Share

Bab 2. TEMUKAN MEREKA!

     Sebelum menjalankan mobilnya dia terlebih dahulu menghubungi seseorang.

     “Temui aku di tempat biasa!” titahnya dan langsung memutus sambungan telepon tanpa menunggu jawaban orang di seberang telepon. ‘Kalian pikir bisa merusak hubunganku dengan Gladys. Lihat saja apa yang akan aku lakukan!’ gumam Alfa dengan mata berkilat-kilat penuh amarah. Gladys boleh saja marah padanya. Tapi dia tak akan pernah melepaskannya. Untuk itu, dia bertekad akan mencari dulu siapa yang selalu diam-diam mengawasinya. Selama ini dia sudah berusaha untuk bermain cantik di belakang kekasihnya.

     Alfa melajukan mobil sportnya dengan kecepatan cukup tinggi. Tak lama kemudian dia telah sampai di sebuah Bar langganannya. Dengan langkah tegap dan tanpa melepas kacamatanya, dia memasuki Bar  itu. Sesekali dia menebar senyum pada gadis-gadis di sana. Membuat para gadis itu melambung. Begitulah seorang Alfa Shaquille Bimantara. Belum lama dia merayu kekasihnya agar tak memutuskannya tetapi saat di hadapannya ada gadis-gadis cantik tetap saja dia akan tebar pesona. Seolah dia lupa dengan permasalahannya.

     “Tuan Alfa, tumben sore-sore sudah datang!” sapa seorang gadis dengan penampilan yang cukup menggoda. Gadis itu bergelayut manja di lengan Alfa. Alih-alih merasa risih, pemuda itu jesteru meraih pinggang gadis itu hingga tubuh mereka saling menempel. Tanpa mereka sadari, di kejauhan tampak seseorang sedang asik merekam adegan itu sambil mengulas senyum miring.

     ‘Alfa ... Alfa! Sampai kapan kamu akan bertindak bodoh seperti ini. Mudah sekali untuk mengetahui kelemahanmu. Dengan rekaman video ini, aku yakin hubunganmu dengan Gladys akan semakin hancur. Pada saat itulah aku akan mengambilnya darimu’ ujar orang itu bermonolog kemudian diam-diam pergi dari tempat itu setelah puas merekam.

     “Tuan!” sapa seseorang mengejutkan Alfa. Pemuda itu segera melerai pelukannya pada gadis itu. Terlihat jelas raut wajah kecewa dari gadis itu. Tapi dia tak bisa berbuat apa-apa.

     “Tunggu aku di ruang biasa! Aku segera menyusul!” titah Alfa

     “Baik Tuan,” sahut pria muda itu.

     “Bawakan aku minuman biasa!” titah Alfa pada gadis itu. Kemudian berlalu begitu saja dari hadapan gadis itu.

     Di ruangan khusus di Bar itu, saat ini Alfa sedang duduk berhadapan pria muda yang tadi menyapanya.

     “Kamu lihat ini!” perintah Alfa sambil menyodorkan sebuah amplop coklat pada pemuda itu. Pemuda itu pun langsung membuka amplop itu dan tersentak kaget.

     “T-Tuan ... ini ...” pemuda itu menggantung kalimatnya.

     “Cari siapa pelakunya dan bawa ke hadapanku secepatnya! Ah ... satu lagi! Aku ada tugas khusus untukmu. Mulai hari ini, kau awasi Gladys. Cari tahu siapa yang ditemuinya! Laporkan apapun yang dilakukannya di belakangku!” perintah Alfa.

     “Baik Tuan,” jawab pemuda itu patuh.

     “Devan!” panggil Alfa. Pemuda bernama Devan itu berbalik ke arah Alfa.

     “Iya Tuan,” sahut Devan.

     “Jangan sampai Gladys mengetahui jika kamu mengawasinya atas perintahku!” ucap Alfa.

     “Baik Tuan,” sahut Devan. Kemudian pemuda itu berlalu dari hadapan Alfa.

     Sementara itu Alfa memilih duduk di sofa yang ada di sana. Dia memijat kedua pelipisnya.

     “Aargh!” geramnya sambil memukul udara. Pada saat itu, masuklah gadis yang tadi diperintahkannya untuk membawa minuman. Entah kenapa tiba-tiba Alfa merasa jengah melihat gadis itu.

     “Tuan ... ini minuman Anda,” dengan suara manjanya gadis itu menawarkan minuman itu kepada Alfa. Alih-alih menerima gelas berisi minuman itu, Alfa menampakkan wajah jijik pada gadis itu.

     “Kau minum saja sendiri!” ucapnya dingin dan berlalu begitu saja dari hadapan gadis itu. Dia melangkah dari hadapan gadis itu. Membuat gadis itu terperanjat dan terpaku di tempatnya.

     Alfa melangkahkan kakinya menuju tempat mobilnya terparkir dengan angkuh. Dia mencoba untuk menghubungi kekasihnya. Namun ternyata ponsel Gladys tidak aktif. Dia lantas menaiki mobilnya dan melajukannya ke Apartement kekasihnya. Tetapi, di tengah jalan, dia teringat sesuatu. Secepat kilat dia memutar mobilnya menuju tempat di mana kekasihnya saat ini berada.

