak aku menangis bersamamu.

"Ngapain kamu disini, sudah enggak usah di dengerin ya, kamu istriku yang terbaik," Elvin menarikku, ia tau aku hampir menangis disana.

Terbaik, bukan satu-satunya.

"Besok mereka semua akan ku berhentikan," kata - kata itu membuat hatiku hangat, aku merasa ia membelaku, aku jadi sedikit mengerti rasanya dicintai, mungkin sudah sangat lama Anne menjadi satu-satunya wanita yang di cintai Elvin.

Hingga untuk membagi ke lain hati rasanya sebegitu hancur.

"Aku agak pusing," bisikku pada Elvin.

Pusing sekali rasanya kepalaku, dan juga lemas, oh iya apa karna aku belum makan, hari ini berat buatku dengan tubuh baru ini.

Aku melihat mas Emran dengan wanita lain, meski aku benci dia tapi dulu kami saling mencintai, sedikit banyak hatiku sakit apalagi kata-katanya yang menganggap aku sumber kesialan.

Lalu mama yang tidak pernah peduli denganku, rasanya sama saja seperti tidak punya mama kalau begitu, tambah lagi gunjingan para wanita - wanita ular itu membuat aku kehabisan tenaga.

Menyesal rasanya tidak ku Jambak saja rambut mereka tadi, lain kali akan ku lakukan.

"Apa kita pulang saja ? semua acara inti sudah selesai kok, tinggal makan malam bersama keluarga saja, kalau kamu capek aku bisa bilang mama untuk kita pulang duluan."

"Enggak perlu, aku cuma belum makan aja, aku lapar."

"Astagaaa kenapa bisa sayang, bukannya kamu tadi belanja keluar, kenapa tidak menyempatkan makan? lain kali aku akan ingatkan jam makanmu, ayo kita gabung ke meja makan sekarang," Manis sekali perlakuan Elvin ini, kalau dia tidak akan menikah lagi mungkin Elvin akan menjadi suami terbaik menurutku.

Setelah menyendok beberapa makanan, meminum segelas besar jus Alpukat aku merasa sedikit lebih baik.

"Anne, kamu pucet banget, kenapa nak? " tanya mama mertuaku.

Semua memandang ke arahku, apalagi mama dan papa mereka juga terlihat khawatir walaupun hanya sedikit.

"Aku telat makan aja ma tadi kelupaan."

"Kamu gimana sih Elvin! lain kali lebih perhatian dong sama istrimu. nanti mama telpon dokter Hana ya biar periksa keadaan kamu, mama khawatir."

Rasanya sangat menyenangkan juga ya di perhatikan dan di sayang begini, aku jadi terbuai!

"Jangan terlalu banyak pikiran ya Anne, apa karna masalah yang sedang kalian hadapi?"

"Ma, sepertinya jangan di bahas sekarang ya," rayu Elvin pada mamanya.

Semua diam melanjutkan makan malam, hanya sesekali obrolan ringan tentang pekerjaan dan bisnis yang membuat kepalaku makin terasa berat, melihat itu Elvin tak tinggal diam, ia mengerti situasi dan meminta izin mengajakku pulang lebih dulu.

...

Tiba di rumah, belum 10 menit ternyata dokter Hana sudah datang, ia langsung memeriksaku.

"Ibu Anne, kapan terakhir datang bulan?"

Aku tidak ingat kapan periode bulanan Anne, tidak ada ingatan tentang itu.

"Saya lupa dok, kenapa ya?"

"Coba ibu tespek dulu ya, saya menduga ibu sedang mengandung, tapi untuk lebih memastikan di coba tespek dulu ya," dokter Hana menyerahkan benda pipih itu.

Kebetulan aku memang kebelet pipis, langsung saja aku test, katanya Anne punya gangguan hormon dan sudah sering berobat kemana-mana, mana mungkin hamil begitu saja kan?

