Share

Bab 5 Terpaksa Mengijinkan

Author: Noona Y
last update Last Updated: 2025-04-10 12:21:23

Tapi Samuel sama sekali tidak tergerak hatinya oleh isak tangis Adelia. Dia malah memandangnya dengan dingin dan berkata, "Aku terpaksa menikah denganmu karena permintaan ayah, tapi tidak pernah sekalipun aku tertarik padamu . Hanya Bella, dia wanita yang aku cintai, dan aku ingin menghabiskan sisa hidupku bersamanya."

Adelia menatap Samuel dengan geram. Selama ini, dia berusaha menahan emosinya, saat disakiti dihina, dan di fitnah oleh ibu mertua dan kakak iparnya. Tapi tidak kali ini. Adelia menyuarakan isI hatinya, sebagai istri sah Samuel Dimata hukum, hanya dia yang berhak memberikan izin kepada suaminya untuk menikah lagi.

"Tidak akan! Tidak ada ijin dariku! Aku adalah istri sah mu. Aku adalah orang yang telah bersumpah untuk mencintaimu dan mendampingi mu selamanya," tegas Adelia.

Samuel terkejut melihat ketegasan Adelia. Tidak pernah ia melihat istrinya seperti ini. Adelia selalu terlihat lemah dan penakut, tapi sekarang dia terlihat seperti singa yang baru terbangun dari tidurnya.

"Kami tidak butuh air matamu, kami butuh kamu naik ke panggung dan mengumumkan pertunangan Bella dan suamimu!" sela Devina dengan nada sarkas yang menusuk.

"Setidaknya kami tidak menyia-nyiakan dana yang kami keluarkan untuk mendadani mu malam ini!" tambah Selly tertawa sinis.

Saking frustasinya, kata-kata Adelia tertahan di tenggorokannya. Lagi-lagi hanya bisa mengeluarkan suara isak tangis yang tertahan. Devina yang tidak sabar, langsung menarik lengan Adelia sambil berbisik dengan nada yang dingin dan menyakitkan.

"Tenang saja, kamu akan tetap jadi bagian keluarga ini, setelah Samuel menikah lagi, kamu hanya kehilangan hak untuk menjadi istri Samuel. Dan itu adalah hak yang dari awal tidak layak kamu dapatkan," Devina berkata dengan sinisnya.

Dengan suara terbata-bata, Adelia memohon, "Ma... saya mohon, saya tidak bisa melakukannya, saya tidak bisa menerima semua ini."

Devina tersenyum dengan nada yang dingin. "Kamu tidak bisa memberikan keturunan, Adelia. Kamu tidak bisa memberikan apa yang Samuel inginkan. Dan itu adalah alasan mengapa Samuel harus menikah lagi!"

Adelia terdiam, tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun lagi. Tentu saja, Samuel tidak bisa memiliki keturunan darinya, karena pria itu tidak pernah mau menyentuhnya, Bahkan duduk bersebelahan pun Samuel tidak sudi.

Alasan yang diajukan oleh Devina terasa tidak masuk akal dan terlalu dipaksakan.

Ayah mertua Adelia, Jusuf, yang sejak tadi menyaksikan kejadian tersebut, akhirnya membuka suaranya. "Maafkan saya, Adel," ucapnya dengan suara yang berat dan penuh penyesalan. "Saya terpaksa menikahkan Samuel dengan Arabella demi kepentingan kerjasama perusahaan. Kali ini, saya meminta kamu untuk menerima keputusan kami. Lakukan, demi mendiang ayahmu dan pendidikan adikmu."

Mendengar pernyataan Jusuf, Adelia merasa sedih dan kecewa. Dia merasa bahwa ayah mertuanya juga telah meninggalkannya.

Setelah pergulatan batin, akhirnya Adelia mengambil keputusan berat. Dengan langkah yang tegar, dia naik ke atas panggung dan mengumumkan pertunangan suaminya, Samuel, dengan Arabella.

Diatas panggung, Adelia memperlihatkan senyum palsunya. "Saya Adelia Widyantara, mengijinkan suami saya, Samuel. Untuk menikah lagi dengan teman saya, Arabella Shevanka," ucap Adelia dihadapan semua tamu yang hadir.

"Karena saya tidak bisa memberikan keturunan kepada Samuel, dan juga tidak ingin menjadi penghalang bagi kebahagiaan suamiku dan wanita yang dicintainya. Selamat untuk kalian berdua."

Setiap kata yang ia ucapkannya dihadapan umum, seolah menjadi pisau tajam yang menorehkan luka di hati. Apa yang tidak diketahui oleh orang lain adalah, Samuel tidak pernah menunjukkan minat atau keinginan untuk memiliki hubungan intim dengannya. Dan sekarang, dia ingin menikah dengan wanita lain dengan alasan bahwa Adelia tidak bisa memberikan keturunan?

