"Jeng, nanti malam jadi 'Kan?" Suara Sofia menjawab obrolan seseorang dari seberang telepon.
"Oke-oke siap!" Sofia mematikan telepon selulernya, ketika Kai datang dan mengambil segelas air minum dan duduk di samping Sofia.
"Nanti malam ikut mama sama papa ya, nemuin rekan bisnis."
"Buat apa? Perjodohan lagi?" jawab Kai ketus kepada ibu tersebut.
"Ngomong sama mama nggak boleh gitu dong, harus lembut," celetuk Brian yang tiba-tiba datang.
"Pa ... Ma ... Kai kan udah bilang. Kai nggak mau dijodohin!"
"Nah, kalo gitu dari semua cewek yang sering kamu bawa ke rumah. Ada dari mereka yang kepribadiannya bagus dan sesuai sama leluhurmu?"
Kai merenung mengingat dari semua wanita yang ia kencani dan kesemuanya itu pasti Sofia dan Brian tidak setuju dengan alasan-alasan kongkret dan fakta. Dari Veronica yang jadi incaran banyak pria karena cantik dan blasteran belanda tapi sayangnya dia kurang sopan kepada orang tua Kai, Dewi cantik, modis, model majalah tapi Sofia juga tidak setuju dan akhirnya ketahuan bahwa Dewi playgirl, dan terakhir Kai berpacaran dengan wanita yang nggak kalah cantik dari mantan-mantannya Kumala tapi dia ternyata matre kelas kakap.
"Mama sama papa mau mantu yang gimana sih?" Keluh Kai lemah.
"Manusia nggak ada yang sempurna ma ... pa ...." lanjut Kai berdalih.
"Nak, papa paham. Tapi paling nggak, kamu harus dapat istri yang bisa jaga nama baik keluarga dan nama baik kamu kelak sebagai kepala keluarga!" jelas Brian kepada Kai dengan melakukan pendekatan antara anak laki-laki dengan ayahnya.
"Pa! Kai nggak bisa nikah tanpa didasari cinta."
"Papa yakin kamu pasti bisa cintai gadis ini."
"Mama sama papa juga dulunya nggak saling cinta karena dijodohin tapi nyatanya lahir kamu," pungkas Sofia.
"Mama udah pernah liat kok fotonya, orangnya cantik nggak kalah sama mantan-mantan kamu dan yang pasti dia lulusan Jerman!"
"Dan mama juga yakin sifat matre, playgirl, dan hal-hal yang buruk-buruk macam mantan kamu itu nggak ada di dia!" lanjut Sofia meyakinkan korban.
Kai malas jika harus berdebat dengan Sofia, sebab Ia tahu bahwa Sofia akan berbicara terus-menerus tanpa henti bahkan pembahasan ini bisa dibawa sampai keesokan harinya dan bisa sampai berbulan-bulan lamanya.
"Yaudah deh. Kai ikut tapi untuk nikah aku nggak bisa janjiin!"
Kai pergi meninggalkan kedua orangtuanya tersebut, ia memilih mengurung dirinya di kamar sampai nanti malam. Ia mencoba untuk menenangkan dirinya, mempersiapkan diri untuk apa yang akan terjadi nanti.
"Orang tua keras kepala!" umpat Kai sambil menjatuhkan tubuhnya dengan kasar di atas kasur miliknya.
Kai memikirkan 'Seberapa menarik gadis itu sampai membuat kedua orang tuanya tertarik?' Tidak masuk diakal hanya karena sebuah foto belum tentu gadis itu cantik sebenarnya bisa jadi di foto ia cantik karena efek atau angel kameranya.
Berkali-kali Kai menepuk dahi dengan tangan kanannya, sesekali Ia juga memijat pangkal hidung yang sejajar dengan matanya, dan tak luput juga ia mencoba menstabilkan napasnya yang seperti orang sedang membara.
"Dasar cewek nggak jelas!"
***
"Assalamualaikum!"
Youmna mengetuk pintu rumahnya dan membuka pintu yang tak terkunci itu, mencari keberadaan Yanti dan Bagas dari dalam rumah.
"Bu ... Yah ...!" teriak Youmna memanggil.
"Ke mana ya, Bang?"
"Pas abang jemput mah ada di rumah kok, Dek!" jelas Yardan meyakinkan.
"Yaudah, aku salin dulu ya, Bang!"
"Oke!"
Youmna langsung bergegas menuju kamarnya yang telah lama ia tinggalkan, di lantai dua dengan desain jendela besar berwarna coklat kayu dan cat kamar berwarna putih kesukaan Youmna. Ia tak pernah lupa untuk selalu meminta dibuatkan sebuah jendela yang besar serta tanaman di depannya, jendela yang bisa dihiasi dengan tirai warna-warni atau warna putih saja yang mendominasi, suka-suka dia.
