Sore yang cerah ini, Citra pakai untuk berjalan-jalan sejenak. Sambil menikmati segelas teh tarik yang baru saja ia beli di pinggir jalan, beberapa waktu bekerja di sini belum pernah Citra berjalan-jalan ia hanya ingin melihat ada apa saja di sini.
"Ternyata banyak tukang makanan di sini." gumam Citra sambil terus berjalan, hingga ia bisa melihat ada sebuah toko buku yang terletak di sebrang jalan."Wah ada toko buku! Mampir dulu deh, ayah juga masih lama jemputnya." batin Citra bermonolog, Citra pun menghabiskan minumannya dan segera membuangnya ke tempat sampah. Dengan hati yang gembira Citra berjalan menyusuri trotoar yang cuku ramai, sesampainya ia di depan zebra cross Citra memandang ke arah kiri dan kanan berusaha memastikan tak ada kendaraan yang melintas.Langkah kakinya pun mulai menapaki jalanan beraspal itu, hingga Citra sudah berada di tengah jalan suara klakson mobil pun terdengarTiiinnn..!! Tiiinn...!!Citra pun panik, mobil itu semakin mendekat ke arahnya ia berusaha untuk menghindar namun kakinya tersandung oleh sepatunya sendiri dan membuat Citra jatuh."Aduh..!! Sakit!" Ringis Citra, pengemudi mobil itu pun keluar dengan wajah yang panik."Mba? Mba gak apa-apa? Maafin saya ya mba, saya tanggung jawab kok." Ucap Pria itu."Iya saya juga yang salah, kurang hati-hati." Citra berusaha berdiri namun ia merasa kesakitan."Aww!!""Kaki mba luka, mari saya antar ke rumah sakit."Citra mengangkat wajahnya, ia bisa melihat pria di hadapannya itu. Sekilas Citra merasa pernah bertemu dengan pria itu, begitu juga dengan Pria itu."Mba? Ayo saya antar ke rumah sakit, saya tanggung jawab kok.""Gak usah mas, saya gak apa-apa kok.""Gak apa-apa gimana? Kaki mba luka lho, nanti takut infeksi ayo saya antar."Pria itu pun mencoba membantu Citra, ia memapah Citra dan membawanya ke dalam mobilnya.Dalam perjalanan menuju Rumah Sakit, pria itu terus meminta maaf pada Citra."Maaf ya, saya gak sengaja saya buru-buru tadi.""Gak apa-apa, saya juga salah tadi.""Nama saya Kevin, kalau kamu?" Tanya Pria itu yang bernama Kevin."Aku Citra, kayaknya kita pernah ketemu ya?""Emm.. oh ya? Di mana?""Hmm.. oh iya ingat gak pas ada cewek nabrak kamu di Cafe Lotus beberapa hari yang lalu?"Kevin terdiam, ia mencoba mengingat-ingat kembali ucapan yang di sampaikan Citra."Oh iya, aku ingat! Itu kamu kan?""Iya benar, gak nyangka kita ketemu lagi.""Iya ya, dunia sempit banget. Tapi sorry nih kita ketemu lagi karna insiden aku nabrak kamu.""Kamu gak nabrak aku kok, aku jatuh sendiri.""Tetap aja kan karna aku."Mobil pajero berwarna putih itu tiba di depan rumah sakit, Kevin langsung turun dan segera membantu Citra untuk keluar dari mobil."Ayo, pelan-pelan."Dari dalam tampak suster menghampiri Kevin dan menanyakan apakah perlu bantuannya."Dokter! Biar saya bantu.""Oh terima kasih sus, biar saya saja suster bisa kembali ke tempat suster.""Baik dok."Apa Citra tak salah dengar? Suster itu memanggil Kevin dengan sebutan Dokter, apa pria ini memang Dokter?Kevin membawa Citra ke UGD, dengan hati-hati Kevin mulai membersihkan luka yang ada di kaki dan siku Citra."Aku mau tanya sesuatu." Ucap Citra pada Kevin."Ya, apa?""Kamu dokter?""Hemm.. yang kamu lihat?" jawab Kevin, pria itu membalut luka Citra dengan plester."Iya, aku dokter di sini.""Hah?""Kenapa?""Enggak, gak apa-apa."Tak lama seorang suster dengan nametag bertuliskan Dina pun masuk, ia mencari Kevin karna ada pasien yang harus di tangani olehnya."Dokter Kevin, maaf mengganggu.""Ada apa sus?""Pasien bernama Chyntia hari ini akan melakukan Kemotherapy nya, dia sedang menunggu dokter.""Oh iya, saya hampir lupa terima kasih sus nanti saya akan ke sana.""Baik Dokter, saya permisi."Citra tak menyangka pria di depannya ini adalah seorang dokter, di usianya yang masih muda keluarganya pasti bangga memiliki anak seperti Kevin."Makasih pak Dokter, jadi berapa yang harus saya bayar?" Ucap Citra."Tidak perlu, kau hanya perlu beristirahat saja di rumah.""Tapi..""Ini perintah pak Dokter." Ucap Kevin sambil tertawa membuat Citra hanya tersenyum."Baiklah kalau begitu terima kasih karna kamu telah menolong dan mengobati saya, aku pamit dulu.""Ya maaf kan aku telah membuatmu seperti ini, dan maaf aku tidak bisa mengantarkan mu pulang.""It's okay! Kamu tetaplah di sini."Citra berjalan keluar ruangan itu, hari ini ia seperti memiliki teman baru dan pertemuan itu tanpa di sadari menjadi awal hadirnya sebuah rasa yang Citra miliki.
