Share

Terkurung dalam Sangkar

Tiga hari berlalu begitu saja sejak terakhir Selene bertemu dengan Sir Nicholas. Hari yang telah disepakati akan menjadi hari evaluasi akhir bulan akhirnya datang juga.

"Kenapa ramai sekali di sini?" Banyak orang yang hadir di sekitar tempat latihan. Bukan hanya prajurit, tapi juga para pelayan yang bekerja di kediaman Alpheratz.

Selene mempersiapkan diri tanpa tahu apa rencana Sir Nicholas yang sebenarnya.

Saat gadis itu keluar ke arena tempat latihan, dia dibuat kaget dengan kehadiran ayah dan kakaknya di bangku penonton.

Apa-apaan ini?! Kenapa ramai sekali? Bahkan Ayah dan Kakak juga menonton?!

Selene dan Sir Nicholas keluar dari sisi arena yang berbeda.

"Sir Nicholas! Apa maksud semua ini?" seru Selene meminta penjelasan.

"Seperti yang bisa Lady lihat, mereka akan menjadi saksi kelahiran si anak ajaib! Ahli pedang berbakat yang langka! Calon kesatria di masa depan!" serunya dengan wajah semringah.

"Tapi sebelum itu, mari kita lihat apakah dia bisa memecahkan cangkang yang mengurungnya." Seketika raut Sir Nicholas berubah serius.

Selene masih tidak mengerti.

Bicara apa dia!? Anak ajaib? Memecahkan cangkang? Apa maksudnya?!

Pembicaraan absurd ini hampir saja membuat Selene lengah. Tanpa aba-aba, Sir Nicholas menyerangnya terlebih dulu. Suara pedang beradu memenuhi arena itu. Beberapa prajurit bersorak memberi semangat pada Selene, sedangkan sisanya melihat pertandingan itu dengan ekspresi harap-harap cemas.

Aturan dari pertandingan ini sangat sederhana. Kau hanya perlu melepaskan kain yang diikatkan di tubuh lawan—Selene mendapatkan kain berwarna merah, sedangkan Sir Nicholas mendapatkan kain berwarna ungu. Yang membuat pertandingan ini sulit adalah kau tidak boleh menyakiti lawanmu. Jika ada setetes darah yang keluar dari tubuh lawan, maka kau akan dianggap kalah.

Satu hal lagi yang membuat pertandingan ini menjadi semakin sulit, namun menarik. Kau boleh mengikatkan kainmu di mana pun, bahkan di batang leher sekalipun. Sama seperti yang Sir Nicholas lakukan.

Dia tidak main-main dengan kata-katanya! Dia benar-benar berniat mengalahkanku!

Orang awam mungkin akan menganggapnya tindakan curang. Namun, bagi mereka yang paham, ini merupakan strategi brilian. Karena memang tidak ada aturan yang mengatur hal ini.

Satu serangan cepat Sir Nicholas hampir saja mengenai kain yang Selene ikatkan di lengannya.

Sial!

Jika Selene tidak sigap menghindar, dia mungkin sudah kalah.

Perlu diingat jika Sir Nicholas bukanlah pelatih pedang sembarangan. Sebelum memilih pensiun, dulunya dia pernah bergabung dengan prajurit istana di bawah komando langsung dari Kaisar dan merupakan veteran militer dengan pangkat yang tinggi.

"Ayo, Lady Selene! Tunjukkan kemampuanmu yang sebenarnya! Aku tahu kau masih menahan diri!" Sir Nicholas mulai memprovokasinya.

Jujur saja, Selene paling benci diremehkan. Ucapan provokatif Sir Nicholas akhirnya malah menjadi dorongan bagi Selene untuk semakin serius. Dia menghela nafas pelan. 

Selene merespon ucapan itu dengan serangan cepat dan hampir memojokkan Sir Nicholas. "Bagus! Tunjukkan dirimu yang sebenarnya! Tunjukkan bahwa tidak ada penghalang bahkan tembok beton sekalipun yang bisa menghentikanmu menjadi yang terhebat di antara yang paling hebat!!"

Pria paruh baya itu begitu menggebu ingin menunjukkan kemampuan terbaik Selene di hadapan semua orang yang menyaksikan pertarungan mereka. Dia sebenarnya tidak berniat untuk menyerang Selene dengan serius, tapi tampaknya gadis itu sendiri yang memaksanya untuk mengeluarkan kemampuan terbaiknya. 

Pada akhirnya, tidak ada satu pun dari ucapan Sir Nicholas yang bisa Selene tangkap. Begitulah gadis ini ketika dia sudah bertarung dengan serius.

Dirinya seolah berada dalam ruang hampa. Tanpa udara, tanpa suara, tanpa cahaya, hanya ada dirinya dan pedang dalam genggamannya. Indranya akan menajam pada titik tertentu, pendengaran, pengelihatan, bahkan intuisinya. Semua indranya seolah mendukung Selene untuk fokus hanya pada satu tujuan, yaitu 'KEMENANGAN'.

SRETT!!

Selene berhasil merobek kain yang Sir Nicholas kenakan, tanpa menggoresnya sedikit pun. Selene menang. Dia menang telak.

Suara sorakan mulai kembali bisa dia dengar. Dia mengedarkan pandangan menatap sekelilingnya. Semua orang yang hadir di sana tampak merayakan kemenangannya.

"Selamat, Lady Selene," ucap Sir Nicholas mengulurkan tangan. Selene menyambut uluran tangan itu dengan ragu.

"Kau berhasil melewati penghalang terbesarmu," bisik Sir Nicholas sambil mengedipkan sebelah matanya.

Selene masih tidak mengerti.

Dibanding senang, dia lebih terlihat bingung dengan situasi ini. Baru saja dia ingin buka suara, Sir Nicholas lebih dulu memotongnya.