Para tamu memberi tepuk tangan yang meriah, Adelia menurunkan pandangannya, menahan air mata yang ingin jatuh. Ia tahu bahwa wajahnya harus tetap menunjukkan ketegaran, meskipun hatinya hancur berkeping-keping.

Disampingnya ia melihat Arabella berdiri di sisi Samuel, mengenakan gaun dusty pink yang memukau. Wanita itu tampak sangat bahagia, begitu pula Samuel. Adelia bisa melihat kilauan cinta yang selama ini dia dambakan dari Suaminya, kini tercurah untuk wanita lain.

Adelia tersenyum tipis, namun dengan keberanian yang tak terduga, dia menggenggam tangan Samuel yang terasa dingin. "Selamat ulang tahun pernikahan pertama kita, Suamiku."

Seketika Samuel merinding. Dia tidak menyangka bahwa Adelia masih bisa tersenyum dan mengucapkan kata-kata yang begitu manis, meskipun hatinya telah terluka oleh keputusannya untuk menikah dengan Arabella.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kejutan Mencengangkan Dari Suamiku Tercinta   Bab 160 Berikan Nama

    Pintu kamar VIP terbuka pelan. Seorang suster masuk, mendorong troli inkubator bening beroda yang di dalamnya terbaring seorang bayi mungil—terbungkus selimut lembut, wajahnya tenang, napasnya perlahan.“Bu Adelia…” suara suster lembut. “Ini putra Ibu.”Adelia yang masih berbaring setengah duduk langsung menoleh. Tatapannya tajam, matanya membesar, air mata langsung mengalir tanpa bisa ditahan. Ia menatap bayi itu—kulitnya merah muda, kecil sekali, dengan selang oksigen tipis di hidungnya. “Boleh… aku lihat lebih dekat?” suara Adelia nyaris berbisik, lirih karena lemah, tapi juga penuh dorongan naluri.Suster tersenyum dan mendorong inkubator hingga tepat di sisi tempat tidur Adelia.Adelia mencondongkan tubuh sedikit, sambil menahan nyeri luka operasi. Tapi ia tak peduli. Pandangannya terkunci pada bayinya yang mungil. Samuel berdiri di sisi lain ranjang, meletakkan tangannya di bahu Adelia. ikut menatap ke dalam inkubator. “Dia kuat, sama seperti kamu.”Adelia mengangguk, air mat

  • Kejutan Mencengangkan Dari Suamiku Tercinta   Bab 159 Adelia Merengek

    "Dia selamat. Bayi kita kuat, sama seperti kamu. Lahir dengan berat dua koma tujuh kilo. Napasnya sempat lemah, tapi sekarang sudah stabil. Dokter bilang dia pejuang, sama seperti ibunya.”Air mata mengalir. Ia menutup mulut dengan tangan lemah, terisak pelan. “Aku mau lihat dia…” Samuel mengangguk. “Tentu saja. Begitu kamu sedikit lebih kuat, Suster akan bawa dia ke kamar. Tapi kamu harus pulih dulu ya…”Adelia tersenyum haru. “Dia mirip siapa, Mas?”Samuel tersenyum sumringah. “Wajahnya kecil dan halus… mirip kamu. Tapi bibir dan alisnya… kayaknya dapat dari aku.”Mereka tertawa pelan, penuh rasa syukur. Tak lama pintu ruangan terbuka. Dokter masuk diikuti dua perawat yang membawa alat-alat medis.“Maaf, kami perlu memulai tindakan perawatan intensif. Kami akan bersihkan luka operasi, cek tekanan darah, dan siapkan pemindahan ke ruang rawat VIP," ucap Sang dokter Samuel berdiri, mengangguk. “Silakan, Dok. Saya tunggu di luar.”Sebelum ia melangkah keluar, ia membungkuk sedikit dan

  • Kejutan Mencengangkan Dari Suamiku Tercinta   Bab 158 Antara Hidup dan Mati

    "Aku dimana?" seru Adelia, dalam kegelapan hampa.Gelap. Sunyi. Tubuh Adelia melayang entah ke mana. Tak ada rasa, hanya lelah yang terasa menyesakkan.Lalu…“Bangun, Adel! Kamu harus hidup!”Suara tegas itu menusuk hening. Suara yang tak asing."Arabella."Adelia menoleh ke kanan ke kiri tapi tak melihat siapa-siapa. “Aku di sini…” suara itu kembali terdengar, lembut tapi mendesak.Adelia memejamkan matanya sejenak, mencoba fokus. Di antara kehampaan dan kegelapan yang membungkusnya, suara itu seperti nyala senter di tengah badai. Ia merentangkan tangannya, berjalan perlahan di ruang hampa yang tak berbentuk, tak berujung.“Arabella? Di mana kamu?” serunya pelan.Sekilas, bayangan Arabella muncul. Sosok berpakaian putih berdiri di kejauhan, rambutnya tergerai. “Kamu belum boleh menyerah, Adel,” kata suara itu. “Kamu masih harus berjuang.”Adelia memeluk tubuhnya sendiri. “Tapi aku lelah… sangat lelah…”Lantai hampa di bawahnya retak. Suhu di sekitarnya perlahan mendingin. Angin ent

