Share

Pria Brengsek

Author: Rasyidfatir
last update Last Updated: 2021-11-04 09:07:21

Marini berjalan mendekat ke arah Ariel. Tiba-tiba tangannya melayang ke arah pipi Ariel.

“PLAAK!”

Ariel meringis kesakitan meraba pipinya sendiri. Matanya membulat marah melihat ke arah Marini.

"Kamu tahu, wajahku ini adalah aset. Berani sekali kau menamparku!" balas Ariel.

"Itu pantas buatmu karena telah menodai temanku!" jawab Marini ketus.

"Bukan aku yang salah, dia sendiri yang tidur di kamarmu! Aku pikir dia adalah dirimu, dan kondisiku sedang mabuk jadi aku tidak bisa membedakan itu kamu atau bukan. Jadi, kau tidak bisa seenaknya menyalahkanku!" bantah Ariel. Ia membela diri jika itu bukan semata-mata kesalahannya.

"Tapi, jangan Aisyah. Dia gadis polos yang datang dari desa. Kau boleh berulang kali tidur denganku, tidak Aisyah. Dia berbeda!" sentak Marini.

Wanita itu terduduk di sofa, ia menangis dadanya terasa sesak menghadapi kenyataan jika Ariel yang telah merenggut kehormatan sahabatnya.

"Lalu, apa yang harus aku lakukan?" tanya Ariel.

"Nikahi dia," pinta Marini.

"Aku tidak mau. Karirku bisa hancur jika aku menikahi gadis desa yang tidak jelas asal usulnya," tolak Ariel.

"Kau ... kau memang brengsek!" umpat Marini. 

"Dari dulu kau sudah tahu jika aku brengsek, kenapa masih mau denganku," ucap Ariel.

"Karena kita sama-sama brengsek, tapi Aisyah tidak. Dia tidak pantas menerima ini," kata Marini. Ia mengusap air matanya sendiri. 

"Jika kau memaksaku untuk bertanggung jawab, itu sama saja menghancurkan karirku. Dan, aku tidak mau itu terjadi," jawab Ariel.

"Lalu, bagaimana jika Aisyah hamil, apa kau akan membuang anakmu sendiri?" tanya Marini.

"Tidak mungkin dia hamil begitu mudah, aku hanya melakukannya satu kali saja," kilah Ariel.

"Terserah, aku harap jika dia kelak hamil kau tidak lari dari tanggung jawab!" peringat Marini.

"Apa kau ke sini memang berniat untuk menghakimiku, kenapa kita tidak bersenang-senang, sayang," rangkul Ariel.

Marini mengedikkan bahunya. "Aku lagi kurang berselera hari ini. Kau tahu kenapa? Itu karena ulahmu," kata Marini.

"Ya, ya ... maafkan aku, sayang. Aku tidak menyangka kejadiannya akan seperti ini," kata Ariel. Lelaki itu melingkarkan kedua tangannya di pinggang seksi Marini. Wanita itu melepaskan kedua tangan Ariel dengan paksa.

"Aku harus pergi, kasihan Aisyah jika ku tinggal lama-lama. Ia masih trauma," kata Marini. 

DEG! 

Hati Ariel merasakan getaran aneh saat Marini mengatakan jika gadis yang di nodainya mengalami trauma. Biasanya para gadis yang pernah di tidurinya malah senang bisa berkencan dengannya. Tapi lain halnya dengan teman Marini. Seolah menganggap Ariel adalah sosok najis.

Marini keluar dari apartemen Ariel. Ia harus membeli obat-obatan dan makanan untuk Aisyah. Meskipun Marini bukanlah gadis baik-baik tapi terhadap Aisyah ia sangat menyayanginya. Dulu ketika di sekolah, Marini sangat iri melihat kecantikan Aisyah. Banyak teman sebayanya yang jatuh hati pada Aisyah. Sayangnya, Aisyah tidak mempedulikan soal laki-laki. Ia adalah anak penurut yang tujuannya hanya belajar di sekolah untuk meraih prestasi. Terbukti Aisyah sering mendapatkan peringkat pertama dan juara ketika perlombaan mewakili sekolah.

