Share

Bab 12. Titah Penangkapan Dalia

Author: nanadvelyns
last update Last Updated: 2025-08-14 08:22:55

Saat matahari pergi dan bulan mulai menyapa, Dalia duduk tenang sembari membaca buku di kamarnya.

"Nona, sepertinya tusuk rambut teratai Anda... Hilang?" ucap Hana yang sedang sibuk merapikan meja rias sederhana Dalia.

Dalia melirik sekilas, lalu mengerutkan keningnya, berusaha mengingat kapan terakhir kali ia melihat tusuk rambut yang dimaksud Hana.

Ingatannya kembali berputar ketika pertama kali mereka bertemu dengan Adipati Gara.

Moment saat pria itu melempar belati ke arahnya, tusuk rambutnya tepat mengenai serangannya.

"Lupakan saja, Hana," ucap Dalia yang sudah mengingatnya.

Hana menggeleng cepat. "Bukankah tusuk rambut itu peninggalan mendiang nyonya satu-satunya, nona?"

Dalia tidak menjawab, meskipun begitu siapa yang bilang bahwa dia tidak peduli? Dia hanya tidak ingin terlibat lebih banyak pertemuan dengan Adipati Gara.

"Di mana Odine?" tanya Dalia untuk mengalihkan pembicaraan.

Raut wajah Hana yang semula lesu, seketika berubah keras. Kedua sudut alis wanita itu me
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Kehidupan Kedua: Nona Ingin Menuntut Balas!   Bab 30. Perlawanan Sunyi

    -Sebelum Kaisar dan lainnya menghampiri bangunan tua-Dalia menggertakkan giginya penuh amarah, rasa jijik mulai menyelimuti sekujur tubuhnya. Nathan terus berusaha mencumbunya selagi Dalia mati-matian memblokir gerakan pria itu. "Berengsek!" Umpat Dalia kesal, lalu dengan tenaga terakhir yang ia miliki, wanita itu menendang keras area sensitif Nathan. BUGH!Dalia ikut mengaduh sakit karena kakinya yang sejak awal sudah terluka parah, tetapi di keadaan ini rasa sakit sudah tidak menjadi pikiran utamanya lagi. Memaksakan diri, Dalia bangkit dan berusaha meraih tongkat balok yang sempat ia jatuhnya ke lantai. Nathan masih berguling di lantai karena rasa sakit tak tertahan, Dalia menendang telak di kedua bola pria itu. Ketika Dalia berhasil menyentuh badan tongkat, Nathan yang masih mengaduh sakit berusaha menahan tongkat itu dari sisi satunya. Dalia menatap tajam Nathan, jangan kira karena ia wanita, Dalia tidak berani berbuat kejam. Wanita itu menarik tusuk rambut teratainya, m

  • Kehidupan Kedua: Nona Ingin Menuntut Balas!   Bab 29. Air Mata Menyulam Fitnah

    Memperhatikan ruangannya, Kaisar tidak mungkin menjadikan bangunan lama sebagai tempat pengobatan para penonton dan peserta tanding yang terluka. Melirik sekilas ke arah balok panjang yang bersandar di dekat jendela, Dalia menatap lagi ke arah pintu lebih dingin dari sebelumnya. Ini jebakan, tetapi melawan sejak awal pun tidak akan ada gunanya. Kakinya terluka, jika memang Huanghou yang mengatur ini, wanita itu pasti telah menyiapkan rencana lain jika dirinya memberontak saat dibawa kemari. Suara keributan kecil terdengar dari arah luar, dengan cepat Dalia berusaha berdiri dan meraih balok panjang yang bersandar tidak jauh dari posisinya. Meskipun tertatih, Dalia tetap melangkah cepat sambil menelan rasa sakitnya bulat-bulat. Wanita itu berdiri di sisi pintu yang akan menyembunyikan sosoknya begitu dibuka.BRAK!Bersamaan pintu yang dibuka kasar, kening Dalia terlipat dalam saat mencium bau alkohol dan suara gumaman yang tak asing. "Astaga... Di mana ini? Kau... berbohong padaku?

