Share

Kekasihku Seorang Don Juan
Kekasihku Seorang Don Juan
Author: Ningty

Bab 1. KITA PUTUS SAJA!

Braak!

 Alfa yang sedang memandangi layar laptopnya terkejut saat mendengar pintu ruang kerjanya dibuka dengan keras.

 “Hai Sweety! Ada apa ini?” tanya pemuda berusia dua puluh tujuh tahun itu saat melihat kehadiran kekasihnya yang tampak sedang menahan amarah.

 Alih-alih menjawab pertanyaan Alfa, gadis itu memilih melemparkan amplop coklat yang sejak dia masuk digenggamnya dengan erat ke atas meja  kerja pemuda itu. Wajah gadis itu terlihat merah padam dengan rahang mengetat. Ditatapnya tajam wajah pemuda yang adalah kekasihnya.

 “Apa ini, Sayang?” tanya pemuda itu dengan ekspresi bingung.

 “Kamu kenapa, Sayang? Kenapa datang-datang emosi begini. Kamu lagi PMS?!” tanya Alfa lagi karena sejak tadi gadis itu hanya diam seribu bahasa membuatnya semakin bingung.

 “Sayang ...-“

 “ ... Stop memanggilku Sayang! Kalo kamu tak bisa menjaganya!” seru gadis itu. Alfa tersentak mendengar perkataan kekasihnya.

 “Hai! Gladys, Sayangku, ada apa ini sebenarnya?” Alfa masih menatap wajah kekasihnya yang diliputi amarah. Dia merasa tak melakukan apapun yang membuat kekasihnya itu marah.

 “Kalo kamu mau tahu apa yang membuatku marah, bukalah amplop itu!” kembali gadis itu membentak Alfa.

 “Oke! Oke! Aku akan membukanya. Tapi kamu duduk dulu ya, biar aku ambilkan minum agar kamu lebih tenang,” ucap Alfa sambil membimbing gadis itu untuk duduk di sofa yang ada di ruang kerjanya. Kemudian CEO muda itupun mengambil dua kkaleng minuman ringan dan memberikan salah satunya kepada Gladys. Tentu setelah dia membukanya.

 Gladys menerima kaleng minuman itu namun dia tak meminumnya. Alfa menghembuskan napas kasar. Kemudian dia membuka amplop yang tadi dilemparkan kekasihnya itu. Pelan-pelan dikeluarkannya isi dari amplop itu. Matanya membulat begitu melihat isi dari amplop itu.

 “I-ini ... darimana kamu dapat foto-foto ini, Sayang?!” tanya Alfa sedikit gugup. Dia tak menyangka akan kecolongan lagi. ‘Siapa yang melakukan ini. Pasti ulah paparazi itu’ geram Alfa sambil mengusap belakang kepalanya.

 “Terkejut?! Bukankah itu acara meeting kamu hari sabtu lalu?!” sarkas Gladys.

 “Sa-sayang ... aku bisa jelasin ini!” seru Alfa.

 “Mau jelasin apalagi?! Apa kamu ingat hari itu hari apa?!” seru Gladys penuh amarah.

 “Hari sabtu kan?” Gladys menatap tajam Alfa giginya bergemeletuk.

 “Kamu ... Kamu benar-benar lupa atau pura-pura lupa seperti biasanya, hah!” bentak Gladys. Alfa menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

 “Kamu ... kalo urusan pekerjaanmu sama perempuan-perempuan itu tidak pernah lupa. Tapi untuk hari istimewa kita, dengan mudahnya kamu melupakannya,” lirih Gladys.

 “Hari istimewa?” tampak pemuda itu mencoba mengingat peristiwa penting apa yang dia lupakan hingga kekasihnya begitu meradang.

 “Masih belum ingat, hah?!” Gladys menatap sinis Alfa. Pria yang sesungguhnya sangat dia cintai namun tak henti-hentinya membuat hatinya merana karena kelakuannya.

 “Apa sih, Sayang?! Aku beneran lupa deh!” ujar pemuda itu lembut. Sangat berbeda dengan kesehariannya yang terkesan dingin dengan para karyawannya dan koleganya. Di hadapan kekasihnya, dia tak lebih dari pria romantis yang sangat memuja kekasihnya.

 “Sudahlah aku pulang saja! Dan ya ... sebaiknya kita putus!” Alfa tersentak mendengar ucapan Gladys kekasihnya.

 “Kok putus?” lirih Alfa.

 “Buat apa kita lanjutkan hubungan kita. Toh! Aku nggak pernah ada artinya jika dibandingkan dengan perempuan-perempuan itu!” ketus Gladys. Gadis itu kemudian bangun dari duduknya dan menyambar sling bagnya yang tergeletak di meja. Baru saja dia hendak beranjak, Alfa sudah menarik tangannya hingga dia jatuh terduduk di pangkuan Alfa. Pemuda itu mendekap erat tubuh kekasihnya. Gladys merasakan jantungnya berdegup kencang. Namun dia berusaha untuk menyembunyikan agar tak di sadari oleh kekasihnya itu. Ya, meski sedang marah namun perlakuan manis pemuda itu selalu saja membuat hatinya kebat kebit tak karuan.