Youmna bergegas membersihkan dirinya di kamar mandi, kamar mandi yang menyatu dengan ruang saling atau tempat penyimpanan baju-bajunya masih terlihat rapi dan bersih. Sepertinya Yanti rajin untuk menyuruh embok membersihkan ruangan yang tidak berpenghuni ini.
"Ibu emang luar biasa, love-love deh!"
Selesai membersihkan dirinya, Youmna tidak segera turun. Ia memilih untuk menatap sesuatu di balik jendelanya kini. Yang ia lihat kicauan burung yang hinggap di ranting pohon yang ada di depan kamarnya, tanaman yang bunganya baru pada bermekaran, hijaunya rumput dan warna-warni bunga yang ada di pagar rumah terlihat estetik dari kamarnya.
Senyum bangga Youmna untuk para pekerja yang ada di rumah 'luar biasa!' untuk menata rumah dengan halaman yang cukup luas dengan tanaman yang harus didesain seindah dan secantik mungkin tidak mudah, ini adalah suatu pekerjaan yang amat luar biasa untuk Youmna. Kini tatapan Youmna teralihkan dengan sosok yang tidak asing untuk Youmna, sosok itu kini sedang menyapu daun-daun kering yang berguguran tepat di bawah balkon kamar Youmna.
"Mbok!" teriak Youmna dengan melambaikan tangan, sedangkan sosok itu melihat sambil menyipitkan kedua matanya seperti seolah untuk memperjelas penglihatannya dari kejauhan. Maklum umur Mbok Kasiyem telah menginjak lima puluh tahun lebih dan ia juga telah bekerja dari Yardan masih bayi. Bentuk setianya luar biasa bagi keluarga besar mereka.
Youmna langsung bergegas turun dari kamarnya untuk menemui Kasiyem, yang telah tujuh tahunan ini tidak pernah bertemu dengannya rasa rindu yang berat yang tidak bisa lagi terelakkan. Yang mana sejak kecil pun mereka telah akrab, sebab Kasiyem juga membantu Yanti mengasuh Youmna. Youmna berlari tanpa memperhatikan apapun dan siapapun yang dapat menghalanginya, Yardan yang melihat tingkah laku Youmna pun heran yang bisa Ia lakukan hanyalah mengikuti Youmna dari belakang.
"Mbok-ku!" teriak Youmna bahagia dengan melebarkan kedua tangannya seperti sayap burung. Kasiyem yang kaget pun hanya bisa terdiam.
"Yuma ya?" tanya Kasiyem masih heran yang belum tahu hari ini adalah hari kedatangan Youmna.
"Iya, Mbok. Ini aku, Yuma!" jawab lembut Youmna sambil memeluk Kasiyem dengan kasih sayangnya.
Kasiyem tidak bisa memanggil Youmna dengan sebutan Youmna jadinya akan terdengar bahwa Ia akan selalu memanggil Youmna dengan panggilan Yuma dan ini terjadi sejak Youmna dilahirkan. Dan tentunya panggilan ini tidak pernah jadi permasalahan.
"Mbok sehat 'Kan?"
"Alhamdulillah, kamu gimana?"
"Alhamdulillah, Mbok."
"Mbok. Udahan yuk kerjanya, kita masuk dulu istirahat," pinta Youmna.
"Nanti ya. Mbok selesaikan ini, bentar lagi jam kerja mbok selesai."
"Tapi Yuma mau ceritain semuanya."
"Besok lagi ya ndok, nggak apa-apa 'Kan?"
Youmna duduk di bawah pohon dengan tangan yang Ia lipat di atas dengkulnya. Sambil melihat Kasiyem menyapu daun-daun kering yang berguguran. Yardan yang melihat setiap kejadian tadi pun akhirnya memutuskan sesuatu.
"Dek, dipanggil sama ibu!" panggil Yardan sedikit teriak. Youmna menoleh ke asal suara dan memberikan isyarat bahwa mengiyakan seruan Yardan tersebut.
"Mbok aku masuk ke dalam ya dipanggil sama ibu." Youmna meminta izin kepada Kasiyem serta tak lupa mencium tangan wanita yang sudah senja itu dengan penuh kasih.
"Sampai ketemu besok pagi mbok, Assalamualaikum." Senyum Youmna.
"Waalaikumsalam."
