Share

Bab 4

Author: Yonata
Oscar mengenakan jas rapi. Begitu memasuki rumah, pandangannya langsung tertuju pada diri Bella. Dia berjalan maju beberapa langkah. Baru saja Oscar hendak berbicara, dia baru melihat diriku yang duduk di sebelah.

Langkah kaki Oscar berhenti. Kemudian, dia langsung berjalan ke sisi Bella. “Ini untukmu.”

“Benarkah? Coba kulihat!”

Bella membuka kotak indah itu. Seketika, terlihat seutas kalung berlian indah di dalamnya.

“Aku tahu kamu akan menyukainya. Aku pun melelangnya khusus untuk kamu.” Tatapan mendalam Oscar tertuju pada diri Bella. Terlihat rasa kasih sayang mendalam di dalam tatapannya. Namun, Oscar malah lupa hari ini adalah hari peringatan kebersamaan mereka selama tiga tahun. Lebih tepatnya, kami masih belum putus.

Bella menunjukkan senyuman kaget. “Cantik sekali. Cepat bantu aku pakaikan!”

Oscar pun tersenyum, lalu memakaikan kalung ke leher Bella. Jarak mereka berdua sangat dekat. Mereka memang kelihatan serasi.

“Aku sungguh menyukainya. Dari semua berlian yang kamu hadiahkan kepadaku, yang satu ini paling cantik!”

Tiba-tiba hatiku terasa sangat penat, apalagi ketika melihat tatapan penuh waspada Oscar. Dia pun sengaja bertanya, “Apa Kak Oscar sering kasih hadiah buat kamu?”

Bella mengangguk. “Iya, dia akan kasih aku hadiah setiap bulan. Dia selalu memberiku berlian. Saking banyaknya, aku pun nggak bisa menghitungnya lagi. Dia tahu aku suka berlian.”

Semua itu terdengar sangat menusuk hati.

Berlian untuk dihadiahkan kepada Bella pasti dipilih Oscar dengan saksama, sedangkan berlian untukku itu, pasti hanya sekalian saja. Terhadap seseorang yang hanya dijadikan alat untuk menghabiskan waktu, Oscar tidak perlu mengetahui kesukaannya.

Berlian itu berkilauan. Saking berkilaunya, mataku pun terasa sakit. Entah dari mana asal keberanianku, aku pun berkata dengan nada menyindir, “Kak Oscar memperlakukanmu dengan sangat baik. Entah bagaimana perasaan kekasihnya itu.”

Senyuman di wajah Oscar spontan menghilang. Dia memelototiku dengan tatapan mengancam. Hanya saja, ucapan itu tidak terdengar oleh Bella, tiba-tiba dia menjerit, “Kak!”

Kemudian, Bella memalingkan kepalanya untuk melihatku. “Kakakku datang. Aku permisi dulu!”

Setelah Bella pergi, Oscar menarikku ke taman bunga yang sepi. Dia mengerutkan keningnya melihatku dengan tatapan penuh menyalahkan. “Cynthia, sebenarnya apa yang mau kamu lakukan?”

Aku mengusap mataku. “Aku malah ingin tanya kamu. Oscar, hari ini hari peringatan kita berpacaran selama tiga tahun. Apa kamu nggak berencana untuk mengumumkan hubungan kita?”

Oscar tertegun oleh pertanyaanku. Kemudian, dia mengusap hidungnya dengan canggung. “Belakangan ini aku lagi sibuk. Kita bicarakan lagi masalah ini nanti.”

Di bawah cahaya bulan, aku melihat mata Oscar spontan tertuju ke sisi ruang tamu. Meski kami hanya dalam waktu sesingkat ini, Oscar juga selalu kepikiran dengan Bella.

“Thia, dulu kamu begitu pengertian. Sekarang kenapa kamu jadi seperti ini?”

Hatiku langsung terasa sakit. Hanya karena aku pengertian, jadi dia bisa menindasku secara terang-terangan?

“Oscar, kamu nggak ungkit masalah putus karena kamu nggak mau jadi orang jahat, ‘kan?”

Wajah Oscar kelihatan sedikit merona. Sepertinya ucapanku memang benar. “Bukan, sejak kapan aku ingin putus sama kamu? Cynthia, kamu jangan nggak masuk akal, ya. Kamu yang seperti ini nggak imut sama sekali.”

Aku tersenyum. “Bella imut. Dia bagus dalam aspek mana pun. Oscar, mulai sekarang kita putus. Kamu pergi cari dia sana.”