Seorang dokter muda baru saja keluar dari ruangannya, dokter itu bernama Kevin Antarez.Pria berusia 25 tahun itu memiliki wajah yang tampan, tubuhnya yang tegap dan tinggi membuat semua kaum hawa yang melihat akan jatuh hati padanya."Dokter Kevin!" panggil seorang suster bernama Sinta."Ada apa sus?" tanya Kevin ketika suster yang bernama Sinta itu menghampirinya."Saya hanya mau memberi tahu, bahwa sudah tidak ada pasien yang akan kemotherapy hari ini.""Oh ya baiklah sus, kalau begitu saya mau siap-siap untuk pulang.""Baik, saya permisi dulu Dok.""Silahkan sus!"Setelah suster itu pergi Kevin pun kembali masuk ke dalam ruangannya, pria itu melepas jas putihnya dan menggantungkannya di balik pintu.Sesaat ia memandang foto keluarga yang terpajang di atas meja kerjanya, keluarga itu hanya berisi Kevin, Ayah dan Ibunya."Seandainya mama masih di sini, Kevin akan senang banget." gumamnya bermonolog, ia pun meraih ta
Regan berjalan-jalan sambil menikmati waktu luangnya, sebelum berangkat bekerja ia memang sengaja menyempatkan diri hanya untuk menikmati pemandangan pagi ini.Kesibukkannya di kantor membuat Regan jarang memiliki waktu untuk bersantai, pria itu berdiri di taman komplek perumahannya berkali-kali ia menghirup udara segar pagi ini."Kalau rumah gue deket sama Citra, mungkin setiap hari udah gue ajak dia ke sini." batin Regan bermonolog, ia duduk di kursi taman sambil memperhatikan setiap insan yang berada di taman ini.Tak lama, Ponselnya pun berdering menandakan ada sebuah telfon masuk.📞Tiara is calling..."Halo.""Halo kak, di mana sih? Ayo berangkat nanti aku telat!""Lagi di taman.""Astaga! Buruan pulang!""Iya bawel."Tutt.. tuut.. tutt.. sambungan telfon pun terputus, Regan pun bangkit dari kursinya dan berjalan meninggalkan taman itu. Kalau bukan
Sudah beberapa kali Citra merasakan sakit di kepalanya, namun ia enggan memeriksakan kondisinya itu.Menurutnya itu akibat Citra yang terlalu kelelahan. Seperti pagi ini Citra kembali merasakan sakit di kepalanya, beruntunglah di saat seperti ini Regan selalu berada di dekatnya. "Lo kenapa? Pusing lagi?" tanya Regan mendekati Citra, wanita itu pun hanya mengangguk dan memijit pelipisnya. "Sedikit." "Kita periksa ke dokter aja ya? Emang lo gak ke siksa gitu ngerasain pusing terus?" tanya Regan. "Gak perlu Re, gue cuma kecapean aja nanti juga sembuh sendiri. Gue mau teh hijau buatan lo dong, boleh ya?" ucap Citra sambil memandang ke arah Regan, ia sengaja mengalihkan pembicaraannya. "Hmm... Ya udah, bentar gue buatin." 10 menit kemudian Regan datang dengan membawa 2 cangkir teh hijau, dan meletakannya di atas meja. "Nih buat lo putri keong!" "Ish! Kok putri keong?" "Lo aja manggil gue pa
Sore ini Regan sudah rapi, ia memakai kemeja lengan panjang berwarna coklat dan celana jeans hitam. Pria itu sangat tampan membuat siapa saja akan terpikat."Kak mau ke mana?" tanya Tiara yang memperhatikan kakaknya itu."Keluar.""Tumben? Keluar ke mana? Ikut dong!""Jangan sekarang, kakak keluar sama temen kakak.""Siapa? Cewek ya temennya?""Hmm..""Pacar kakak?""Bukan.""Terus?" tanya Tiara lagi."Kepo deh kamu, udah ah kakak mau jalan dulu."Regan pun berjalan keluar kamarnya, ia meninggalkan Tiara yang masih berdiam diri di sana."Pasti lagi jatuh cinta tuh!" gumam Tiara kemudian berjalan menuju kamar tidurnya.Setelah mendapatkan alamat rumah Citra, Regan pun segera bergegas mengemudikan mobilnya.Pria itu tampak senang, hal itu terlihat dari raut wajahnya yang selalu memancarkan senyuman."Mungkin