"Lihatlah! Hari ini, telah lahir ahli pedang yang akan memimpin para kesatria di masa depan! Kalian sudah melihatnya sendiri! Bagaimana kemampuan luar biasa yang dimilikinya!" Sir Nicholas kemudian berbalik. Menatap Duke Alpheratz yang tampak terkejut di tempat duduknya.

"Anda sudah melihatnya sendiri, Yang Mulia." Kali ini dia bicara dengan Duke. "Anda sudah melihat sendiri bagaimana kemampuan Lady Selene sebagai seorang ahli pedang."

Hal selanjutnya yang terjadi sungguh di luar perkiraan Selene. Sir Nicholas berlutut sambil menundukkan kepalanya. "Maka dari itu, saya mohon, Yang Mulia. Izinkan Lady Selene untuk belajar ilmu berpedang di akademi. Tanpa bermaksud merendahkan kemampuan prajurit Anda, tapi di sini tidak ada lagi lawan yang sepadan dengan kemampuannya sekarang."

Mulai terdengar suara bisikan dari para penonton di sana. Mereka setuju dengan perkataan Sir Nicholas. Tempat ini memang terlalu sempit untuk bakat luar biasa Selene.

"Saya bisa menjamin, Lady Selene akan berkembang lebih jauh jika Anda bersedia mengirimnya ke akademi."

Selene yang mulai mengerti situasinya, kemudian menatap Sir Nicholas yang masih berlutut. Pria itu hanya membalas tatapannya dengan senyum simpul penuh makna.

Jadi ini alasannya menggelar pertandingan untuk ditonton semua orang.

Sir Nicholas tahu, Duke Alpheratz tidak akan setuju dengan pendapatnya ini jika dia menyampaikannya secara langsung. Jadi beginilah caranya mendesak Duke untuk mengirim Selene ke akademi. Di hadapan semuanya, Selene telah membuktikan bahwa dirinya bisa terbang lebih tinggi. Dengan satu syarat, seseorang harus mengeluarkannya dari sangkar yang dia sebut rumah ini.

Semua orang sudah melihat bagaimana kemampuan Selene. Tidak ada lagi alasan bagi Duke untuk menyembunyikan Selene di balik tembok kokoh kediaman Alpheratz sekarang. 

Suasana menjadi sangat intens. Keadaan menjadi hening, hanya bisikan-bisikan kecil yang terdengar. Hingga akhirnya Lucas lebih dulu buka suara, seolah mewakili ayahnya.

"Bagaimana Anda bisa yakin dengan kemampuannya sekarang, Selene bisa bersaing di akademi? Anda seharusnya tahu ada banyak bakat-bakat hebat di luar sana! Bakat-bakat yang bahkan tidak pernah Anda temui sebelumnya!"

Oh, baikah. Ada satu hal yang rupanya luput dari rencananya dan mungkin justru hal ini yang akan menggagalkan semuanya.

Dia lupa jika kemungkinan orang yang paling menentang pendapat ini bukanlah Duke, melainkan Lucas.

"Sebagai seseorang yang hanya diberi tugas mengajari adikku berpedang, tidakkah Anda pikir ini sudah terlalu melewati batas?"

Selene yang melihat Sir Nicholas dipojokkan oleh perkataan Lucas, mencoba untuk membelanya.

"Apanya yang melewati batas? Yang Sir Nicholas lakukan hanya menyampaikan pendapatnya agar aku bisa belajar lebih layak."

Lucas mendecih. "Belajar lebih layak? Membuatmu bersaing dengan dunia yang keras di luar sana, kau sebut itu belajar lebih layak?"

"Kau tidak pernah tahu hasilnya, jika kau tidak mencobanya! Apa salahnya jika aku belajar berpedang di akademi? Bukankah itu lebih baik daripada terus-terusan berlatih tanpa kejelasan di sini!"

"Berlatih tanpa kejelasan katamu? Apa kau tidak sadar jika yang kami lakukan untukmu adalah demi kebaikanmu?! Kami mencoba memberikan yang terbaik untukmu!"

"Kau sebut berlatih di gedung tua ini adalah yang terbaik untukku?" Selene tersenyum kecut. "Kau bercanda!"

"Selene!" timpal Duke. "Apa yang dikatakan kakakmu benar adanya! Kami tidak mau kau terluka! Kau tidak tahu apa yang akan kau hadapi di luar sana!"

"Apa kalian sungguh memandangku selemah itu? Apa kalian tidak lihat pertandingan barusan? Aku berhasil menang!" Selene mengangkat kain ungu yang berhasil dia robek. "Lihat! Aku berhasil mengalahkan guruku sendiri! Apa kalian tidak melihatnya?"

"Cukup, Selene! Keputusan kami sudah bulat, kami tidak akan mengirimmu ke akademi apa pun alasannya!"

Selene benar-benar tidak habis pikir dengan keputusan sepihak ini.

Ini sungguh tidak adil! Dia sudah membuktikan bahwa dia pantas mendapatkan yang lebih baik dari ini!

"Dasar hipokrit!" Selene tahu ini benar-benar bukan ucapan yang pantas dia katakan pada kakak atau ayahnya. Tidak hanya Duke dan Lucas, semua orang yang ada di sana memandang Selene dengan pandangan terkejut.

Mau bagaimana lagi, tapi dia sungguh tidak tahan!

"Kau mencoba menghalangiku untuk berkembang karena kau takut aku akan menandingimu, bukan?" ketus Selene.

Gadis itu meledek dengan seringai menyebalkan.

"Karena dibanding siapa pun di sini, kau adalah orang yang paling tahu kemampuan anak-anak di akademi. Bukan begitu, kakakku si ahli pedang terhebat di wilayah barat?" cibirnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status