  • Kejutan Mencengangkan Dari Suamiku Tercinta   Bab 157 Situasi Darurat

    “Pak Samuel, presentasi Anda tadi siang, luar biasa sekali, saya sangat antusias mendengarkan penjelasan Anda,” puji salah satu klien sambil mengangkat gelasnya.Samuel tersenyum sopan. “Terima kasih, Pak Rudy. Mudah-mudahan kolaborasi ini jadi langkah awal yang baik untuk hubungan jangka panjang antara perusahaan kita.”Suara gelas beradu dengan tawa basa-basi, bercampur dengan aroma seafood panggang. Samuel duduk di samping ayahnya, Jusuf. Restoran tepi danau bernuansa kayu di tengah kota Kalimantan,Namun baru saja Samuel hendak menyendok sup asparagus. Ponselnya bergetar tiba-tiba di atas meja. Nama yang tak dikenal muncul di layar. Sekilas, Samuel coba mengabaikan. Tapi getaran itu datang lagi dan lagi.Samuel melirik ayahnya sejenak, lalu berdiri perlahan dengan gerakan pelan. “Maaf, sepertinya ada panggilan darurat yang harus saya terima dulu.”Ia berjalan menjauh dari meja, menuju balkon kecil di dalam restoran.Samuel : Halo?Petugas Medis : Selamat malam dengan pak Samuel?S

  • Kejutan Mencengangkan Dari Suamiku Tercinta   Bab 156 Bertahanlah

    “Mama…”Suara kecil itu terdengar lirih dari ambang pintu.Isabella, dengan mata masih setengah mengantuk, berdiri terpaku melihat ibunya tergeletak di lantai dapur. Matanya membesar saat melihat darah menggenang dan tubuh Adelia yang menggigil sambil memegangi perutnya.“Ica... sayang, tolong Mama...” suara Adelia bergetar, penuh tangis, namun tetap berusaha tenang. “Dengar Mama, ya nak… dengarkan baik-baik…”Isabella mendekat beberapa langkah, tampak kebingungan dan ketakutan. “Mama sakit...?”Adelia menggelengkan kepala, lalu memaksakan senyum meski tubuhnya sedang kesakitan. “Iya, Mama sakit… tapi kamu bisa bantu Mama, sayang. Bisa, ya?”Isabella mengangguk cepat.“Ambilkan tas Mama… di ruang tamu. Cepat, ya? Di dalamnya ada ponsel. Tolong bawain sini, Sayang…” suara Adelia bergetar.Isabella langsung berlari keluar dapur, sambil bergumam. "Tas Mama… tas Mama…” gumamnya panik, menoleh ke kanan dan kiri, lalu mulai memeriksa setiap sudut sofa.Ia menyingkirkan bantal, “Di mana sih…

  • Kejutan Mencengangkan Dari Suamiku Tercinta   Bab 155 Tolong

    "Apa maksudmu?” tanya Devina, tergagap, tapi wajahnya mencoba tetap tenang.Adelia melangkah maju, menatap lurus ke wajah mertuanya. “Jangan main sandiwara lagi, Mama. Aku tahu jamu itu bukan buat kesehatan. Dokter menemukan sesuatu yang bisa membahayakan kandungan aku!”Wajah Devina pucat pasi.Adelia melanjutkan perkataannya. “Aku bukan gadis bodoh dan naif seperti dulu. Mama pikir aku bakal langsung minum jamu itu? Dari warnanya saja aku sudah curiga—jelas itu bukan jamu biasa, tapi racun!”“Adel… kenapa kamu bilang begitu? Mama selama ini cuma khawatir… Mama nggak pernah berniat jahat… Mama cuma khawatir. Adel, tolong… jangan buka luka lama itu lagi." suara Devina mulai lirih.“Khawatir? Tapi Mama mau bunuh aku dan anakku. Maksud Mama apa, hah?!”Suara Adelia bergema di dapur yang sunyi. Kata-katanya seperti tamparan keras yang membuat Devina terdiam seketika.Devina menggigit bibir. Tangannya yang tadi menggenggam apron, mulai gemetaran.“Apa Mama pikir aku ini bodoh? Apa Mama pi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status