     Alfa memarkirkan mobilnya tanpa perduli jika dia sudah memarkirnya secara asal. Dia melangkahkan gedung berwarna putih di hadapannya. Beberapa pasang mata menatapnya tak berkedip. Tentu saja para kaum hawa yang jadi pemilik beberapa pasang mata itu. Terdengar bisik-bisik dari mereka. Namun, Alfa tak memperdulikannya. Dia terus saja berjalan menuju meja resepsionis.

     “Permisi, dimana saya bisa menemui Gladys?” tanya Alfa sambil mengulas senyum. Suster yang saat itu berjaga hanya terbengong menatap ketampanan Alfa. Apalagi saat itu dia sedang tersenyum begitu manis.

     “Maaf, Nona, tolong jawab pertanyaan saya. Dimana saya bisa bertemu Gladys. Dia calon dokter yang sedang mengikuti ujian akhir di rumah sakit ini,” kali ini Alfa menjelaskan secara gamblang kepada suster itu. Namun, suster itu masih diam terpaku. Alfa menjentikkan jarinya di hadapan suster itu. Membangunkannya dari lamunan.

     “I-iya T-tuan,” suster itu tergeragap. Dia merasakan tubuhnya gemetar apalagi saat dia melihat sorot mata tajam yang diberikan oleh Alfa.

     “Saya ingin bertemu dengan Gladys!” ujar Alfa.

     “Oh! Mbak Gladys. Tadi saya lihat dia sedang berada di ruang diskusi bersama dr. Rendy,” jawab suster itu. Sejenak Alfa mengkerutkan dahinya. ‘Siapa dr. Rendy ini’ batinnya. Entah kenapa, dia merasakan ada api yang meletup-letup di dadanya. Api cemburu.

     “Bisa tolong antarkan, saya!” tiba-tiba Alfa berubah menjadi dingin. Membuat suster itu semakin gugup dan gemetar.

     “Bi-bisa Tuan. M-mari,” ajak suster itu. Alfa mengikuti langkah suster itu. Hingga akkhirnya mereka tiba di sebuah ruangan yang ada di ujung lorong itu lagi. Pada saat itu terdengar suara tawa Gladys yang begitu renyah. Alfa mengepalkan kedua tangannya. Rahangnya juga mengetat.

     Braak!

     Pintu ruangan itu terbuka dengan kencang. Gladys dan semua yang ada di dalam ruangan itu terkejut dan segera menoleh ke arah pintu. Gladys terkejut saat melhat siapa yang sedang berdiri di tengah pintu. Begitu juga Alfa. Dia merasa sangat malu dan merasa bodoh hanya karena merasakan cemburu saat mendengar suara tawa kekasihnya. Namun, bukan Alfa namanya jika tidak bisa menguasai keadaan.

     “Maaf, tadi saya merasa pusing hingga tak sadar menabrak pintu ini. Hai Sayang!” ujar Alfa sekenanya sambil mengerling ke arah Gladys.

     Gladys yang merasa tidak enak hati pada para seniornya segera meminta maaf dan meminta ijin untuk meninggalkan ruang diskusi.

     “Maaf dokter, saya permisi untuk meninggalkan diskusi ini. Sepertinya ada yang harus saya selesaikan. Saya ucapkan terima kasih untuk apresiasi yang diberikan kepada saya,” ucap Gladys. Kemudian gadis itu berlalu dari ruangan itu tanpa menghiraukan keberadaan Alfa di sana. Dia benar-benar merasa malu sekaligus kesal dengan ulah kekasihnya itu. Dia sangat tahu, Alfa bukanlah orang yang akan selemah itu. Hingga saat merasa pusing bisa menabrak pintu hingga begitu keras. Ditambah amarahnya memang belum reda.

     Melihat hal itu, Alfa bergegas mengejar Gladys. “Sayang ... tunggu aku Sayang!” seru Alfa. Namun Gladys tak meggubrisnya. Dia terus saja melangkah meninggalkan Alfa.

     “Sayang!” Gladys tersentak saat merasakan cekalan tangan pada lengannya. Gadis itu memejamkan matanya dan menghela napas panjang. Dia tak menyangka Alfa akan begitu mudah mengejarnya.

     “Lepas!” ucap gadis itu dengan nada dingin sambil melirik tangan Alfa yang mencengkeram lengannya.

     “Tidak Sayang! Aku tak akan melepaskanmu!” seru Alfa.

     “Lepas atau aku teriak!"

     “Kalo begitu, teriaklah! Aku ingin mendengarnya!” ujar Alfa dengan nada dingin. Matanya menatap tajam ke arah Gladys. Gladys tercekat dan menelan salivanya dengan susah payah. ‘D-dia kenapa jadi berubah’ batin gadis itu.

     “Ayo teriak! Kenapa diam hah!” bentak Alfa. Entah kenapa Gladys merasakan tubuhnya gemetar. Selama tiga tahun menjalin hubungan dengan pemuda itu, ini pertama kalinya dia melihat sisi lain dari pemuda itu. Melihat reaksi Gladys, Alfa hanya mengulas senyum miring.

     “Ayo pulang!” ucap Alfa sambil menarik tangan Gladys yang kini tampak pasrah. Entah apa yang akan terjadi, dia hanya berharap itu bukan sesuatu yang buruk.

    

Bersambung

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status