Share

Cemburu Buta

Author: Astri Wibowo
last update Last Updated: 2024-09-19 18:50:38

“Sayang kamu kok dari tadi cemberut terus sih? Kamu kenapa? Kamu masih marah ya sama kakak kamu itu?” tanya Hanung pada Mala yang sejak tadi hanya diam membisu seraya mencebikkan bibirnya lima centimeter.

“Pakai nanya lagi! Harusnya kamu tahu dan peka lah kenapa aku bisa marah, Mas!” jawab Mala dengan wajah yang jutek, namun tetap terlihat menggemaskan di mata Hanung yang sejak lama memang sudah menaruh hati pada Mala yang sudah tinggal bersama mereka setelah lulus kuliah.

“Sayang, Mas kan bukan dukun, jadi mana Mas tahu kamu marah karena apa? Yang Mas tahu, tadi kamu kesal karena Aisyah sudah menceramahi kamu. Sudahlah, toh itu kan nasihat yang bagus juga sayang, jadi sekarang tidak perlu kamu pirikan lagi, okay!” ujar Hanung seraya mencubit pipi Mala dengan gemasnya.

“Mas aku itu cemburu! Masa iya kamu tadi cium–cium Mbak Aisyah di depan aku kayak gitu! Memangnya kamu pikir perasaan aku terbuat dari batu apa, makanya kamu pikir kalau aku ini gak bisa merasakan cemburu?”

Mendengar ucapan Mala, Hanung pun tersenyum. Ia merasa senang, karena ternyata Mala marah karena merasa cemburu padanya yang tadi sempat mencium kening sang Kakak di hadapannya.

“Ya ampun, ternyata kamu jealous sama Aisyah ya sayang? Ah senangnya hatiku, kalau pujaan hatiku ternyata masih memiliki rasa cemburu seperti ini. Tenang saja sayangku, itu kan hanya bagian dari akting saja kok. Karena saat ini Mas sudah menyerahkan seluruh hatiku sama kamu seorang saja sayang. Jangan marah lagi ya Mala ku, dunia ku, karena seutuhnya hati dan cinta ini hanya milik kamu seorang!”

Hanung mencoba meyakinkan Mala yang sedang tantrum karena cemburu pada kakaknya sendiri. Padahal ia sebenarnya sangat sadar jika rasa cemburunya itu memang tidak mendasar, karena Hanung memanglah suami sah nya sang Kakak.

“Apa buktinya?”

“Bukti? Apa kamu masih membutuhkan bukti setelah kita biasa berhubungan suami istri setiap malam sayang?” tanya Hanung seraya memegangi tangan kanan Mala dengan erat. “Kurang bukti apalagi, kalau aku saja berani menyelinap ke kamar kamu tiap malam kalau Aisyah lagi live toktok. Tiga jam bagi kamu apa belum cukup? Dan tiga jam itu sebenarnya sedikit mengurangi kerinduan aku sama kamu, sayang?”

“Kurang lah Mas, karena aku maunya kamu menjadi milikku seutuhnya. Aku ingin sepanjang malam kamu tidur bersamaku, apalagi aku juga istri kamu Mas! Walaupun kita hanya nikah siri, tapi di mata agama aku sah istri kamu! Ingat itu Mas Hanung!”

Kali ini Mala terlihat sangat serius, kedua matanya nampak tajam menatap ke arah dua bola mata Hanung yang langsung terdiam. Dari suaranya saja terdengar jelas jika Mala seolah menuntut lebih, agar Hanung bisa memberikan waktu lebih untuknya.

Karena setelah Hanung resmi menikahi Mala secara siri seminggu yang lalu di kediaman orang tua Mala, ia menjadi lebih protektif karena ia juga merasa memiliki Hanung.

“Tunggu dulu sayang, nanti ada saatnya kalau—”

“Kalau apa? Kapan itu Mas aku tanya?” jawab Mala yang langsung memotong ucapannya Hanung yang belum selesai. “Memangnya aku nggak sakit hati melihat kamu dan Mbak Aisyah mesra–mesraan seperti tadi Mas? Kamu percaya nggak kalau tadi rasanya aku ingin berteriak? Aku nggak rela Mas melihat kamu mencium kening Mbak Aisyah di depanku, aku nggak rela Mas Hanung!”

Mendengar Mala yang berteriak histeris, Hanung pun langsung meminggirkan mobilnya. Apalagi Mala terlihat langsung menangis, tidak seperti biasanya. Dan Hanung pun kemudian langsung menangkup kedua pipi Mala dengan kedua tangannya.

