بيت / Fantasi / Kekasih Sang Tuan Peri / Bab 4. Kembali ke Desa

مشاركة

Bab 4. Kembali ke Desa

مؤلف: Mylilcosmos
last update آخر تحديث: 2025-10-29 14:36:16

Angin semilir berhembus membawa pergi dedaunan.

Dari jarak yang tidak terlalu jauh dari kolam air terjun, diatas pohon yang tinggi seseorang sedang berbaring dengan santai diatas sebuah dahan besar.

Rambut hitamnya yang panjang menjuntai kesana kemari tertiup angin yang berhembus pelan. Jubah putih panjangnya ikut melambai.

Beberapa hari itu ia telah mengamati gerak-gerik pemuda yang keluar masuk dari kabin hutan miliknya. Kini orang itu sepertinya hendak membersihkan dirinya di kolam kecil.

Dengan punggungnya yang menghadapnya, ia melihatnya melepaskan ikatan dirambutnya, seketika rambutnya yang panjang terurai bebas, ia tampak menyisirnya dengan hati-hati. Setelah itu sang pemuda pergi ke balik pohon.

Beberapa saat kemudian ia muncul lagi dengan hanya mengenakan kain panjang yang dililitkan didadanya, memperlihatkan kulitnya yang putih tanpa cela.

Dengan rambutnya yang disampirkan dibahu kirinya, kini ia bisa melihat sosok 'pemuda' itu dengan sangat jelas.

Orang yang berada diatas pohon itu dengan cepat memalingkan wajahnya kembali keatas. Matanya bergerak-gerak bingung.

Dia sebenarnya.. seorang wanita..?

---------

Pada pagi hari keenam, Ji An bersiap untuk kembali ke desa.

Sehari sebelumnya, untuk meninggalkan ungkapan terima kasihnya karena sudah tinggal disana selama beberapa waktu, ia membersihkan tanaman-tanaman liar yang berada disekitar kabin.

Tak lupa juga meninggalkan beberapa tanaman herba berharga yang sudah dikeringkannya sebelumnya. Ia memastikan rumah itu sebersih mungkin sebelum ia pergi agar sang pemilik bisa tinggal lebih nyaman saat berkunjung kembali.

Mengambil kain katun panjang, Ji An mengikat dadanya dengan hati-hati.

Kemudian ia mengambil salah satu pakaian bersih dari tas dan memakainya. Tak lupa melilitkan ikat kepala dari kain katun di kepalanya, yang menampilkan kesan seorang pemuda desa biasa.

Terakhir, ia mengambil bubuk bedak kecoklatan racikannya, menepuk-nepukkan ke seluruh wajah, serta lehernya.

Melihat penampilan terbarunya di cermin tembaga kecil miliknya, bayangan disana tidak lagi memperlihatkan gadis dengan kulit seputih giok, melainkan memperlihatkan seorang pemuda berkulit kecoklatan yang tampan.

Ia pun tersenyum puas.

Ji An selalu mengenakan pakaian pria seperti itu saat bepergian ke tempat-tempat yang jauh dari rumah maupun melakukan pekerjaan-pekerjaan kasar.

Baginya, dengan berpenampilan seperti pria menghindarkannya dari banyak kerepotan.

Saat berpergian ke dalam hutan, ia tidak akan mau repot-repot memakai rok, itu sangat tidak praktis. Selain itu juga terlalu menarik perhatian.

Belum lagi kalau ia bertemu dengan bandit gunung, ia mungkin akan segera menjadi target dan 'dimangsa' oleh para pria brutal itu.

Saat masuk ke dalam hutan sebelumnya ia menghabiskan waktu lebih lama karena harus berkeliaran sambil memastikan matanya tidak melewatkan satu pun tanaman berharga yang bisa diambil di sepanjang jalan.

Kini perjalanan kembalinya ke desa hampir tanpa gangguan.

Ia sudah sangat puas dengan tanaman-tanaman obat berharga yang didapatnya di hutan sekitar kabin. Tidak perlu mengumpulkan lebih banyak.

Setelah berjalan beberapa hari, ia menyadari bahwa kabin itu sebenarnya letaknya berada sangat jauh di dalam hutan.

Anehnya, ia ingat bahwa sebelumnya jelas-jelas ada jalan berkabut yang dimasukinya saat berada di hutan terdalam. Namun saat kembali, kabut aneh itu tidak pernah terlihat lagi.

