Share

Kepulangan

Umi?

"Assalamu'alaikum, Umi."

Tidak aku sangka Umi menelpond, biasanya Umi tidak pernah menelpondku di jam kerja begini. Apa akan ada keluarga yang datang?

"Wa'alaikumsalam. Eh, Lif, kamu nanti pulang jam berapa?"

"Kurang tahu, Umi. Nanti sore soalnya mau ke rumahnya Pak Rifqi."

"Isya' kamu harus pulang, ada tamu."

Tamu siapa juga?

"Siapa Umi?"

"Mas Dinarmu mau ke rumah katanya!"

"Oh, nggih, Umi."

"Ya sudah, Umi tutup telponnya."

"Nggih, Umi. Wassalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam."

Setelah panggilan telpon Umi, aku tutup gawaiku. Sambil berpikir sejenak, sebaiknya aku harus pergi ke mana setelah ini.

"Kenapa, Pak Iqbal?"

Pak Arief tiba-tiba di belakangku saja.

Habis makan, yang ada aku malah seperti orang yang bingung kalau di sini terus. Rasanya tidak enak saja kalau di Ruai lama-lama.

Sepertinya aku tidak bisa melihatnya membina para anak teater itu, aku harus menyelesaikan pekerjaan kantor juga. Proposal suruhan dari kepala sekolah belum aku selesaikan juga soalnya.

"Ada telpon
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status