"Haahhhh???" aku menutup mulutku, tanganku bergetar memegang benda pipih itu.

...

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kehidupan Kedua Istri Sang Presdir   Bab 6

    "Katanya ke UGD, kok apartemen sih?" protesku saat Elvin berhenti di depan gedung menjulang tinggi. "Entahlah, aku hanya diminta kesini, mungkin tidak terlalu parah jadi Karina langsung pulang kan?" jawab Elvin tanpa menoleh. Aku curiga ini hanya modus perempuan itu untuk bisa bertemu suamiku. "Kamu mau tunggu di lobby aja? atau mau ikut? mungkin kamu enggak akan nyaman melihat aku ketemu sama Karina sayang." "Enggak, aku ikut aja, lebih baik aku saksikan sendiri dari pada aku menduga-duga," jawabku yakin. "Oke, aku harap kita enggak membuat keributan ya sayang," aku meliriknya sinis, dia pikir aku perempuan bar-bar apa, walaupun dalam hati ingin sekali menoyor kepala wanita itu di pertemuan pertama kami ini. Bisa-bisanya ia menelpon pria beristri untuk menemaninya, memalukan! apa tidak ada lagi laki-laki lajang di muka bumi ini hingga ia harus menelepon suamiku. Lift serasa bergerak lambat, sebenarnya aku sangat mengantuk dan capek tapi aku juga tidak mau memberikan ke

  • Kehidupan Kedua Istri Sang Presdir   Bab 5

    Tubuh ini melorot ke lantai kamar mandi lalu menyenggol benda apa saja dan menimbulkan suara nyaring hingga ke luar kamar mandi. Aku merespon sangat luar biasa hingga rasanya lutut pun lemas, apa mungkin karena ini adalah hal yang paling di tunggu-tunggu Anne dulu. Masih ku pegang benda pipih itu saat Elvin menerobos masuk dengan panik. Garis dua, sepertinya aku hamil, astaga! aku sangat kaget sekaligus ikut bahagia, aku juga sudah lama ingin punya anak dulu saat dengan mas Emran, aku sering menanti kehamilan, sampai di titik tidak lagi ku inginkan karena mas Emran yang miskin dan tidak beradab itu, kasian anakku kalau punya ayah macam dia. Melihatku yang terduduk di lantai kamar mandi Elvin suamiku di kehidupan kedua ini langsung memapahku dengan sigap, Elvin seperti sangat ketakutan terjadi sesuatu pada Anne. "Dok, apa ini artinya?" tanyaku memperlihatkan benda pipih itu pada dokter Hana, Elvin juga penasaran karena ia tidak tau soal ini. Dokter Hana meraih tespek i

  • Kehidupan Kedua Istri Sang Presdir   Bab 4

    "Kamu cantik sekali, Anne. Aku semakin mencintai mu," puji Elvin saat pertama kali melihatku keluar dari kamar setelah berdandan untuk ulang tahun perusahaan malam ini. Aku tersenyum kecut, mencoba menjadi diri Anne yang penurut karena siang tadi aku sudah mendapat sebuah peringatan yang di bungkus nasihat, Mama datang kerumah. Pertemuan dengan mas Emran tadi merusak suasana hatiku jadi ku putuskan untuk pulang dan berendam air hangat, hingga seorang wanita paruh baya menerobos masuk membuat aku terkejut bukan main, hampir saja aku melempar lilin aromaterapi ke wajahnya kalau aku tidak ingat itu adalah ibu Anne. "Anne, mama bikin kaget kamu ya? maaf ya sayang mama tadi sudah panggil-panggil kamu enggak jawab, ternyata enggak di kunci, lagian kata Elvin tadi masuk aja mungkin kamu lagi tidur," dengan sorot mata keibuan. "Enggak apa-apa ma, kenapa mama kesini?" dalam ingatanku hubungan Anne dan ibunya tidak begitu hangat. "Elvin tadi telpon mama katanya ada yang aneh dengan