“Ssttt sayang, sayang, sabar sayang, dengarkan Mas dulu ya! Mas kan sudah janji sama kamu dan juga Mama, kalau dalam setahun ini Aisyah tetap tidak bisa hamil anakku, maka aku akan menceraikan dia. Ini sudah perjanjian kita, makanya aku harap kamu bersabar dulu ya sayang. Setahun itu tidak lama kok sayang, jadi kamu—”

“Iya itu kalau Mbak Aisyah tidak hamil kan? Lantas kalau dia hamil bagaimana? Apa kamu akan begitu saja mencampakkan aku Mas? Kamu akan membuang Aku bagai sampah? Iya kan?!! Bilang saja kalau kamu hanya membutuhkan kehangatan dari aku saja kan? Dan semua yang kamu lakukan sama aku semata–mata atas dasar nafsu saja! Bukan karena cinta kan?! Ayo jawab Mas Hanung! Jawab!”

Teriak Mala yang lagi–lagi memotong ucapannya Hanung, yang sedang berusaha untuk meyakinkannya sambil memukuli dada Hanung yang bidang itu.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Keluargaku Menjadi Saksi Pernikahan Siri Suami dan Adikku    Di Talak

    “Bagaimana bisa kamu di pecat dari perusahaan itu Mala? Bukankah kamu bilang kalau boss kamu sudah sangat cocok sama kinerja kamu selama ini?” tanya Hanung ketika ia baru masuk ke rumah baru milik Mala yang beberapa hari lalu baru ia belikan itu.“Aku gak tahu Mas, karena tiba–tiba saja aku dipecat tanpa tahu kesalahanku apa? Mereka hanya bilang kalau aku sudah melanggar kontrak kerja, tapi mereka sendiri tidak memberikan aku penjelasan apa–apa.” Hanung berdecak kesal, tak menyangka di posisinya yang serba sulit seperti saat ini, tiba–tiba Mala pun dipecat dari perusahaan tempat ia bekerja. “Kenapa kamu bersikap seperti itu Mas? Kamu seolah tidak suka dengan kabar ini? Bukankah waktu itu kamu pernah bilang, kalau tanpa perlu aku bekerja pun kamu akan selalu mencukupi semua kebutuhanku dan juga calon anak kita. Lalu kenapa sekarang kamu berubah, Mas? Mana janji yang sudah kamu ucapkan itu di hadapan semua keluargaku hmm?”Mala yang sedikit kaget dengan perubahan mimik wajah yang ditu

  • Keluargaku Menjadi Saksi Pernikahan Siri Suami dan Adikku    Kabar Buruk

    “Apa? Kenapa bisa sampai sebanyak ini tagihan untuk perusahaan kita Sarah? Bagaimana bisa semua klien kita membatalkan proyeknya hanya dari satu pihak saja? Sedangkan semuanya sudah deal kan?” Hanung membulatkan bola matanya seketika ketika ia mendapatkan laporan dari sekretaris dan juga asisten pribadinya.“Betul Pak, tadi Pak Dodi sudah menghubungi pihak sana, dan mereka memang membatalkan proyek–proyek ini. Jadi mau tidak mau kita harus mengembalikan uang mereka Pak.” terang Sarah seraya memberikan bukti dokumen yang diberikan oleh Dodi.“Benar begitu Dodi?” tanya Hanung dengan tatapan tajam menghunus ke arah sang asisten pribadinya.“Betul Pak.”“Kenapa kamu tidak mencoba untuk membujuk mereka. Paling tidak kamu berusaha terlebih dahulu agar mereka tidak jadi membatalkan proyek ini.” “Sudah Pak, saya sudah mencobanya tapi nyatanya mereka tetap membatalkan proyek yang hampir berjalan ini. Dan ada kabar buruk lagi Pak,” ucap Doni dengan wajah yang belum apa–apa saja sudah merasa

  • Keluargaku Menjadi Saksi Pernikahan Siri Suami dan Adikku    Persiapan Balas Dendam

    Setelah kepergian Aisyah, Erna dan juga Restu yang mengantar Aisyah ke kamarnya, Mala kemudian menarik paksa tangan Hanung yang masih menatap kepergian istrinya itu dengan lekat. “Mas, kamu apa–apaan sih bersikap seperti tadi sama Mbak Aisyah? Memangnya kamu ini masih mencintai Mbak Aisyah apa?” Mala menatap Hanung dengan kesal, wajahnya terlihat sangat badmood dan juga dongkol. Mengingat saat tadi Hanung memohon–mohon sama Aisyah hingga dirinya berlutut di hadapan Aisyah. Sedangkan Hanung sendiri sudah berjanji kalau ia akan segera menceraikan Aisyah.“Sayang di sana kan ada Erna dan juga Restu, ya kamu tahu sendiri kan Mas masih harus akting. Agar Mas bisa membujuk Aisyah agar mau menyerahkan perusahaannya sama kamu. Memangnya kamu nggak mau jadi ibu CEO menggantikan posisi Aisyah?”Hanung beralasan, ia berusaha untuk meyakinkan Mala agar tak banyak protes, padahal ia sendiri sebenarnya sedang merasa ketakutan dengan sadarnya kembali Aisyah dari komanya.Ia takut jika sampai Aisy