  • Kehidupan Kedua: Nona Ingin Menuntut Balas!   Bab 28. Senandung Kecapi Tarian Bunga Perang

    Di tengah kondisi langit yang semakin berawan karena mendekati musim dingin, Dalia terus menari, memutar tubuhnya yang menggenggam pedang sambil terus menahan sakit. Kecapi terus dimainkan Salsa dengan lincah, membuat penonton yang tidak mengetahui kondisi sebenarnya berdecak kagum. Dalia menggigit bibir bawahnya diam-diam, sesekali menatap tajam Salsa karena alunan kecapinya dibuat semakin cepat. Bukan sekali dua kali Dalia menahan rasa sakit di tulang kakinya, namun saat tarian dimulai, tak ada pilihan lain selain tetap menari. Sementara itu, adipati Gara yang baru saja kembali dari area belakang lapangan pertandingan tertegun mendapati Dalia tengah menari. Kening pria itu terlipat dalam, bukankah kaki wanita itu masih belum baik-baik saja? Namun kali ini tidak ada yang bisa ia lakulan saat menyadari tarian yang dilakukan Dalia adalah Bunga Perang. Tarian sakral itu tidak boleh dihentikan sembarangan, atau penarinya akan dianggap menghina pahlawan dan akan dijatuhi hukuman ber

  • Kehidupan Kedua: Nona Ingin Menuntut Balas!   Bab 27.Hiburan Berdarah di Istana

    Dalia mengeluarkan sapu tangannya dengan ragu, lalu mengikatkannya di gagang pedang adipati Gara. Dara menatap adegan itu dengan berbinar, idola bela dirinya benar-benar berada tepat di hadapannya. Selesai mengikat sapu tangan, adipati Gara berdiri, tatapannya tak pernah beralih dari Dalia. "Kamu menginginkan kemenangan?"Dalia mendongak untuk membalas tatapan adipati Gara, lalu melirik sapu tangan sulamannya lagi sambil menggeleng. "Tidak perlu memaksa--""Duduk diam saja di situ." Adipati Gara tiba-tiba menyela, lalu berbalik dan melangkah turun dari tribun bangsawan menuju lapangan. Sapu tangan sulaman Dalia terikat jelas di gagang pedang pria itu, membuat pasang mata yang melihatnya dari dekat tertegun. Sulaman itu sangat indah, sebuah elang yang dijahit mengenakan benang berwarna orange. Sampai di lapangan adipati Gara menunjukkan sapu tangannya, membuat sang kasim mengangguk sambil tersenyum-senyum. Pertandingan pun dimulai secara bergiliran perbabak, hingga akhirnya adipa

  • Kehidupan Kedua: Nona Ingin Menuntut Balas!   Bab 26. Debar Yang Tersembunyi Di Balik Sutra

    Dalia menatap kesal jari telunjuk Cahya yang menempel di bibirnya, ketika ia hendak menepis, pria itu telah lebih dulu menariknya. Cahya bersandar santai di sebelahnya, lalu menatap ke arah lapangan lagi. "Baiklah jika Anda menolak berteman dengan saya."Dalia tidak menjawab, dia tidak mengerti alasan Cahya selalu muncul di dekatnya sejak pertemuan pertama mereka di penerbangan lampion. Tak lama Cahya kembali menoleh menatapnya. "Nona menyukai seni? Mungkin... Musik, lukis, atau menari?"Dalia melirik sekilas. "Mungkin menari." "Anda benar-benar memiliki banyak kesamaan dengan mendiang nyonya perdana menteri," balas Cahya, kembali menatap lapangan. Dalia kali ini benar-benar menoleh. Ibunya?"Anda mengenal ibu saya?" tanya Dalia. Cahya mengangguk. "Tentu, saya berteman dengan kakak kedua Anda sejak kecil. Mungkin Anda tidak tahu, saya pernah menemui Anda saat masih berada di dalam kandungan. Menyapa dengan elusan lembut."Dalia tersenyum tipis karena membayangkan ibunya. Entah be

  • Kehidupan Kedua: Nona Ingin Menuntut Balas!   Bab 25. Cahaya Lampion, Bayangan Rasa Tersembunyi

    Sampai di kediaman, Dalia turun dan kembali ke kediaman pribadinya ditemani Hana. Dalia membersihkan diri sebelum akhirnya beristirahat, besok pagi mereka harus kembali ke Istana lagi untuk menyaksikan pertandingan festival lampion, acara utama dari perayaan lampion. Para pria yang sudah memiliki sapu tangan biasanya akan ikut pertandingan bela diri. Di pertandingan ini tidak memandang gelar dan jabatan, rakyat biasa sampai bangsawan diperbolehkan ikut. Keesokan paginya, Dalia bersiap. Pagi ini dia menaiki kereta kuda bersama perdana menteri dan Salsa, sementara Gibran menunggangi kuda di sebelah kereta mereka. Pria itu juga akan bertarung di pertandingan nanti. Hari ini Salsa tidak banyak bicara seperti biasa, setelah semalam Dalia membalas serangannya langsung di hadapan umum, dirinya tidak lagi mendengar keributan baru dari Salsa. Tiba di Istana, mereka turun dan langsung berpisah. Perdana menteri dengan para pejabat dan kolega lainnya, Salsa bersama Nathan, sedangkan Dalia

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status