Apakah rute yang diambilnya berbeda sehingga ia tidak melewati kabut itu?

Namun ia sangat yakin ini masih rute yang sama dengan saat ia melarikan diri dari serigala hutan. Ia telah menemukan ikat kepalanya yang sebelumnya hilang tersangkut di ranting pohon muda yang dilewatinya saat berlari.

Suara gesekan dedaunan terdengar dari atas pohon tinggi dan sosok berpakaian hitam yang sebelumnya ada disana kini sudah melompat ke dalam angin, melesat terbang hingga tak terlihat lagi.

-------------

"Tuan, bagaimana mungkin semua ini hanya seharga tiga kantong kecil perak? Lihat, lihat ini, semuanya barang bagus, sangat sulit didapatkan." Protes Ji An.

Ia sedang bernegosiasi dengan pemilik toko obat untuk mendapatkan uang lebih banyak dari penjualan herbanya.

"Nona lihat baik-baik, ini bagaimanapun hanyalah herba biasa. Bukan tanaman raja obat seperti yang kamu katakan. Sudah sangat beruntung saya membayar tiga kantong perak untuk semua ini." Sang pemilik toko tak mau kalah.

Ji An tak pelak merasa kesal. Bagaimana mungkin ia tidak mengerti mana yang tanaman raja obat mana yang tanaman obat biasa? Ia sudah bertahun-tahun mempelajari hal-hal ini dari ayah dan kakeknya.

Ia menatap datar sang pemilik toko, tangannya di bawah dengan cepat membungkus kembali herba berharganya, " Kalau begitu lupakan saja. Aku akan mencari toko lain."

Sang pemilik toko segera melembutkan sedikit nadanya, berbicara dengan tergesa-gesa, "Nona, tunggu. Tunggu sebentar. Begini, bagaimana kalau saya menambahkan setengah kantong perak lagi untuk semuanya?"

Ia berusaha untuk tidak memperlihatkan kecemasannya. Bagaimana mungkin ia melewatkan barang-barang bagus seperti itu. Namun karena tak mau mengeluarkan banyak uang untuk membayar, ia berusaha mendapatkannya dengan harga serendah mungkin.

Ji An meliriknya acuh tak acuh. Dasar pria tua pelit! Cibirnya dalam hati. Ia berkata dengan tegas, "Enam kantung perak dan ini akan menjadi milikmu."

Melihat wajah tegas sang nona muda, sang pemilik toko merasa ia tak akan mau berkompromi lagi.

Wanita muda itu memang sangat cerdas, selalu tahu barang bagus. Sudah beberapa kali ia datang untuk menjual herba yang ia kumpulkan kepadanya dan semuanya selalu tidak mengecewakan.

Ia melirik antrian orang dibelakang nona itu yang semuanya adalah pengumpul herba, lalu menghela napas. Kapan lagi ia akan menemukan barang sebagus itu, sangat jarang, sungguh sangat jarang.

Setelah menghitung untung rugi dalam pikirannya, ia menghadapi Ji An lagi lalu mengangguk pelan menyetujui permintaannya.

Setelah mengantar herba yang ia janjikan ke rumah seorang pelanggannya, ia kembali ke rumahnya dengan buntelan tas yang cukup berat.

Perjalanannya kali ini menghasilkan cukup banyak uang. Ia terpikir, apakah keberuntungan seumur hidupnya sudah dihabiskan semuanya untuk menemukan semua herba berharga itu?

Dalam dua puluh tahun kehidupannya, baru kali ini ia memegang uang sebanyak ini. Hatinya senang sekaligus cemas.

Ia tidak bisa membiarkan ayahnya tahu bahwa kali ini ia menghasilkan banyak uang!

Sebuah bangunan beratap coklat gelap sudah terlihat dari jauh.

Kediaman itu dipagari keliling menggunakan log-log kayu yang dijejer rapat tanpa celah setinggi orang dewasa, menghindari orang bisa melihat langsung ke dalamnya.

Sebuah gerbang kayu sederhana yang warnanya sudah banyak memudar oleh cuaca menjadi pintu masuk ke dalam.

Kediaman itu memiliki tiga bangunan yang mengelilingi sebuah halaman kecil di tengah kediaman. Begitulah bentuk umum sebagian besar kediaman yang ada di wilayah itu.

Ji An mengintip dari lubang kecil yang ada di gerbang, sementara telinganya mencoba menangkap suara-suara dari dalam.