 “Maafin aku, Sayang. Aku benar-benar lupa. Tolong kamu bilang apa yang aku lupakan. Kita jangan putus ya?” bisik pemuda itu, membuat Gladys meremang.

 “Hari jadian kita yang ketiga tahun,” lirih Gladys. Alfa terkesiap. Dia menepuk dahinya sendiri. ‘Sial ... kenapa bisa lupa sih’ batinnya.

 “Astaga ... Sayang! Maaf ya aku lupa! Happy Anniversary my sweetheart,” ucap Alfa penuh penyesalan. Dikecupnya kedua pipi kekasihnya.

 “Kamu mau minta hadiah apa, hem?!” 

 “Bukan hadiah yang aku minta. Aku hanya ingin merayakannya bersamamu tapi ... mana ingat kamu dengan aku jika disekelilingmu ada gadis-gadis itu,” ujar Gladys dengan suara parau. Tampak sekali gadis itu sedang menahan tangisnya. Hatinya terasa perih. Selalu saja seperti itu, hadiah, barang-barang mewah dan pergi ke luar negeri yang jadi ukuran bagi seorang Alfa Shaquille Bimantara untuk menebus semua kesalahannya.

 “Sudahlah! Lebih baik jika mulai sekarang kita jalan sendiri-sen...hmpf,” belum sempat Gladys menyelesaikan ucapannya, Alfa telah membungkam bibirnya dengan lumatan kecil. Jika sudah begitu, sekeras apapun Gladys mencoba menolak dia tak akan bisa melakukannya. Tanpa sadar, gadis itu mengalungkan kedua tangannya di leher Alfa. Untuk sesaat mereka larut dalam pagutan dan lumatan bibir mereka. Alfa melepaskan pagutannya setelah merasa kehabisan oksigen. Pemuda itu menempelkan keningnya di kening Gladys.

 “Jangan putus, Sayang, aku nggak mau kehilanganmu,” bisik Alfa. Gladys merasakan netranya memanas. Tak lama kemudian terdengar isak tangisnya.

 “Aku lelah begini terus, Alf. Selama tiga tahun hubungan kita, entah sudah berapa kali kamu membuatku bimbang seperti ini. Aku benci kamu,Alf! Aku benci!” seru gadis itu sambil memukul-mukul dada Alfa.

 “Kau selalu menghujaniku dengan barang-barang mewah. Kau selalu memanjakanku dengan uang yang kau miliki tapi ... bukan itu semua yang aku mau. Aku mau ... kamu punya sedikit waktu untukku. Hanya sedikit Alf ... hanya sedikit yang aku minta dari seluruh waktumu. Terutama, untuk hari-hari spesial bagi kita,” tutur Gladys sambil terisak di dada kekasihnya.

 Alfa termangu mendengar ucapan kekasihnya. Begitu dalamkah luka yang dia torehkan, hingga kekasihnya menginginkan berpisah darinya. Dia kembali mencerna semua ucapan kekasihnya. Dia tersentak saat menyadari sejak menjalin hubungan dengan gadis itu hingga tiga tahun ini, baru dua kali dia benar-benar menghabiskan waktu dengan kekasihnya itu. Yang pertama diawal mereka menjalin hubungan dan yang kedua saat hari jadi pertama hubungan mereka. Itu artinya dua tahun yang lalu. Selebihnya, seperti yang tadi di bilang Gladys. Dia hanya menghujaninya dengan harta dan kemewahan. Waktunya lebih banyak dia habiskan untuk bersenang-senang dengan para gadis pemandu karaoke dengan alasan meeting dengan klien. Pemuda itu menghembuskan napas kasar.  

 Gladys bangun dari posisi duduknya di pangkuan Alfa. Ditatapnya wajah kekasihnya untuk sesaat.

 “Aku pulang, Alf. Nanti malam aku ada praktek di rumah sakit untuk ujian akhirku. Pikirkanlah lagi tentang hubungan kita. Jujur, aku tak ingin terus berada dalam hubungan toxic seperti ini. Aku ingin hubungan yang normal seperti yang lain,” tutur Gladys kemudian beranjak meninggalkan ruangan kerja yang cukup mewah itu.

 Alfa yang baru saja menyadari jika kekasihnya telah pergi setelah mendengar pintu ditutup segera bangkit, menyambar kacamata kesayangannya dan kunci mobilnya. Dia bergegas keluar dari kantornya melalui jalan rahasia yang hanya dirinya yang tahu.

 

Bersambung

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status