Dengan rambut yang masih acak-acakan Youmna terbangun dari tidurnya dan langsung menuju keluar kamarnya untuk melaksanakan sholat subuh berjamaah di mushola yang ada di dalam rumahnya. Dengan biasa Youmna akan memakai kamar mandi yang ada dibawah agar lebih mudah dan lebih simpel untuknya seperti hari-hari biasa yang rutin dia lakukan. Selesai memakai kamar mandi dan wudhu Youmna memakai mukena untuk menunggu Yardan dan Bagas, sementara Yanti telah bersama Youmna untuk menunggu mereka juga. Yanti menunggu sambil memegangi tasbih berdzikir sedangkan Youmna memilih untuk membaca Mushaf, dan tak selang beberapa lama yang di tunggu akhirnya datang; Yardan. "Kamu disini Kai?" Ucapan Yanti yang memecah fokus Youmna yang sedang membaca Mushaf dan melirik ke arah Yardan yang berdiri bersama dengan Kai. "Iya Tan," senyum Kai. Youmna menyudah
"Dari mana lu bro?" tanya Yardan pada Kai, yang kini memasuki kamarnya. "Habis reunian," jawab Kai, tanpa meminta izin Kai langsung menjatuhkan tubuhnya ke kasur milik Yardan. Ia memijat kening dengan perlahan untuk menghilangkan pusing yang sedari tadi dia alami. "Berarti tadi ketemu Youmna?" "Iya," jawab Kai dengan singkat dan nada berat, Yardan menutup pintunya dan mendekati Kai, memposisikan tubuhnya sama dengan tubuh Kai saat ini; berbaring. Malam ini Kai berniat untuk menginap dirumah Yardan, sekarang mereka berada diranjang yang sama keduanya tidur terlentang menatap atap langit seraya menghayal. "Kai, kenapa sih Youmna sama lu. Pusing gua?" tanya Yardan blak-blakan. "Ada hal yang nggak dia suka dari gua, dimasa lalu," Yardan melirik Yardan sebentar dan menatap atap langit lagi. "Apa itu?" "Dan apa lu bena
Kai sengaja mengantar Gisela tepat di depan Youmna, bukan untuk membuat dia sakit hati namun, agar dia tahu. Dibalik pengetahuan Youmna Kai memiliki suatu rencana yang tidak dia tahu. Kai sadar betapa sakit hati Youmna dihina dihadapan banyak orang namun, dia memiliki sebuah rencana balas dendam yang elegan. "Gimana kerjaan lu?" tanya Kai memulai pembicaraan. "Baik." "Gua denger bos gua temen akrab lu ya?" lanjut Gisela dengan tanya. "Iya, akrab banget malah," ucap Kai dengan santai, Gisela menatap Kai dengan kagum dalam batinnya saat masih menyetir pun Kai masih terlihat tampan. Kai tahu tatapan Gisela, bertahun-tahun mengenal Gisela Ia tahu apa arti tatapan itu. Terlebih sudah beberapa kali Gisela mengungkapkan perasaan pada Kai namun, Kai tidak pernah menggubrisnya. D
"Sel. Pulang bareng yuk!" Kai menawarkan diri untuk mengantar Gisela pulang karena wanita itu tidak ada yang menjemput dan mengharuskannya memakai jasa antar jemput online. "Ayuk, dari pada lu naik jasa online. Mending sama gua udah kenal!" Kai berbicara tepat disaat Yunsri dan Youmna ingin menaiki kendaraan mereka, Youmna mendengar dengan jelas. Kan, dasar cowok nggak tau malu! bisa-bisanya dia jalan sama cewek yang udah hina gua! sebenarnya mau lu itu apa sih Kai? Youmna berkali-kali membatin, Ia tidak tahan akan setiap tingkah diam Kai yang menyebalkan, tingkah yang seolah membela penghujat, sadar Youm. Mereka itu satu Genk jadi kemungkinan kecil akan dibela! tidak mungkin kan Ia menghianati kawan satu Genk-nya dahulu. "Sabar Youngieku." Yunsri berucap dan memberikan kecupan dari jauh untuk Youmna. "Apaan sih!" &n
"Sel. Pulang bareng yuk!" Kai menawarkan diri untuk mengantar Gisela pulang karena wanita itu tidak ada yang menjemput dan mengharuskannya memakai jasa antar jemput online. "Ayuk, dari pada lu naik jasa online. Mending sama gua udah kenal!" Kai berbicara tepat disaat Yunsri dan Youmna ingin menaiki kendaraan mereka, Youmna mendengar dengan jelas. Kan, dasar cowok nggak tau malu! bisa-bisanya dia jalan sama cewek yang udah hina gua! sebenarnya mau lu itu apa sih Kai? Youmna berkali-kali membatin, Ia tidak tahan akan setiap tingkah diam Kai yang menyebalkan, tingkah yang seolah membela penghujat, sadar Youm. Mereka itu satu Genk jadi kemungkinan kecil akan dibela! tidak mungkin kan Ia menghianati kawan satu Genk-nya dahulu. "Sabar Youngieku." Yunsri berucap dan memberikan kecupan dari jauh untuk Youmna. "Apaan sih!" "Lag
