Sampai di kediaman, Dalia turun dan kembali ke kediaman pribadinya ditemani Hana. Dalia membersihkan diri sebelum akhirnya beristirahat, besok pagi mereka harus kembali ke Istana lagi untuk menyaksikan pertandingan festival lampion, acara utama dari perayaan lampion. Para pria yang sudah memiliki sapu tangan biasanya akan ikut pertandingan bela diri. Di pertandingan ini tidak memandang gelar dan jabatan, rakyat biasa sampai bangsawan diperbolehkan ikut. Keesokan paginya, Dalia bersiap. Pagi ini dia menaiki kereta kuda bersama perdana menteri dan Salsa, sementara Gibran menunggangi kuda di sebelah kereta mereka. Pria itu juga akan bertarung di pertandingan nanti. Hari ini Salsa tidak banyak bicara seperti biasa, setelah semalam Dalia membalas serangannya langsung di hadapan umum, dirinya tidak lagi mendengar keributan baru dari Salsa. Tiba di Istana, mereka turun dan langsung berpisah. Perdana menteri dengan para pejabat dan kolega lainnya, Salsa bersama Nathan, sedangkan Dalia
"Apa mengintip dan menguping merupakan kegemarani tersembunyi nona Ishraq?" tanya adipati Gara penuh sarkasme. Dalia terbatuk pelan, lalu melangkah keluar dari balik pohon besar. Wajahnya berusaha tenang meskipun malu. "Nona besar Ishraq." Bima dan Faqih membungkuk menyapanya, Dalia pun balas tersenyum sambil mengangguk. "Saya tidak memiliki niat untuk mengganggu pembicaraan pribadi yang mulia, namun yang mulia sendirilah yang lebih dulu menyeret nama saya ke pembicaraan pribadi Anda," ujar Dalia, membuat adipati Gara mengerutkan keningnya sambil tersenyum samar. Bima dan Faqih segera saling tatap, Dalia tidak tahu alasan dua pria itu tiba-tiba seolah sibuk menahan tawa. Hingga tak lama keduanya mengambil beberapa langkah jarak untuk memunggungi Dalia dan adipati Gara. "Apa wanita itu sempat menunjukkan tindakan aneh lagi setelah kembali ke kediaman perdana menteri?" tanya adipatj Gara, mereka berdua mulai memasuki pembicaraan serius lagi. Dalia menggeleng pelan. "Saya sibuk be
Dalia memilih untuk menghiraukan Nathan dan Salsa, tidak ada gunanya berbicara dengan mereka. Dalia tahu wanita itu hanya ingin memanfaatkan situasi untuk menekannya seperti dulu. Tetapi belum sempat Dalia melanjutkan langkahnya, Salsa mulai mengajaknya bicara, membuat Dalia tidak bisa mengacuhkannya secara terang-terangan di depan umum karena ikatan 'keluarga'."Bagaimana dengan sulaman sapu tanganmu, kak?" Dalia melirik ke sekitar untuk memastikan siapa saja yang memperhatikan mereka, kemudian ia tersenyum tipis. "Masih belum--"Nathan mendadak tertawa, membuat kalimat Dalia tertahan dengan senyum tipis yang kaku. Pria itu tak pernah berhenti mengganggunya. "Untuk apa kamu menanyakan itu, sayang? Memangnya siapa yang mau menerima sapu tangan dari wanita berhati busuk? Hasil sulamannya juga pasti buruk! Bahkan kotoran kuda memiliki bentuk yang lebih baik," ujar Nathan, membuat bisik-bisik mengenai Dali kembali merambat cepat. Dalia tetap mempertahankan senyumnya, sementara Salsa
Dalia turun begitu petugas Istana yang melayani tamu membukakan pintu kereta untuknya. Kereta emas yang ditumpangi Dalia dengan mudah menjadi pusat perhatian.Bukan karena kereta kuda emas itulah yang menjadi pusat perhatian, melainkan diri Dalia sendiri. Putri sulung perdana menteri yang cukup lama tak menampakkan diri, namun sekarang mendadak menjadi buah bibir utama Kekaisaran. Dalia masuk dengan kepala terangkat, menghiraukan berbagai macam tatapan yang jatuh padanya. Sementara Hana, wanita itu menunggu bersama kereta kuda emas di luar sesuai aturan Istana. Tiba di dalam aula megah Istana, tempat para tamu dan tuan rumah berkumpul, kerumunan yang semula riuh berubah senyap. Tetap tenang, Dalia membungkuk ke arah Kaisar dan Huanghou. "Saya Dalia Ishraq, memberi salam kepada dua matahari agung kekaisaran."Kaisar tersenyum puas. "Kehadiranmu sudsh ditunggu-tunggu, nona Ishraq. Silahkan duduk."Dalia tersenyun tipis sebelum mengangkat kepalanya, tatapan teduhnya menatap Kaisar pe
Hari festival lampion Kekaisaran Timur tiba. Kalangan menengah kebawah sibuk mempersiapkan perayaan di sekitar kediaman mereka, sementara kalangan bangsawan tinggi sibuk bersiap menuju Istana. Seperti Dalia sore ini, pertama kalinya setelah sekian lama ia berpenampilan layaknya putri bangsawan kelas tinggi. Biasanya ia hanya mengenakan hanfu dan tusuk rambut sederhana, berbeda dengan hari ini yang mengenakan hanfu merah muda yang terbuat dari kain sutra terbaik. Tetapi tusuk rambut perak teratai itu tetap bertengger di kepalanya anggun. "Nona, kereta kuda Istana tiba." Pelayan wanita lain muncul, membuat Dalia dan Hana menoleh bersama. "Ayo, nona! Ayo semangat!" Hana terkekeh gembira, membuat hati Dalia menghangat. Wanita itu tak pernah berhenti berada di pihaknya. Dalia berdiri, lalu melangkah keluar kediamannya dengan sorot mata dingin. Setelah masalah besar racun Nadine Guifei yang berputar di antara dirinya, Salsa, dan Huanghou, pasti situasi Istana tidak akan begitu bersaha
Dalia menyulam dengan pandangan yang jauh lebih dingin dari biasanya. Kejadian tadi pagi masih menyisakan bekas tamparan besar di wajahnya. Berusaha mengalihkan pikirannya, Dalia menyulam untuk festival lampion besok lusa. .Festival lampion yang selalu diadakan meriah setiap mendekati penghujung tahun dan awal musim dingin. Sesuai tradisi, para wanita akan menyulam sapu tangan untuk pria yang ingin mereka doakan kesejahteraannya ataupun hanya sebatas pria yang mereka cintai, pasangan. Tetapi Dalia tidak memiliki pasangan, sementara wanita tidak bisa menawarkan sapu tangannya secara langsung pada pria. Mereka hanya bisa menunggu sampai ada pria yang meminta sapu tangan mereka. Jadi dia hanya menyulam untuk formalitas. Tak lama Hana datang dengan raut wajah dingin sambil membawa mangkuk berisi manisan kue kering. "Nona, di halaman belakang... Pihak Istana telah mengembalikan jasad Odine," ucapnya. Gerakan menyulam Dalia terhenti, lalu beralih menatap Hana.Ah... Wanita itu pada