“Thia!” Oscar berkata, “Apa hubungannya dengan Bella? Jangan libatkan hubungan kita dengan orang yang nggak bersangkutan.”

Bella tidak bersangkutan. Jadi, aku memang telah bersalah?

Aku mengepal erat tanganku, lalu menarik kuat kalung di leher. “Aku nggak suka berlian sama sekali. Bawa pergi hadiah murahanmu dari pandanganku!”

Sepertinya ini pertama kalinya aku berbicara sekasar ini, tapi aku benar-benar tidak bisa bersabar lagi.

Raut wajah Oscar menjadi serius. “Cynthia, kamu keterlaluan sekali!”

Saat aku hendak berbicara, terdengar suara dingin dan rendah dari belakang. “Kalau nggak suka, buang di luar. Rumahku bukan tempat sampah.”
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kekasih Gelap yang Dicampakkan   Bab 11

    Setelah Jerry dan Oscar keluar dari rumah sakit, Charles mempersiapkan jamuan untuk merayakan kepulihan mereka. Aku terus merawat Jerry, meski dia telah pulih total.Charles merasa agak bangga. “Astaga, sepertinya kelak ada seseorang lagi yang akan memanggilku dengan sebutan Kakak.”Ucapan Charles itu dibalas Jerry dengan pelototannya. Alhasil, Charles segera menghentikan omongannya.Di dalam taman bunga, Jerry dan Oscar sedang duduk berhadapan. Berhubung aku penasaran dengan apa yang mereka katakan, aku pun menguping dari belakang pintu.“Jerry, aku nggak sangka kamu sudah memendam perasaan seperti itu sejak awal. Malam itu, kenapa kamu meneleponku dengan memakai ponsel Bella?”Jerry tersenyum tipis. “Bukannya kamu ingin mengejarnya? Aku memberimu sebuah kesempatan, sekaligus memberiku kesempatan juga. Sayangnya, kamu terlalu nggak berguna.”Rasa penyesalan tampak sejenak di wajah Oscar, tetapi dia segera menyembunyikannya dengan baik.“Tapi justru karena telepon itu, aku benar-benar

  • Kekasih Gelap yang Dicampakkan   Bab 10

    Begitu ucapan Bella dilontarkan, aku melihat ekspresi penuh semangat di wajah Oscar. Napasnya berubah cepat. Terlihat rasa gembira di dalam tatapannya.Baru saja Oscar hendak menggandeng tangan Bella, Bella pun berkata, “Nggak lama lagi, aku dan penerus Grup Sunardi akan melangsungkan pertunangan. Aku harap kalian semua bisa merestuiku!”Semua orang bertepuk tangan dan bersorak untuk Bella. Namun berbeda dengan Oscar, tangannya terpaku di udara dan sedikit gemetar. Wajahnya juga kelihatan memucat.Reaksi ini mirip seperti ekspresiku ketika berdiri di luar ruangan perkumpulan hari itu. Aku tiba-tiba merasa gembira.Orang yang telah mengecewakan orang lain, pada akhirnya juga akan dikecewakan. Balasan untuk Oscar datang dengan sangat cepat.Tatapan Jerry tertuju pada diriku. Aku dapat merasakan tatapannya. Kali ini, aku tidak menghindar, melainkan bertukar pandang dengannya. Tadinya Jerry terbengong sejenak. Setelah itu, dia pun tersenyum padaku.Disusul ada goncangan yang kuat, senyuman

  • Kekasih Gelap yang Dicampakkan   Bab 9

    Setelah tidur, aku ke lantai bawah untuk meminum air. Aku menyadari Oscar sedang berada di rumahku. Ketika melihatku, dia bertanya dengan buru-buru, “Apa kamu merasa nggak enak badan?”Saat Oscar menyadari tidak ada orang di sekeliling, dia ingin datang untuk menarik tanganku.“Hari itu, aku bukan sengaja nggak ingin menghiraukanmu. Aku hanya dengar Bella ….”Aku memotong ucapannya, “Kamu nggak usah jelasin. Aku ngerti, kok.”Sepasang tanganku diletakkan di belakang tubuh. Penolakanku sudah cukup jelas.“Thia, meski kita bukan pasangan, kamu bisa anggap aku sebagai abangmu. Untuk apa kamu bersikap seperti ini?”“Abang? Aku punya abang kandung, kok. Ngapain kamu jadi abangku?”Oscar menghela napas ringan. “Thia, sepertinya Jerry terlalu perhatian sama kamu. Kamu mesti hati-hati. Jangan menyinggung orang seperti dia.”“Memangnya dia seperti apa?” Aku mentertawakan Oscar. “Apa mungkin dia lebih parah daripada kamu yang menjadikan orang lain sebagai ban serapmu!”Setelah itu, Oscar terdiam