Lamunan Marini buyar ketika seorang kasir menyapanya. Ia langsung mengeluarkan beberapa uang lembaran untuk membayar belanjaannya. 

Sesampainya di rumah Marini mengendap-endap masuk ke kamarnya untuk melihat keadaan Aisyah. Matanya menyebar melihat ke segala arah, tidak ada yang terbaring di sana. Marini kaget, ia melihat sepucuk surat di atas tempat tidur Marini.

"Marini, maafkan aku karena pergi dengan cara seperti ini. Tapi, aku tidak mungkin tinggal di rumah yang mengingatkan aku akan kejadian itu. Aku tidak bisa. Tidak usah mencariku, aku masih punya sedikit uang untuk mencari kosan," isi surat itu.

Marini terduduk lemas, kresek yang berisi obat-obatan yang ia pegang bergulir jatuh ke lantai. Ia tidak tahu harus bagaimana, dalam kondisi selemah itu, bagaimana Aisyah akan mencari kosan. Marini segera bangkit dari duduknya, ia mencari-cari sesuatu di dalam tas kecilnya. Satu-satunya hal yang di pikirkannya saat ini adalah menelepon gadis itu.

"Aah, ayolah Aisyah angkat. Kenapa kau tidak mau mengangkat teleponku," kata Marini cemas. Ia takut jika Aisyah bertemu dengan orang jahat dan memanfaatkannya. Apa yang harus ia katakan pada bibi Mirna mengenai putrinya? 

Di dalam taksi Aisyah tidak berhenti menangis, lagi-lagi ia membawa tas yang berisi pakaiannya. Ia memang tidak mau tinggal di kontrakan Marini. Melihat kamar itu saja, hatinya terasa perih. Semua kejadian buruk yang menimpanya seakan terlihat jelas di depan matanya. Bagaimana ia bisa bertahan tinggal di sana? Aisyah memang tidak tahu ia harus kemana. Yang di pikirkannya  hanya satu yaitu menjauh dari semuanya. 

Aisyah juga malu pada Marini. Ia ingin memulai lembaran baru dimana tidak ada seorang pun yang mengenalinya. Mengenal masa lalunya yang pahit. 

"Pak, apa bapak tahu di mana letak kosan yang murah?" tanya Aisyah. 

Sopir itu tersenyum misterius. Melihat wajah Aisyah yang cantik alami terlintas ide di benaknya. 

"Iya, saya tahu. Kebetulan teman saya punya kosan khusus wanita," kata sopir.

"Kebetulan sekali, tapi harganya bagaimana, Pak?" tanya Aisyah. Ia juga harus menyesuaikan uang yang di milikinya.

"Murah kok, Non. Bisa di nego," jawab  sopirnya.

"Syukurlah," kata Aisyah bernafas lega. 

"Tolong antar sekarang ya, Pak," pinta Aisyah.

"Siap, Non," jawab sopirnya.

Mobil taksi itu berhenti di sebuah rumah yang cukup besar untuk ukuran kosan. Aisyah sempat tidak percaya jika rumah di depannya adalah kos-kosan.

"Benar ini rumahnya? Kok tidak seperti kos-kosan?" tanya Aisyah.

"Kos-kosan di Jakarta memang seperti ini, Non. Rumahnya besar-besar," kata  sopir. 

"Non, tunggu di sini dulu, biar saya temui teman saya. Barangkali bisa saya nego," kata sopirnya.

"Baik, Pak. Terima kasih sebelumnya," jawab Aisyah.

"Sama-sama, Non." 

Sopir itu masuk ke dalam rumah itu. Di dalam ia tampak berbicara empat mata pada pemilik rumahnya. Mereka saling berjabat tangan, tak lama kemudian sopir itu keluar untuk menemui Aisyah.

"Sudah beres, Non. Sekarang masuklah, pemilik kosan mengatakan masih ada satu kamar lagi yang kosong. Harganya juga murah, jadi Non tidak perlu khawatir," ucap sopirnya.

"Sekali lagi terima kasih, Pak. Saya akan masuk ke dalam sana," kata Aisyah.

Aisyah mengeluarkan tas pakaiannya dari dalam mobil. Ia mulai memasuki pagar rumah yang sudah terbuka itu. Seorang wanita paruh baya berdandan cukup menor menyambut hangat kedatangan Aisyah.