"Woy, siapa nih yang datang?" celetuk Ella, wanita yang dahulu adalah siswi paling cantik dan populer di SMP termasuk satu Genk Kai dahulu. "Yunsri, sama siapa lu?" tanya Devanya wanita populer karena sempat menjadi pacar Kai sewaktu SMP, Ia juga satu Genk dan sahabat baik Ella. "Coba tebak?" ucap Yunsri dengan nyaring dan mengambil tempat duduk bersama dengan Youmna disampingnya. Youmna hanya tertunduk, karena senyumnya di awal kedatangan tadi tak dihiraukan oleh wanita-wanita populer di masanya itu. Kenapa Yunsri bisa seakrab ini? pikir Youmna yang Ia urungkan tanyanya untuk nanti. "Ini Youmna," ucap Yunsri dengan senyumannya. "Wihh, cowok terhits datang guys!" sorak beberapa pria dan wanita yang ada disini ketika tiga pria masuk ke dalam ruangan. Youmna tidak peduli siapa yang datang, sebab Ia tahu yang mereka sebut terhits, terg
Youmna masih menatap papan yang terpajang di Caffe ini, sebuah papan besar yang bertuliskan menu-menu. Setiap menu yang tersedia di Caffe ini sebagian besar adalah makanan dan minuman kesukaannya. Enaknya lagi makanan disini disediakan untuk semua karyawan secara gratis, wah Youmna pun ingin merasakan jadi karyawan di Kyo Coffe. Dengan tema Caffe yang klasik dan alami juga konsep yang diusung sesuai yaitu coffe, serta wangi coffe untuk parfum ruangan ini membuat Youmna betah rasanya bila berlama-lama, mungkin juga bukan hanya Ia tapi orang lain. Ruangan ini berlantai tiga, jadi cukup menampung lebih dari lima ratus karyawan bila di bagi tiga shift; shift pagi, siang dan malam. Karyawan yang cukup banyak untuk perusahaan rintisan. Yunsri kembali, berjalan perlahan sambil mendekati seorang pria berpakaian rapi memakai jas, celana dasar dan sepatu hitam pantopel yang sedang duduk tenang dengan laptop berwarna putih dihadapa
"Ini kan area pekerja. Kalo didepan, khususnya di masjid terbuka untuk umum. Kenapa, soalnya bosku itu mikir disini di pinggir jalan otomatis pasti kalo udah waktunya sholat banyak para pengendara yang mau sholat sedangkan disini nggak ada masjid palingan ada di dalam sini dan nggak ada pengendara yang tau. Jadi masjid di depan itu dibukanya buat umum, bahkan warga juga pakai itu," jelas Yunsri dengan rinci. "Bosmu bagus ya," ucap Youmna sedikit menghela nafasnya, yang ada dipikiran masih ada juga orang kaya yang baik hatinya dan sahabatnya ini beruntung sekali mendapatkan bos seperti itu. "Nanti aku kenalin bos aku ya," Youmna melemparkan senyuman dan berkata, "Bos mu pasti udah banyak pengalaman ya, pasti usianya udah kepala empat kalo nggak lima?" tebak Youmna menyuarakan kepada Yunsri. "Dia seumuran kita." Yunsri tersenyum melihat ekspresi wajah Youmna saat ini, rasa ingin tertawa melihat aksi tidak percaya Youmna
Kyo Coffe, 12.30 Youmna telah berada disini sekitar tiga puluh menit yang lalu, selesai sholat dzuhur di masjid terdekat (Masjid milik perusahaan Kyo Coffe). Ia sedang menunggu sahabatnya itu di halaman depan masjid, duduk sendiri. Mereka saling rindu karena telah lama tidak pernah bertemu, mereka juga telah menentukan jadwal hari ini untuk bertemu tapi telah lewat jam yang dijanjikan sahabatnya ini tidak juga muncul. "Mbak nunggu siapa?" tanya satpam yang sejak tadi memperhatikan Youmna dari kejauhan. "Nunggu teman saya pak," jelas Youmna. "Oh, temannya kerja disini?" "Iya pak. Hemm, ngomong-ngomong ini masjid untuk umum kan pak bukan hanya untuk karyawan?" "Iya mbak, ini masjid untuk karyawan dan siapa saja masyarakat yang mau sholat disini dipersilakan," jelas satpam ini yang membuat Youmna puas dengan jawabannya.&n