  • Kekasih Gelap yang Dicampakkan   Bab 8

    Usai berbicara, Jerry tidak menghentikan langkahnya. Dia buru-buru berjalan ke sisi mobil. Setelah memasukkanku ke baris belakang, dia pun melihatku dari atas hingga ujung kaki. “Apa kamu merasa nggak enak badan? Apa kamu tersedak?”Aku menggeleng. “Sedikit saja. Aku nggak merasa nggak enak badan. Kita nggak usah ke rumah sakit.”Hanya saja, Jerry bersikeras untuk menolak, “Nggak, kita mesti ke rumah sakit.”Usai berbicara, Jerry segera menyalakan mesin mobil. Sepanjang perjalanan, Jerry telah menerobos beberapa lampu merah demi mengantarku ke rumah sakit.Setelah melakukan pemeriksaan, aku memang baik-baik saja. Hanya saja, dokter mengatakan berhubung air di dalam danau agak dingin, kemungkinan aku akan flu.Jerry mendengar dengan sangat serius, lalu membelikanku banyak jenis obat pereda flu.Saat perjalanan mengantarku pulang ke rumah, aku melihat wajah samping Jerry yang mengendarai mobil dengan serius. Dia pun spontan bertanya, “Kenapa kamu bisa ke sana?”“Aku pergi cari Bella. Pap

  • Kekasih Gelap yang Dicampakkan   Bab 7

    Keesokan paginya, aku pun sudah bangun. Aku merasa penat di rumah, jadi aku ingin jalan-jalan di danau sekitar.Baru saja aku berjalan ke tepi danau, siapa sangka aku akan bertemu Oscar dan Bella yang sedang memancing ikan dengan gembira.Saat menyadari kedatanganku, Bella pun melambaikan tangannya ke sisiku. “Thia, kenapa kamu kemari? Ayo, kita memancing bersama!”Setelah Oscar melihatku, dia langsung menghindari pandanganku. Aku pun tidak bisa menyapanya.Aku ditarik Bella ke tepi danau. Aku berdiri tegak di sana sembari melihat Bella bersenda gurau dengan Oscar. Ini pertama kalinya aku melihat Oscar tersenyum dengan begitu gembira. Aku tidak pernah melihatnya ketika dia bersamaku.Perasaan sakit di hati mulai menghilang. Hanya saja, ada rasa pilu yang terasa di bagian tenggorokanku. Saat Bella sedang memancing, Oscar mendekatiku, lalu berkata dengan suara sangat rendah, “Thia, kenapa kamu berbuat seperti ini? Aku tahu kamu mencintaiku, tapi bukannya kamu akan merasa sedih dengan ber

  • Kekasih Gelap yang Dicampakkan   Bab 6

    Setelah dansa berakhir, orang-orang mulai membubarkan diri. Jerry juga melepaskan tanganku.Tiba-tiba Oscar menggenggam pergelangan tanganku. Dia melihat sekeliling. Setelah memastikan tidak ada yang melihat, dia pun menyalahkanku dengan nada rendah, “Apa kamu kenal dekat dengan Jerrry? Kenapa wajahmu memerah saat berdansa bersamanya?”Aku melepaskan tangannya tidak ingin melihat Oscar. “Apa urusannya sama kamu? Mantan kekasihku.”Kening Oscar berkerut. “Aku peringatkan kamu untuk jauhi Jerry. Kalian berdua bukan berasal dari dunia yang sama.”Aku tersenyum dingin. “Aku satu dunia sama dia atau nggak, aku nggak tahu. Tapi, aku dan kamu pasti bukan dari satu dunia. Oscar, jangan urus masalahku, kamu nggak pantas.”Aku memang sudah berusaha untuk mengontrol suaraku, tetapi tubuhku masih tidak berhenti gemetar. Hanya saja, aku masih menegakkan punggungku, tidak membiarkannya melihat sisi lemah dari diriku.Oscar menatapku lekat-lekat, kemudian menghela napas. “Oke, aku nggak peduli, tapi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status