Lubang kecil itu sudah ada di sana selama beberapa tahun, tanpa ditambal.

Saat itu, para preman pasar yang dipekerjakan oleh sebuah rumah hiburan untuk menagih hutang, mengejar ayahnya ke rumah dan lubang itu tercipta dari tombak yang tancapkan ke gerbang saat para preman pasar itu membuat keributan.

Ia melihat adik laki-lakinya sedang berbaring dengan mata terpejam di kursi rendah, berteduh dibawah naungan pohon plum di halaman. Tangannya sibuk bergerak-gerak mengipasi dirinya.

Ji An memeriksa halaman namun tidak melihat ayahnya ada disana. Ia memperkirakan ayahnya mungkin sedang pergi mengunjungi pasien siang itu.

استمر في قراءة هذا الكتاب مجانا
امسح الكود لتنزيل التطبيق

أحدث فصل

  • Kekasih Sang Tuan Peri   Bab 6. Hari Pasar

    Sejak pagi suara-suara di jalanan mulai ramai terdengar dan itu bukanlah hal yang terjadi setiap hari. Ji An dibangunkan oleh suara ketukan pintu pelan di kamarnya. Kemarin ia meminta ayahnya untuk membangunkannya lebih awal. "Apa kau akan pergi ke kota untuk berjualan hari ini?" Ji Deyan bertanya pada putrinya yang baru saja duduk di kursinya. Ji An bergumam "Mm" dan mengangkat mangkuk nasinya mulai makan. "Apa tidak lelah? Kau baru saja kembali kemarin dari perjalanan panjang. Mengapa tidak beristirahat dua atau tiga hari lagi?" Ji Deyan mengambil sayuran tumis untuk ditambahkan ke mangkuk putrinya. "Tidak apa-apa. Semalam aku sudah cukup tidur. Hari ini adalah hari pasar di Kota Xi, tidak bisa dilewatkan begitu saja." Ji Deyan sangat mengenal putrinya. Karena sudah memutuskan begitu, maka ia akan melakukannya. Lagipula pergi berjualan dimana saja saat ada peluang adalah hal yang selalu rutin ia lakukan. Hari itu adalah hari pasar di Kota Xi yang letaknya berada dibalik gu

  • Kekasih Sang Tuan Peri   Bab 5. Keluarga

    Pagi hari tadi saat ia baru kembali dari perjalanannya, ayahnya sudah tidak ada di rumah. Setelah membersihkan diri dengan cepat, Ji An keluar lagi untuk segera menjual herbanya. Adiknya, Ji Shuang masih tertidur hingga tidak sadar kalau kakak perempuannya sudah kembali pagi itu. Memperkirakan ayahnya mungkin belum kembali, Ji An membuka gerbang dengan santai yang menimbulkan suara berderit dari gerbang kayu tua yang jarang di minyaki. Mendengar suara itu Ji Shuang membuka matanya. Menyadari orang yang masuk adalah saudara perempuannya, ia bangun dari kursinya dan bergegas menghampiri, mencoba memarahinya, "Kakak, mengapa kau baru kembali sekarang? Kami benar-benar mencemaskanmu. Berapa lama waktu berlalu sejak kau terlihat terakhir kali, bagaimana mungkin seorang gadis bisa bepergian sendirian selama itu?" Tatapannya beralih ke tas kain yang dibawa kakaknya. Tas itu tertarik ke bawah, terlihat berat. Ji An merasa dia sangat cerewet. Ia tidak menjawab tetapi hanya men

  • Kekasih Sang Tuan Peri   Bab 4. Kembali ke Desa

    Angin semilir berhembus membawa pergi dedaunan. Dari jarak yang tidak terlalu jauh dari kolam air terjun, diatas pohon yang tinggi seseorang sedang berbaring dengan santai diatas sebuah dahan besar. Rambut hitamnya yang panjang menjuntai kesana kemari tertiup angin yang berhembus pelan. Jubah putih panjangnya ikut melambai. Beberapa hari itu ia telah mengamati gerak-gerik pemuda yang keluar masuk dari kabin hutan miliknya. Kini orang itu sepertinya hendak membersihkan dirinya di kolam kecil. Dengan punggungnya yang menghadapnya, ia melihatnya melepaskan ikatan dirambutnya, seketika rambutnya yang panjang terurai bebas, ia tampak menyisirnya dengan hati-hati. Setelah itu sang pemuda pergi ke balik pohon. Beberapa saat kemudian ia muncul lagi dengan hanya mengenakan kain panjang yang dililitkan didadanya, memperlihatkan kulitnya yang putih tanpa cela. Dengan rambutnya yang disampirkan dibahu kirinya, kini ia bisa melihat sosok 'pemuda' itu dengan sangat jelas. Orang y