"Kamu pasti gadis yang di bilang Pak Maman tadi."

"Perkenalkan, namaku Gabby. Panggil saja Tante Gabby," jelas wanita paruh baya itu.

"Saya Aisyah, Tante," kata Aisyah. Ia mengulurkan tangannya pada Tante Gabby.

"Oh, ya Aisyah aku tunjukkan kamarmu. Hari sudah sangat malam, kamu pasti sangat lelah,” kata Tante Gabby.

---Bersambung---

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kehormatan Yang Terenggut   Sindiran Tuk Ariel

    Marni mengajak Aisyah masuk ke dalam rumahnya. Ia tidak menyangka setelah sekian lama, Aisyah akhirnya pulang ke kampung menjenguknya. "Kebetulan, ibu masak tadi. Syukurlah kamu pulang, Nak. Ibu kangen padamu," tutur Marni. Aisyah masuk ke kamar mandi sebentar untuk membersihkan diri. Tak lama kemudian dia keluar sudah dalam keadaan segar. Aisyah duduk di kursi menunggui ibunya yang tengah sibuk membuatkan minuman hangat untuknya. "Minumlah dulu, karena bisa menghilangkan rasa letihmu." Marni menyodorkan secangkir teh hangat. "Hemm, teh buatan ibu selalu yang terbaik," puji Aisyah. Mereka berdua lalu makan bersama, hanya lauk sederhana tapi bagi Aisyah sudah membuatnya merasa nyaman. Karena baginya, masakan ibunya mengandung cinta dan kasih sayang. "Bu, ikan asin sama sambalnya enak," kata Aisyah. "Tadi, ibu hanya buat ini. Lah, makan sendirian terkadang tidak semangat Nduk," tutur Marni. Mendengar pernyataan ibunya Aisyah menjadi kasihan. Selama ini ibunya tinggal sendirian da

  • Kehormatan Yang Terenggut   Merindukan Ibu

    "Bukan tempat tongkrongan, tapi tempat makan," balas Aisyah sembari tersenyum. "Nanti gak laku dong jualanku, kalau buat nongkrong saja," imbuh Aisyah. "Duh Aisyah, tenang saja nanti teman-teman kantorku aku ajak makan di sini. Biar makin terkenal restoranmu," kata Daniel. "Makasih, ya. Aku seneng deh punya kakak seperti kamu," kata Aisyah. "Hemm, kakak ya." Daniel garuk-garuk kepalanya yang tidak gatal, ternyata Aisyah hanya menganggapnya seperti kakaknya. Padahal ia sudah berharap lebih dari Aisyah. Setelah cerai dari Ariel, Daniel berharap menjadi pengganti suaminya. Daniel sudah merasa cocok dengan karakter Aisyah. Baginya Aisyah adalah wanita pujaan nya. ** Keluarga Devon tengah berkumpul dan bercerita, termasuk Mariska di sana. Setelah adanya Aisyah di rumah mereka, Mariska lebih semangat. Ia merasa punya anak perempuan. Aisyah yang ramah dan suka tersenyum membuat Mariska menyayanginya. Ia berharap Aisyah menikah dengan Daniel, putra kandungnya Mariska. Aisyah datang dar

  • Kehormatan Yang Terenggut   Buka Usaha Baru

    "Belikan aku baju baru, semua bajuku sudah tidak muat kupakai," keluh Marini.Ariel hanya meletakkan kartu atmnya di meja. Ia malas banyak bicara melayani permintaan Marini yang ini itu. Ia merasa Marini memang sengaja menjadikan kehamilannya sebagai alat untuk meminta banyak hal padanya."Kok hanya kartu, aku kan juga ingin di temenin beli bajunya. Biar kamu bisa milihin yang sesuai seleramu, Mas," bujuk Marini.Ariel yang hendak pergi berangkat ke lokasi syuting menghentikan langkahnya sejenak, ia lalu berbalik menghadap ke arah Marini."Dengar ya, pernikahan ini terjadi agar anak ini memiliki status di mata hukum. Jadi, kau jangan menganggap pernikahan ini seperti orang-orang lainnya yang bisa berumah tangga dengan bahagia.""Karena akal licikmu, kau memisahkan ku dari Aisyah. Kau mungkin memiliki tubuhku tapi tidak dengan hatiku," tandas Ariel.Setelah mengatakan hal itu, ia pun berlalu pergi meninggalkan Marini yang masih terbengong-bengong. Wanita itu tidak percaya Ariel tega me