  • Kehidupan Kedua Istri Sang Presdir   Bab 3

    "Emrann! mas Emran astaga, aku tak menyangka langsung bisa bertemu dia disini," tampangnya sumringah dan terlihat bahagia. Apa yang suamiku lakukan disana, ia fokus melihat ponselnya sembari sesekali tersenyum. penampilannya juga berubah, ia memakai setelan kemeja dan celana dasar seperti orang kantoran. Melihat mas Emran seperti itu mengingatkanku pada sosoknya sebelum kami menikah, ia pria yang tampan menurutku, punya pekerjaan mapan dan seperti bisa memberikan banyak kebahagiaan. Senyum yang lama tak kulihat di wajahnya hari ini muncul lagi membuat hatiku berdesir, ada setitik rindu disana, bagaimanapun ia suami yang pernah hadir dalam hidupku kan. Tak berselang lama, kuliat seorang perempuan muda menghampiri mas Emran, mas Emran lalu merangkul perempuan itu mesra, mereka tampak tertawa bahagia. tanpa sadar aku meremas stir mobil, hatiku panas, siapa perempuan itu. Bergegas aku turun setelah memarkirkan mobilku, mengejar mereka yang berjalan memasuki sebuah tempat maka

  • Kehidupan Kedua Istri Sang Presdir   Bab 2

    "Anne Charlotte," nama pemilik tubuh sebelumnya. Kucari dimana Anne menyimpan tas atau dompetnya, lalu segera kubuka tas mahal itu untuk menemukan kartu identitas. Aku terperangah melihat deretan kartu ATM yang aku yakin isinya tidak sedikit melihat dari tipe kartunya saja, uang tunai, dan handphone mahal, wah kaya banget si Anne pikirku senang. Tanganku sibuk mengotak atik ponsel mahal itu, aku ingat semua sandinya, PIN ATM pun ada di ingatkanku, terimakasih Tuhan, sudut bibirku terangkat. "Aku hidup sebagai Anne sekarang, sepertinya Anne tidak bahagia dengan hidupnya meski kaya raya, terbukti mungkin ia lebih memilih mati ketimbang bertahan dalam tubuh ini, ia terlalu mencintai pria tadi," aku mulai ingat tapi belum semuanya, aku harus banyak mencari tau kepahitan hidup apa yang membuat Anne menyerah. Setelah mandi dan puas memilih pakaian, aku mengagumi diriku di cermin, sangat cantik! sempurna sekali, aku harus berbelanja dan jalan-jalan sesuai angan-angan ku dulu. "M

  • Kehidupan Kedua Istri Sang Presdir   Bab 1

    “Kemana sih Bang Emran, dari semalam enggak pulang, apa dia lupa punya istri dirumah ini,” dengan kesal aku paksakan bangun, melihat ponsel jadul yang tergeletak di meja, tidak ada satupun balasan atau telpon balik dari Emran, suamiku, sungguh keterlaluan. Entah sejak kapan aku merasa hubungan kami semakin dingin, jarang bertegur sapa, setiap pulang kerja pun mas Emran selalu mengeluh kelelahan dan tertidur, tak jarang mas Emran marah jika aku ingin meminta sedikit perhatian darinya. Perutku sangat lapar hingga kepalaku pusing menahan lapar, dari kemarin sore hanya air putih yang ku minum sebanyak-banyaknya, itu ku lakukan agar tidak terlalu merasa lapar. Tidak ada satupun makanan yang bisa aku makan, bahkan sebutir beraspun aku tak punya, aku tak menyangka bisa sampai di titik sangat-sangat miskin seperti ini, aku terus mengasihani diriku yang malang. “Astagaa! apa seburuk ini penampilan ku sekarang,” aku terlonjak saat melihat pantulan wajah kusut pada cermin lemari yang u

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status