Jam telah menunjukkan pukul 21.00 WIB. Regan pun mengajak Citra untuk segera pulang, karna hari sudah malam dan ia tak ingin Citra sakit karna udara malam ini yang cukup dingin."Cit, udah puas keliling pasar malamnya kan?""Hmm.. udah sih.""Kalo gitu pulang yuk! Gue udah janji sama bokap lo gak akan ajak lo sampe larut malam, dan ini udah jam 9 malam berarti waktunya gue harus antar lo pulang." jelas Regan menatap ke arah Citra."Sebenarnya gue masih pengen di sini, tapi benar juga kata lo ini udah malem. Gue juga takut nanti malah lo jadi kena marah ayah gue.""Masalah itu mah gak mungkin dan gue juga gak mikirin, yang gue pikirin itu kesehatan lo." Regan melepas jacketnya dan memakaikannya pada Aira."Eh kok?""Udaranya dingin Cit, gue takut lo sakit. Pake aja jaketnya." kata Regan sambil tersenyum, gadis itu pun membalas senyuman Regan."Ya udah kita pulang ya?""Iya, ayo!"Regan dan Citra bangkit dari
"Kakak! Ini udah siang kenapa masih tidur aja sih?"tanya Tiara dengan suara nyaringnya itu, Regan yang merasa terusik pun langsung membuka matanya."Adik kakak yang cantik! Ini kan hari minggu, jadi tolonglah izinkan kakakmu yang tampan ini untuk beristirahat sejenak."jawab Regan memandang ke arah Tiara."Kakak tuh kayak orang abis ronda aja deh, buruan bangun ih makan dulu nanti kalo sakit aja rewel deh!"Regan pun merubah posisinya menjadi duduk, adiknya yang satu ini memang paling perhatian terhadapnya."Iya-iya bawel, ini kakak bangun. Udah sana kamu keluar dulu.""Nanti kakak tidur lagi kalau aku keluar!"jawab Tiara sambil merebahkan tubuhnya."Astaga! Kakak mau mandi dulu Tiara! Udah sana keluar dulu.""Iya-iya! Awas tidur lagi!"Regan pun hanya bisa menggelengkan kepalanya dengan tingkah laku adiknya itu, ia pun bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan menuju kamar mandi.15 menit kemudian
Tubuh Regan terasa menggigil, ia merasa kepalanya sakit dan perutnya mual.Mungkin ini efek tadi sore kehujanan dan ia belum mengisi perutnya sama sekali sedari pagi. Tiara masuk ke dalam kamar Regan, gadis itu pun duduk di tepi ranjang bermaksud ingin membangunkan kakaknya untuk makan malam. "Kakak! Kakak bangun! Libur kok tidur mulu sih."kata Tiara, namun pria itu tak kunjung bangun Tiara pun mencoba mengguncangkan tubuh Regan. "Kakak bangun dong! Ayo kita makan malam!" Tiara membuka selimut yang menutupi seluruh tubuh Regan, ia bisa melihat wajah pucat kakaknya dengan keringat yang membasahi dahinya. "Kakak sakit?"gumam Tiara kemudian menempelkan tangannya di dahi Regan, ia bisa merasakan tubuh Regan yang panas. "Ya ampun! Kakak demam!" "Mama!! Kakak sakit!"teriak Tiara memberitahu, tak lama Nita pun masuk ke dalam kamar Regan dan mengecek anaknya itu. "Kenapa sayang?" "Kakak demam."
Dua hari sudah Regan beristirahat di rumah, namun pria itu masih belum menunjukkan tanda-tanda membaik.Malah saat ini, Regan merasa kepalanya sangat pusing, tubuhnya terasa sakit."Argh.. kenapa sakit banget badan gue!"keluh Regan yang berada di atas tempat tidurnya itu, Regan bangkit dari kasurnya dan berjalan keluar kamarnya.Ia ingin meminta bantuan Tiara untuk membelikan obat."De!""Tiara!"Panggil Regan sambil berjalan menuruni anak tangga."Iya kak, sebentar!"Regan merasa sudah tak tahan lagi, kepalanya semakin berat, tubuhnya semakin terasa sakit.Pandangan matanya pun menjadi buram hingga kesadaran Regan menghilang."Eeehhh!!""Kakak!"Regan jatuh tepat di depan Tiara, beruntunglah Tiara dengan sigap menahan tubuh pria itu."Astaga kakak! Mama! Ka Regan pingsan!"teriak Tiara dengan paniknya, hingga Danang dan Nita datang menghampiri mereka."Ya allah!""Reg