"Ada jejak yang membimbing sebuah hati yang patah. Sebuah pencarian yang bukan hanya untuk menemukan seseorang, tetapi untuk menemukan kembali separuh jiwa yang hilang. Karena di mana cinta bisa menang jika takdir menolak, kecuali jika takdir itu sendiri yang kita ciptakan."Istana terasa seperti penjara bagi Kaelion. Udara yang biasanya dingin dan formal, kini terasa menyesakkan. Elaria telah pergi. Tidak ada catatan. Tidak ada pesan. Hanya keheningan yang memekakkan telinga. Para bangsawan terus menekannya, memintanya untuk melanjutkan urusan pernikahan politik. Tapi Kaelion tidak peduli. Hatinya hancur. Ia tidak bisa berpikir, ia tidak bisa berfungsi."Yang Mulia," Kapten Renier berkata, suaranya penuh kekhawatiran. "Para anggota dewan menunggu Anda. Mereka ingin membicarakan pernikahan Anda."Kaelion tidak menjawab. Ia hanya menatap kosong ke depan. "Elaria... ia pergi," bisiknya."Yang Mulia..." Renier tidak tahu harus berkata apa."Aku akan mencarinya," Kaelion berkata, s
"Janji yang diucapkan di tengah api kini terasa seperti bisikan yang hancur oleh badai. Sebuah masa depan yang baru saja mereka genggam, kini direnggut paksa oleh takdir yang tak terhindarkan. Di antara tahta dan hati, ada sebuah perpisahan yang begitu sunyi, hingga bahkan udara pun enggan bersuara."***Kaelion berdiri di samping ranjang Pangeran Aerion. Udara di dalam kamar terasa berat, dipenuhi aroma obat dan kesedihan yang pekat. Detik-detik terakhir sang pangeran terasa abadi. Napasnya, yang sejak lama bergetar, kini menjadi hening. Sang pangeran telah pergi.Di sisi ranjang, suara isak tangis Lady Leona terdengar pilu, raungannya mengiris hati. Sang pujaan hati telah pergi, meninggalkan sang kekasih sendirian di dunia yang keras ini. Lady Leona pingsan berulang kali, hatinya masih dirudung kesedihan yang amat sangat, mengingat sebentar lagi mereka akan melangsungkan pernikahan meriah di istana Nightborne.Raja, yang selama ini menahan diri, akhirnya jatuh. Wajahnya yang tua
"Cinta yang tulus adalah api yang membakar. Terkadang, ia membakar dengan kehangatan. Namun, di tengah dunia yang tak kenal ampun, ia bisa membakar dengan kehancuran. Dan di tengah kehancuran, Elaria telah menemukan bahwa ia telah terbakar lebih dulu, dan tidak ada lagi yang bisa diambil darinya."***Setelah meninggalkan perjamuan, Kaelion membawa Elaria ke ruang kerjanya. Ruangan itu terasa tenang dan aman, jauh dari bisikan dan cemoohan para bangsawan. Elaria hanya terdiam, tatapannya kosong, tetapi Kaelion tahu... ia terluka."Aku minta maaf," Kaelion memulai, suaranya serak. "Aku... aku tidak menyangka mereka akan begitu kejam."Elaria menggelengkan kepalanya. "Aku... sudah menduga, Kaelion. Aku tahu... dunia tidak akan pernah menerima kita."Kaelion menatapnya, matanya dipenuhi dengan kesedihan. Ia ingin memeluknya, tetapi ia merasa tidak pantas. Ia telah menyebabkan semua penderitaan ini. Ia telah membuat Elaria menjadi target."Elaria," Kaelion
"Cinta yang datang setelah badai, sering kali adalah cinta yang paling tulus. Tapi dunia tidak menyukai ketulusan yang datang terlambat. Mereka lebih suka melihat drama dan kepalsuan. Di antara bisikan dan cemoohan, dua hati yang telah bersatu harus menghadapi kekejaman dunia."***Kabar tentang Kaelion dan Elaria yang berdansa di perjamuan malam musim semi menyebar seperti api. Seluruh kerajaan membicarakannya. Sebuah berita yang mengejutkan, karena Duke Kaelion yang dingin dan kejam, tiba-tiba jatuh cinta pada seorang wanita yang tidak memiliki kekuasaan.Pada perjamuan lain yang diadakan seminggu setelahnya, suasana terasa berbeda. Bisikan terdengar di setiap sudut ruangan. Mata-mata tersembunyi mengikuti setiap gerakan Kaelion dan Elaria. Elaria, yang kini berada di sisi Kaelion, merasakan semua tatapan itu. Ia merasakan cemoohan dan hinaan."Lihat dia," bisik seorang Lady kepada temannya, suaranya dipenuhi dengan cibiran. "Anggur murahan yang berlagak bangsa
"Ada hati yang telah menemukan rumahnya, tetapi terpaksa berada di persimpangan jalan. Satu jalan menuju kehormatan dan takhta, jalan yang telah ia lalui seumur hidup. Jalan yang lain menuju cinta, jalan yang baru ia temukan. Dan di persimpangan itu, Kaelion harus memilih, karena ada hati yang tak bisa dibeli oleh gelar." *** Ruangan Dewan Istana terasa dingin dan suram. Angin musim semi tidak mampu menembus ketegangan yang menyelimuti para bangsawan terkemuka. Di tengah-tengah mereka, duduklah Kaelion, raut wajahnya tegang. Pangeran Aerion, sang pewaris takhta, kini terbaring lemah di ranjang, kondisinya memburuk dari hari ke hari. "Kami telah mendengar laporan dari tabib istana," kata Duke Montagu, seorang pria tua dengan wajah tegas, suaranya menggelegar. "Pangeran Aerion tidak akan bertahan lama." Semua orang terdiam. Kematian Pangeran berarti krisis. Kerajaan akan goyah. "Tentu saja," lanjut Duke Montagu, menatap Kaelion. "Kita harus bertindak. Yan
"Sebuah istana yang dulu megah dan dingin, kini menjadi saksi sebuah deklarasi yang berani. Di tengah keramaian, ada hati yang menemukan keberanian, ada jiwa yang menemukan tempatnya. Dan di antara keriuhan, ada tembok yang akhirnya retak, membiarkan cahaya masuk." *** Perjamuan malam musim semi di Istana Nightborne adalah perhelatan yang paling dinantikan. Para bangsawan datang dengan gaun-gaun termewah dan jubah terindah mereka, berharap bisa menarik perhatian sang Duke yang terkenal dingin. Ruangan itu dipenuhi dengan dentingan gelas anggur, bisikan gosip, dan tawa yang dipaksakan. Di sudut ruangan, Elaria duduk sendirian. Ia mengenakan gaun sederhana berwarna lavender yang tidak menarik perhatian. Ia tidak mencoba untuk menonjol, tetapi tatapannya selalu mengikuti Kaelion. Sejak percakapan mereka, ia merasa ada sesuatu yang berubah. "Mengapa kau tidak bergabung, Lady Elaria?" tanya seorang wanita bangsawan, suaranya dipenuhi dengan cibiran. "Apakah kau menunggu seseoran