  • Kekasih Sang Tuan Peri   Bab 3. Harta Karun

    Ji An terbangun oleh suara binatang malam yang mulai terdengar. Matahari yang sudah terbenam beberapa saat lalu membuat keadaan disekelilingnya sedikit gelap. Hanya cahaya bulan yang masuk dari jendela yang kini terbuka sepenuhnya. Seingatnya jendela itu tadinya hanya sedikit terbuka sebelum ia kembali tertidur. Ia melirik meja kecil yang kini sudah kosong. Sepertinya seseorang telah datang ke kamar saat ia tertidur. Ji An menopang tubuhnya dengan tangannya untuk membantunya bangun. Ia merasa tenaganya sudah lebih kuat. Ia turun dari dipan dan setengah menyeret kakinya yang masih sedikit lemah menuju pintu. Diluar kamar sebuah kandil diletakkan diatas meja yang merupakan satu-satunya penerangan yang ada disana. Cahayanya tidak cukup terang bagi Ji An untuk bisa melihat seluruh keadaan ruangan itu. Ia mengambil kandil dan membawanya. Memeriksa ruangan dengan cepat. Ruangan itu hanya memiliki sebuah meja serta sebuah kursi, sebuah lemari kayu yang cukup besar diletakk

  • Kekasih Sang Tuan Peri   Bab 2. Kabin Hutan

    Ji An membuka mata dengan perasaan lelah. Semalam cukup lama ia duduk setengah meringkuk sampai akhirnya kembali tertidur setelah memastikan suara-suara itu tidak terdengar lagi dalam waktu yang lama. Ia merangkak keluar dari tenda. Diluar masih belum sepenuhnya terang, cahaya matahari yang masih lemah samar-samar menembus melewati celah-celah tirai daun. Rupanya fajar baru saja menyingsing dan udara masih terasa dingin.Ia mengumpulkan kembali ranting-ranting tersisa yang berserakan dan membuat api. Menghangatkan tubuhnya sejenak sambil termenung didepan api. Sebenarnya apa yang telah terjadi semalam? Sekelebat pikiran melintas di benaknya. Mungkinkah, suara itu berasal dari sang peri yang diceritakan para orangtua di desa? Tapi, mungkinkah mitos itu benar-benar nyata? Selama ini ia tidak pernah benar-benar menganggap serius mitos-mitos yang beredar. Kini setelah dipikirkan kembali, hal itu bukannya tidak mungkin. Bukankah setiap mitos yang beredar memiliki asal muasalnya sen

  • Kekasih Sang Tuan Peri   Bab 1. Tanpa Bulan

    "Konon, saat bulan tak terlihat dilangit, para peri di hutan akan keluar dari persembunyiannya. Sosok tinggi dengan rambut hitam legam yang panjang, mengenakan jubah putih hingga menutupi kaki. Para peri akan menculik manusia yang berkeliaran dihutan saat itu, lalu membawa mereka jauh ke dalam hutan, dan mengambil jantung mereka untuk dibuat ramuan umur panjang." Suara petir menggelegar diudara. Ji An menunduk sambil menutup telinganya sambil menggerakkan kedua kakinya setengah berlari, menjauhi deretan pepohonan. Sepertinya hujan akan turun. Ia berjalan lebih cepat mencari tempat didalam hutan untuk menginap malam ini. Berjalan cukup lama ia akhirnya menemukan sebuah sungai kecil. Ji An segera mendirikan tenda kecilnya didekat sungai ditanah yang lebih tinggi agar saat hujan tempatnya tidak akan tergenang air. Cepat-cepat ia mengumpulkan ranting-ranting kecil yang ada disekitarnya. Setelah merasa cukup, ia menyusun ranting-ranting itu dan menyalakan api. Beruntung huja

فصول أخرى
استكشاف وقراءة روايات جيدة مجانية
الوصول المجاني إلى عدد كبير من الروايات الجيدة على تطبيق GoodNovel. تنزيل الكتب التي تحبها وقراءتها كلما وأينما أردت
اقرأ الكتب مجانا في التطبيق
امسح الكود للقراءة على التطبيق
DMCA.com Protection Status