  • Kehormatan Yang Terenggut   Ariel Menikahi Marini

    Aisyah pergi menjauh dari Ariel untuk selamanya. Ia tidak lagi ada kabar beritanya, seperti hilang tertelan bumi. Dan Ariel kelimpungan mencari Aisyah kemanapun tapi tidak juga di temukannya. Semenjak kejadian itu, Marini makin gencar-gencarnya mendekati Ariel. Perutnya makin membesar, dan rasanya tidak ada alasan lagi bagi Ariel selain mempertanggung jawabkan perbuatannya.Kini Marini boleh bangga karena Ariel mempersuntingnya, meski semua itu di lakukan Ariel dengan rasa terpaksa. Di hati Ariel hanya ada Aisyah saja yang bertahta.Pernikahan mereka di gelar secara sederhana, karena Ariel sejak awal memang tidak menginginkan pernikahan itu berlangsung. Ia membuat kesepakatan pada Marini kalau bayi itu sudah lahir maka mereka akan bercerai. Pernikahan itu di buat untuk status anaknya yang akan lahir kelak. Kasihan kalau tidak memiliki status kejelasan."Mas, aku pingin makan rujak. Beliin dong," pinta Marini."Kamu kan bisa menyuruh pelayan. Aku m

  • Kehormatan Yang Terenggut   Talak Aku Mas

    "Tolong, jangan pergi!" seru Ariel. Bersamaan itu pula, hujan mengguyur bumi. Hujan begitu deras, membuat baju Aisyah basah kuyup seketika.Ariel berlari berniat melindungi Aisyah dari hujan dengan memberikannya jaket miliknya."Berhenti, tolong jangan mendekat," kata Aisyah. Matanya basah dengan air mata, basah juga dengan tetesan air hujan yang mengguyur kepalanya."Aisyh, maafkan aku...""Tolong berhenti, jangan melangkah lebih dekat lagi!""Atau aku akan membencimu selamanya!" ancam Aisyah. Wanita itu berdiri tegak di bawah derasnya air hujan yang membasahi langit. Air matanya bercampur dengan air hujan. "Aisyah, tolong jangan seperti ini. Aku bisa jelaskan semuanya," kata Ariel."Tidak ada yang perlu di jelaskan, kau menuduhku buta? Aku melihat semuanya dengan mata kepalaku sendiri!" tegas Aisyah. Ia tidak ingin hatinya rapuh dengan bujuk rayu Ariel."Cukup sudah, dari awal aku memang sudah salah melangkah. Kau sudah pernah menikahiku, dan bertanggung jawab atas pemerkosaan wakt

  • Kehormatan Yang Terenggut   Pertemuan Mengharukan

    Pagi ini tidak seperti biasanya, pasalnya banyak yang mengantri membeli gado-gado Aisyah. Baru pukul sembilan pagi, gado-gado Aisyah sudah terjual habis. Ia juga heran berasal darimana para pelanggannya itu, soalnya beberapa di antara mereka bukan pelanggan tetapnya. Ada yang minta berswa foto bersama, mereka tampak bangga bisa foto dengan Aisyah. Aisyah tidak sadar kalau dirinya saat ini makin terkenal di sosial media. Ia memang jarang membuka ponselnya karena takut Ariel menghubunginya. Ponselnya ia biarkan mati begitu saja. Aisyah menjalani hidup tanpa ponsel.Sementara Ariel yang tengah istirahat sehabis syuting iseng-iseng membuka ponselnya. Ia kaget melihat berita viral di sosmed yang menunjukkan gambar Aisyah sebagai penjual gado-gado cantik.Ariel langsung beranjak dari tempat duduknya, ia sudah tidak mau berpikir panjang. Tekadnya sudah bulat untuk bertemu dengan Aisyah. "Mau kemana?" tanya sutradara."Aku ada perlu," jawab Ariel."Syuting sebentar lagi di lanjutkan, ingat

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status