  • Keluargaku Menjadi Saksi Pernikahan Siri Suami dan Adikku    Mulai Balas Dendam

    “Aisyah! Aisyah! Kamu ingat sama Mas kan sayang? Ini aku Hanung. Hanung suami kamu Aisyah. Kamu ingat aku kan sayang?” Hanung berusaha mendekat ke arah Aisyah, walaupun ia sudah dilarang oleh Erna dan juga Restu tapi Hanung tetap memaksa untuk mendekati Aisyah. Bahkan kini Hanung bersimpuh di hadapan Aisyah, dan memegangi tangan Aisyah dengan eratnya.“Mas!” Bentak Mala, ia yang tak terima jika Hanung sampai berlutut seperti itu terhadap Aisyah yang harusnya sudah diceraikan oleh Hanung.“Aisyah, ini Mas. Kita sudah menikah lima tahun yang lalu. Sebelum ini rumah tangga kita sangat harmonis dan juga bahagia, sayang. Aisyah, kamu ingat sama mas kan Aisyah?” Hanung meremas dengan erat kedua jari–jari tangan Aisyah, namun tak disangka oleh Hanung jika Aisyah langsung melepaskan genggaman tangannya tersebut.“Kamu siapa? Aku nggak ingat sama kamu,”Ekspresi wajah Aisyah terlihat datar, cuek seperti orang yang tak saling mengenali. Benar–benar tak terlihat ada pancaran cinta di sana.“

  • Keluargaku Menjadi Saksi Pernikahan Siri Suami dan Adikku    Pulang Kerumah

    “Siapa yang sudah berani menuduh aku melakukan ini semua, Mas? Padahal aku nggak tahu apa–apa dengan masalah ini, Mas?” tanya Mala yang seketika langsung menaruh sendok dan garpu yang sedang ia pegang.Mala mencoba membela diri di hadapan Hanung, merasa tak terima jika dirinya sudah dituduh dengan sengaja mengirimkan foto–foto mesranya dengan Hanung pada Aisyah.“Lalu kamu pun tak ada niat untuk membela aku di hadapan mereka ya, Mas? Kalau kamu fiam, itu tandanya kamu mengiyakan tuduhan mereka Mas.” tanya Mala ketika Hanung menanyakan soal foto dan video mereka yang kini ada di ponselnya Erna dan Mala itu.“Erna, sayang, Erna lah yang bilang kalau kamu sudah sengaja mengirimkan foto–foto pribadi kita itu pada Aisyah. Dan Erna juga bilang kalau foto dan video itu adalah penyebab kecelakaan yang terjadi pada Aisyah.” terang Hanung, yang disaksikan oleh Bu Seruni dan juga Mbak Sum yang juga ada di sana. “Mas juga nggak yakin kalau itu kamu yang mengirimkannya. Tapi kalau bukan kamu, si

  • Keluargaku Menjadi Saksi Pernikahan Siri Suami dan Adikku    Pura-pura Koma

    Setelah Hanung dan Mala pergi meninggalkan ruangan Aisyah, Erna yang telah selesai makan malam itu pun bergantian dengan Restu. Ia pun langsung masuk ke dalam ruangan tersebut setelah Restu pergi mencari makan. Namun betapa kagetnya Erna ketika melihat Aisyah yang ia ketahui sedang tak sadarkan diri sejak beberapa hari terakhir, ternyata saat ini Aisyah sedang duduk sambil menangis sesenggukan dengan suaranya yang tak terlalu keras.“A–Aisyah! Ka–kamu sudah sadar Ais?” Kedua bola mata Erna membulat sempurna, menyaksikan keajaiban yang selama ini ia dan Restu tunggu–tunggu. “ Ah syukurlah Aisyah, Alhamdulillah ya Allah akhirnya kamu sadar juga Ais. Ais sebentar ya biar aku panggil suster dulu ya!”Dan saat Erna hendak memanggil suster, Aisyah pun langsung melarangnya. “Jangan Erna! Jangan lakukan itu! Karena mereka semua sudah mengetahuinya kok!” cegah Aisyah pada Erna yang terlihat sangat semangat itu.Erna langsung berhenti, tak lama ia pun langsung berbalik menghampiri sahabat se

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status